Saturday, November 17, 2012

Perspekstif Hadits Tentang Sifat-sifat Guru




1.     MUQODDIMAH

Dalam lembaga sekolah, tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar. Dan agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, ia perlu memiliki sifat tertentu, yaitu sifat seorang guru sebagaimana pribadi rasulullah.
Dalam praktek pendidikan salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah barisan yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang harus langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.[1]
Guru merupakan salah satu factor penentu kualitas pendidikan. Bila gurunya memiliki kualitas akademik, berkompeten dan professional, maka diharapkan proses pendidikan yang berjalan dapat optimal dan menghasilkan out put lulusan yang kompetitif. Sebaliknya, bila guru tersebut tidak memenuhi kualitas akademik, tidak kompeten dan tidak professional maka keseluruhan proses pendidikan tidak akan optimal. Untuk dapat menghasilkan guru yang professional maka upaya peningkatan dan pengembangan kompetensi guru mutlak diperlukan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang sifat-sifat seorang guru.






II. HADITS-HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT GURU

Hadits I
1. Mengembalikan Ilmu kepada Allah
Seorang pendidik harus memiliki sifat tawaduk, tidak merasa paling tahu atau serba tahu. Bila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya mengembalikan persoalan itu kepada Allah. Sehubungan dengan hal ini terdapat hadis:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهم - قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - عَنْ أَوْلاَدِ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَ « اللَّهُ إِذْ خَلَقَهُمْ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ[2].)  رواه البخارى ومسلم(
Artinya: Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang anak-anak orang yang musyrik. Lalu beliau menjawab: Allah Maha Mengetahui apa yang akan mereka kerjakan pada saat ia diciptakan.(HR. Bukhari Muslim)
Takhrij Hadist
Hadist ini dari sanad Ibnu ‘Abas dan diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dalam Kitab Shahih Bukhari wa Muslim, juz: 1, halaman: 532.
Butir-butir kandungan hadist
1.      Rasulullah tidak selalu menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
2.      Bila ternyata ada hal yang diragukan atau belum diketahui sama sekali, jangan segan mengatakan Allah yang Mahatahu.

Hadits II
2.  Sifat Lemah Lembut dan Kasih Sayang

عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ[3]( رواه البخارى)
Artinya: Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang pemuda sebaya  datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam. (HR. Bukhari)

Takhrij al-hadits:
Hadits tersebut diatas dari sanad Abi Sulaiman Malik bin Huawairits dan diriwayatkan oleh Al- Bukhori dalam Kitab Shahih Al-Bukhariy, juz 4, halaman: 2436.

Butir-butir kandungan hadits:
1.      Rasulullah SAW. Telah memperlakukan mereka dengan santun.
2.      Rasulullah SAW dalam menasehati seseorang menunjukkan sikap berperasaan halus dan penyayang.

Hadits III
3. Memperhatikan Keadaan Peserta Didik
Agar pendidikan dan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif, pendidik perlu memperhatikan keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat, perhatian, kemampuan dan kondisi jasmani peserta didik. Pendidik jangan sampai memberikan beban belajar yang sangat memberatkan peserta didik. Sehubungan dengan ini terdapat hadis:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا[4]. )رواه البخارى(
Artinya: Dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk menghindari kebosanan kami. (HR. Bukhari)
Takhrij Hadits:
Hadist ini dari sanad Ibnu Mas’ud dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari, juz: 1, halaman: 42.
Butir-butir kandungan hadist
1.      Rasulullah memperhatikan kondisi peserta didik dalam mengajar
2.      Peserta didik membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat guna menghindari kebosanan dalam pelajaran.

Hadits IV
4.      Berlaku dan Berkata Jujur
Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang dipertunjukkan oleh Nabi SAW. dalam hadis berikut:
عن عمر بن الخطاب ...  قاَلَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ قاَلَ ماَ المْسَؤُْوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّاِئلِ....[5] (رواه البخارى ومسلم.)
Artinya: Umar bin Khatab meriwayatkan: … Jibril berkata lagi, Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat!”, Rasulullah SAW. menjawab: tentang masalah ini, saya tidak lebih tahu dari Anda. ... (HR. Bukhari Muslim)

Takhrij Hadits
Hadist tersebut dari sanad Umar bin Khatab dan diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dalam kitab Shahih Bukhari wa Muslim, Juz: 1, halaman: 36.

Butir-butir Kandungan Hadits
1.      Dalam hadis di atas dikatakan bahwa ketika Nabi SAW. ditanya oleh malaikat Jibril tentang hari kiamat, belia menjawab, saya tidak lebih tahu daripada Anda, saya sama-sama tidak tahu dengan Anda. Beliau tidak mentang-mentang Rasulullah, lalu menjawab semua yang ditanyakan kepadanya. Beliau tidak segan-segan mengatakan tidak tahu bila yang ditanyakan orang itu tidak diketahuinya. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik.
2.      Seorang ilmuan, guru, dan pendidik harus bersifat jujur dan terbuka. Bila ditanya orang tentang suatu hal yang tidak diketahuinya, dia harus berani mengatakan tidak tahu. Jangan bergaya serba tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi keilmuan.

