1.
MUQODDIMAH
Dalam lembaga sekolah, tugas utama guru adalah
mendidik dan mengajar. Dan agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan
baik, ia perlu memiliki sifat tertentu,
yaitu sifat seorang guru sebagaimana pribadi rasulullah.
Dalam praktek pendidikan salah satu komponen penting dalam pendidikan
adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan
strategis. Hal ini disebabkan gurulah barisan yang berada di barisan terdepan
dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang harus langsung berhadapan dengan
peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus
mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.[1]
Guru
merupakan salah satu factor penentu kualitas pendidikan. Bila gurunya memiliki
kualitas akademik, berkompeten dan professional, maka diharapkan proses
pendidikan yang berjalan dapat optimal dan menghasilkan out put lulusan yang
kompetitif. Sebaliknya, bila guru tersebut tidak memenuhi kualitas akademik,
tidak kompeten dan tidak professional maka keseluruhan proses pendidikan tidak
akan optimal. Untuk dapat menghasilkan guru yang professional maka upaya
peningkatan dan pengembangan kompetensi guru mutlak diperlukan. Dalam makalah ini
akan dibahas tentang sifat-sifat seorang guru.
II. HADITS-HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT GURU
Hadits I
1. Mengembalikan Ilmu
kepada Allah
Seorang pendidik harus
memiliki sifat tawaduk, tidak merasa paling tahu atau serba tahu. Bila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas,
ia sebaiknya mengembalikan persoalan itu kepada Allah. Sehubungan dengan hal
ini terdapat hadis:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهم - قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - عَنْ أَوْلاَدِ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَ « اللَّهُ إِذْ
خَلَقَهُمْ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ[2].) رواه البخارى ومسلم(
Artinya: Ibnu
Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang anak-anak orang
yang musyrik. Lalu beliau menjawab: “Allah Maha Mengetahui apa yang akan mereka kerjakan
pada saat ia diciptakan”.(HR.
Bukhari Muslim)
Takhrij Hadist
Hadist ini dari sanad Ibnu ‘Abas
dan diriwayatkan
oleh Bukhori dan Muslim dalam Kitab Shahih Bukhari wa Muslim,
juz: 1, halaman: 532.
Butir-butir kandungan hadist
1.
Rasulullah tidak selalu
menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
2.
Bila ternyata ada hal yang diragukan atau
belum diketahui sama sekali, jangan segan mengatakan Allah yang Mahatahu.
Hadits II
2.
Sifat Lemah Lembut dan Kasih Sayang
عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ
مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ
لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي
أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى
أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ
أَكْبَرُكُمْ[3](
رواه البخارى)
Artinya:
Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami,
beberapa orang pemuda sebaya datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap
bersama beliau selama 20 malam. Beliau
menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami
tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau
adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang lalu berkata:
“Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah
kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah
masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior
hendaklah menjadi imam”. (HR. Bukhari)
Takhrij al-hadits:
Hadits
tersebut diatas dari
sanad Abi Sulaiman Malik bin Huawairits dan diriwayatkan oleh Al- Bukhori dalam Kitab Shahih Al-Bukhariy, juz 4, halaman:
2436.
Butir-butir kandungan hadits:
1. Rasulullah
SAW. Telah memperlakukan mereka dengan santun.
2. Rasulullah SAW dalam menasehati seseorang
menunjukkan sikap berperasaan halus dan penyayang.
Hadits III
3. Memperhatikan Keadaan Peserta Didik
Agar
pendidikan dan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif, pendidik perlu
memperhatikan keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
minat, perhatian, kemampuan dan kondisi jasmani peserta didik. Pendidik jangan
sampai memberikan beban belajar yang sangat memberatkan peserta didik.
Sehubungan dengan ini terdapat hadis:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ
عَلَيْنَا[4].
)رواه البخارى(
Artinya: Dari
Ibnu Mas'ud, Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk
menghindari kebosanan kami.
(HR. Bukhari)
Takhrij
Hadits:
Hadist ini dari
sanad Ibnu Mas’ud dan diriwayatkan
oleh Al-Bukhari
dalam kitab Shahih Bukhari, juz: 1, halaman: 42.
Butir-butir
kandungan hadist
1. Rasulullah
memperhatikan kondisi peserta didik dalam mengajar
2. Peserta didik
membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat guna menghindari kebosanan dalam
pelajaran.
Hadits IV
4.
Berlaku dan Berkata Jujur
Seorang pendidik harus
bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang dipertunjukkan oleh
Nabi SAW. dalam hadis berikut:
عن عمر بن الخطاب ... قاَلَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ قاَلَ ماَ
المْسَؤُْوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّاِئلِ....[5]
(رواه البخارى ومسلم.)
Artinya:
Umar bin
Khatab meriwayatkan: … Jibril
berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat!”, Rasulullah SAW.
menjawab: “tentang masalah ini, saya tidak lebih tahu dari
Anda. ...” (HR. Bukhari Muslim)
Takhrij Hadits
Hadist tersebut dari sanad Umar bin Khatab dan diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dalam kitab Shahih Bukhari wa
Muslim, Juz: 1, halaman: 36.
Butir-butir Kandungan Hadits
1. Dalam
hadis di atas dikatakan bahwa ketika Nabi SAW. ditanya oleh malaikat Jibril
tentang hari kiamat, belia menjawab, saya tidak lebih tahu daripada Anda, saya
sama-sama tidak tahu dengan Anda. Beliau tidak mentang-mentang Rasulullah, lalu
menjawab semua yang ditanyakan kepadanya. Beliau tidak segan-segan mengatakan
tidak tahu bila yang ditanyakan orang itu tidak diketahuinya. Inilah sifat yang
harus dimiliki oleh setiap pendidik.
2. Seorang
ilmuan, guru, dan pendidik harus bersifat jujur dan terbuka. Bila ditanya orang
tentang suatu hal yang tidak diketahuinya, dia harus berani mengatakan tidak
tahu. Jangan bergaya serba tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi
keilmuan.
Hadits V
5.
Menjawab Lebih Dari Pada Yang Ditanyakan
عن عبدالله بن عمر رضي الله عنه, أن رجلا سأل النبي
صلى الله عليه وسلم ما يَلْبَسُ
الْمُحْرِمُ ؟
فقال: (لَا يَلْبَسُ
الْقَمِيصَ وَلَا الْعِمَامَةَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا الْبُرْنُسَ وَلَا
ثَوْبًا مَسَّهُ الْوَرْسُ أَوْ الزَّعْفَرَانُ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ النَّعْلَيْنِ
فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا تَحْتَ
الْكَعْبَيْنِ). [6] (رواه البخاري ۱۳٤ )
Artinya:
diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA. Bahwa adaseorang laki-laki bertanya
kepada Nabi SAW: “pakaian apa yang dikenakan oleh orang yang berihram?” Rasulullah
SAW menjawab: “orang yang berihram tidak boleh mengenakan baju, serban , celana
panjang, penutup kepala, pakaian yang dicelup wars (jenis Tumbuhan) atau
za’faran (jenis wewangian). Jika dia tidak mendapat sepasang sandal, maka dia
boleh memakai sepasang khuff (kaos kaki dari kulit) tetapi harus di potong
bagian atasnya sehingga tampak mata kakinya.
Takhrij
Hadits
Hadits
ini dari sanad Abdullah bin Umar dan diriwayatkan oleh Al-bukhari dalam buku Ringkasan Hadits Al-Bukhari yang telah disusun oleh Imam Az-Zabidi, nomor hadits: 134.
Butir-butir kandungan hadits
1. Rasulullah
dalam menjawab pertanyaan lebih dari pada yang ditanyakan
2. Sebaiknya dalam menjawab suatu pertanyaan kita
mampu memberikan penjelasan yang lebih luas dari apa yang ditanyakan.