Hadits V
5. Menjawab Lebih Dari Pada Yang Ditanyakan

عن عبدالله بن عمر رضي الله عنه, أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم ما يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ ؟ فقال: (لَا يَلْبَسُ الْقَمِيصَ وَلَا الْعِمَامَةَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا الْبُرْنُسَ وَلَا ثَوْبًا مَسَّهُ الْوَرْسُ أَوْ الزَّعْفَرَانُ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا تَحْتَ الْكَعْبَيْنِ). [6] (رواه البخاري ۱۳٤ )

Artinya: diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA. Bahwa adaseorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW: “pakaian apa yang dikenakan oleh orang yang berihram?” Rasulullah SAW menjawab: “orang yang berihram tidak boleh mengenakan baju, serban , celana panjang, penutup kepala, pakaian yang dicelup wars (jenis Tumbuhan) atau za’faran (jenis wewangian). Jika dia tidak mendapat sepasang sandal, maka dia boleh memakai sepasang khuff (kaos kaki dari kulit) tetapi harus di potong bagian atasnya sehingga tampak mata kakinya.

Takhrij Hadits
Hadits ini dari sanad Abdullah bin Umar dan diriwayatkan oleh Al-bukhari dalam buku Ringkasan Hadits Al-Bukhari yang telah disusun oleh Imam Az-Zabidi, nomor hadits: 134.
Butir-butir kandungan hadits
1.  Rasulullah dalam menjawab pertanyaan lebih dari pada yang ditanyakan
2. Sebaiknya dalam menjawab suatu pertanyaan kita mampu memberikan penjelasan yang lebih luas dari apa yang ditanyakan.

III. HURAIAN-HURAIAN ANALISIS TENTANG HADITS-HADITS TERSEBUT

Kandungan Hadits I
Seorang pendidik harus memiliki sifat tawaduk, tidak merasa paling tahu atau serba tahu. Bila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya mengembalikan persoalan itu kepada Allah. Bila ternyata ada hal yang diragukan atau belum diketahui sama sekali, jangan segan mengatakan "Allah Yang Maha tahu. Itu adalah salah satu bentuk sikap tawadhu' seorang hamba yang beriman dan bertaqwa.
Kandungan Hadits II
Kandungan hadis ini umum, termasuk semua umat Islam, umat Nabi Muhammad SAW. juga pendidik. Pendidik harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta didiknya agar mereka dapat menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakukan oleh pendidik harus diwarnai oleh sifat kasih sayang ini.
Kandungan Hadits III
Dalam hadis ini terdapat informasi bahwa Rasulullah saw. mengajar sahabat tidak setiap hari, tetapi ada waktu belajar dan ada pula waktu istirahat. Hal itu dilakukannya untuk menghindari kebosanan kepada pelajaran. Itu berarti bahwa Rasulullah saw. memperhatikan kondisi para sahabat (peserta didik) dalam mengajar. Peserta didik membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat.
Menurut Muhammad Utsman Najati, di antara temuan riset mutakhir dalam proses belajar ialah jadwal waktu belajar. Dengan kata lain, dalam proses belajar harus ada jenjang waktu untuk istirahat. Hal  ini  sangat penting dalam proses belajar yang tepat dan cepat. Dengan mengatur jadwal waktu belajar, pelajaran yang akan disampaikan berikutnya dapat dicerna dengan baik. [7]Oleh karenanya, prinsip belajar dengan membagi waktu belajar  ini  dapat menghilangkan rasa lelah dan bosan.

Kandungan Hadits IV
Dalam hadits dijelaskan bahwa Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang dipertunjukkan oleh Nabi SAW.
 Seorang ilmuan, guru, dan pendidik harus bersifat jujur dan terbuka. Bila ditanya orang tentang suatu hal yang tidak diketahuinya, dia harus berani mengatakan tidak tahu. Jangan bergaya serba tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi keilmuan.

Kandungan Hadits V
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seorang pendidik harus mampu memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dalam memberikan jawaban kepada anak didik yang selalu aktif dalam menumbuhkan rasa ingin tahuanya, oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk mempelajari materi-materi yang akan diajarkan secara mendalam dengan memahami segala aspek ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan begitu pada saat proses belajar mengajar akan tercapai kesuksesan.

IV. KHULASAN DAN IHTITAM
Berikut ini kesimpulan dari beberapa hadits diatas:
1.      Pendidik harus memiliki sifat kasih sayang kepada peserta didiknya agar mereka dapat menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman.
2.       Seorang pendidik harus memiliki sifat tawaduk, tidak merasa paling tahu atau serba tahu.
3.      Hendaknya kita sebagai pendidik memperhatikan kondisi para peserta didik dalam mengajar. Karena peserta didik membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat.
4.      Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang dipertunjukkan oleh Nabi SAW.
Dartar Pustaka
Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah (Al-Bukhari), Al-Jami’ As-Shahih (Shahih Bukhari)
Bukhari Muslim, Shahih Bukhari wa Muslim
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Hadits Al-Bukhari, Jakarta: Pustaka Amani, 2002
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Rajawali Pers, 2010




[1] Kunandar, Guru Profesional,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hlm: V
[2]Bukhari Muslim, Shahih Bukhari wa Muslim,  Juz: 1,  hlm: 532
[3]  Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah (Al-Bukhari), Al-Jami’ As-Shahih (Shahih Bukhari), juz 4, hlm:  2436

[4] Ibid,  juz 1,  hlm: 42
[5] opcit, Juz: 1, hlm: 36
[6] Imam Az-Zabidi, Ringkasan Hadits Al-Bukhari,(Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hlm: 63
[7] http://bukhariumar59.blogspot.com/2010/12/pendidik-dalam-perspektif-hadis-sifat.html

1 komentar:

Post a Comment

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Zudi Pranata. Powered by Blogger.
 
;