III. HURAIAN-HURAIAN ANALISIS TENTANG HADITS-HADITS TERSEBUT
Kandungan Hadits I
Seorang pendidik harus memiliki sifat tawaduk, tidak merasa paling tahu
atau serba tahu. Bila
ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya mengembalikan
persoalan itu kepada Allah. Bila ternyata ada hal yang diragukan atau belum
diketahui sama sekali, jangan segan mengatakan "Allah Yang Maha tahu.
Itu adalah salah satu bentuk sikap tawadhu' seorang hamba yang beriman dan bertaqwa.
Kandungan Hadits II
Kandungan hadis ini umum, termasuk semua umat
Islam, umat Nabi Muhammad SAW. juga pendidik. Pendidik harus memiliki sifat
kasih sayang kepada peserta didiknya agar mereka dapat menerima pendidikan dan
pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakukan
oleh pendidik harus diwarnai oleh sifat kasih sayang ini.
Kandungan Hadits III
Dalam hadis ini terdapat informasi bahwa Rasulullah
saw. mengajar sahabat tidak setiap hari, tetapi ada waktu belajar dan ada pula
waktu istirahat. Hal
itu dilakukannya untuk menghindari kebosanan kepada pelajaran. Itu berarti
bahwa Rasulullah saw. memperhatikan kondisi para sahabat (peserta didik) dalam
mengajar. Peserta didik membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat.
Menurut
Muhammad Utsman Najati, di antara temuan riset mutakhir dalam proses belajar
ialah jadwal waktu belajar. Dengan kata lain, dalam proses belajar harus ada
jenjang waktu untuk istirahat. Hal ini sangat penting dalam proses
belajar yang tepat dan cepat. Dengan mengatur jadwal waktu belajar, pelajaran
yang akan disampaikan berikutnya dapat dicerna dengan baik. [7]Oleh
karenanya, prinsip belajar dengan membagi waktu belajar ini dapat
menghilangkan rasa lelah dan bosan.
Kandungan Hadits IV
Dalam hadits dijelaskan
bahwa Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana
yang dipertunjukkan oleh Nabi SAW.
Seorang ilmuan, guru, dan pendidik harus
bersifat jujur dan terbuka. Bila ditanya orang tentang suatu hal yang tidak
diketahuinya, dia harus berani mengatakan tidak tahu. Jangan bergaya serba
tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi keilmuan.
Kandungan Hadits V
Dalam
hadits ini dijelaskan bahwa seorang pendidik harus mampu memberikan penjelasan
yang sejelas-jelasnya dalam memberikan jawaban kepada anak didik yang selalu
aktif dalam menumbuhkan rasa ingin tahuanya, oleh karena itu seorang pendidik
dituntut untuk mempelajari materi-materi yang akan diajarkan secara mendalam
dengan memahami segala aspek ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan begitu
pada saat proses belajar mengajar akan tercapai kesuksesan.
IV. KHULASAN DAN IHTITAM
Berikut ini kesimpulan dari beberapa hadits diatas:
1. Pendidik
harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta didiknya agar mereka dapat menerima
pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman.
2. Seorang pendidik harus memiliki sifat tawaduk,
tidak merasa paling tahu atau serba tahu.
3. Hendaknya
kita sebagai pendidik memperhatikan kondisi para peserta didik dalam mengajar.
Karena peserta didik membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat.
4. Seorang pendidik harus
bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang dipertunjukkan oleh
Nabi SAW.
Dartar Pustaka
Abu
Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah
(Al-Bukhari), Al-Jami’ As-Shahih (Shahih Bukhari)
Bukhari Muslim, Shahih Bukhari wa Muslim
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Hadits Al-Bukhari,
Jakarta: Pustaka Amani, 2002
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta:
Rajawali Pers, 2010
[3] Abu Abdullah
Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah (Al-Bukhari), Al-Jami’
As-Shahih (Shahih Bukhari), juz
4, hlm: 2436
1 komentar:
izin copy boleh ?
Post a Comment