Friday, May 24, 2013 0 komentar

KURIKULUM 2013; ANTARA SIKLUS DENGAN PROGRESIVITAS PERUBAHAN



Ganti menteri, ganti kebijakan. Itulah pemeo yang sering kita dengar ketika menilik perkembangan kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia. Sejak bangsa kita berhasil lepas dari cengkeraman kolonial enam puluh delapan tahun silam, sejak itu pula sejarah mencatat sembilan kali[i] terjadinya perubahan kurikulum dengan berbagai terminologinya sebagai interpretasi atas amanat Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 alinea IV; mencerdaskan kehidupan bangsa.
Term “perubahan”, sebagaimana spesifikasi yang dilakukan oleh Munzir Hitami, tidak pernah lepas dari dua sifat yang melekat pada kata tersebut, yakni perubahan yang bersifat siklikal (cyclic change) dan perubahan yang bernuansa progress.[ii] Ilustrasi sederhana dari perubahan siklikal ialah seperti kita sedang menonton atlet lomba lari 400 m. Perpindahan sang atlet mulai dari titik start sampai ke garis finish dengan menempuh rute lapangan yang berbentuk melingkar meniscayakan proses “perubahan posisi”, meskipun faktanya, atlet tersebut tidak pernah berpindah atau keluar dari rute tempuh yang telah ditetapkan oleh panitia lomba. Perubahan siklikal juga dapat kita lihat pada sistem tata surya di mana planet selalu bergerak mengelilingi matahari melalui orbit masing-masing. Walaupun proses perpindahan planet ini berlangsung secara terus menerus, namun tidak pernah meninggalkan garis edar yang selalu tetap. Sedangkan perubahan progres bagaikan kita menaiki anak tangga yang terus meninggi. Kita tidak akan pernah berhenti, apalagi kembali, sebelum mencapai titik puncak yang menjadi tujuan.
Dua pendekatan inilah yang akan menjadi alat analisis penulis dalam menguraikan diskursus Kurikulum 2013. Dalam dunia pendidikan, kurikulum (Syarifudin Nurdin dan M. Basyirudin Usman, 2002) bisa diartikan secara sempit yang hanya membatasi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah atau perguruan tinggi, juga bisa dimaknai secara luas yang tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu yakni merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan pelajaran dan sebagainya.[iii]
Kurikulum 2013 yang secara bertahap akan diberlakukan oleh pemerintah di setiap jenjang pendidikan formal pada Tahun Pelajaran 2013/2014[iv], terlepas dari berbagai polemik yang berkembang, mau tidak mau harus disambut mesra oleh setiap elemen yang berkecimpung di bidang pendidikan. Terutama bagi para teorisi, kritikus, dan praktisi.
Dalam telaah singkat ini, penulis akan fokus pada kajian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan pendekatan terhadap struktur mata pelajaran sebagai unsur pembentuk Kurikulum 2013 yang akan diterapkan di jenjang SD dan SMP, sekaligus mengesampingkan pembahasan lain seperti standar isi, proses, dan penilaian yang sebenarnya juga sangat vital untuk dibincangkan lebih lanjut.
Dalam materi “Bahan Uji Publik Kurikulum 2013” dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdapat beberapa elemen perubahan dalam SKL Kurikulum 2013 jika dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Elemen kompetensi lulusan di tingkat SD dan SMP mengidealkan adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi tiga aspek kompetensi -yang oleh Benjamin S. Bloom diistilahkan sebagai- sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik), dan pengetahuan (kognitif). Perbedaan yang menonjol antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terletak pada aspek kompetensi pengetahuan.  KTSP mendahulukan domain kompetensi pengetahuan atas kompetensi sikap dan keterampilan, sedangkan Kurikulum 2013 “seolah” lebih mengutamakan aspek kompetensi sikap daripada keterampilan, dan pengetahuan. Penulis berani menggunakan kata “seolah”, karena Kurikulum 2013, selain belum teruji praksis di setiap satuan pendidikan sehingga “garansi” keberhasilan pengutamaan kompetensi sikap di atas kompetensi lainnya belum terbukti, juga dihadapkan pada problem yang dialami pendidik ketika memasuki wilayah implementasi penilaian atas peserta didik sebagai hasil capaian kompetensi tersebut. Ringkasnya, penilaian kompetensi lulusan yang berangkat dari Taksonomi Bloom ini belum mampu dikuasai sepenuhnya oleh pendidik dalam setiap jenjang satuan pendidikan.
Dipandang dari segi elemen kedudukan mata pelajaran (isi), Kurikulum 2013 menjadikan kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik yang semula diturunkan dari mata pelajaran, berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi. Dengan kata lain, muara dari setiap proses pembelajaran berasal dari kompetensi yang ingin dicapai peserta didik kemudian dikembangkan oleh pendidik dalam setiap mata pelajaran. Sedangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di dalam KTSP, merupakan hasil turunan dari setiap mata pelajaran sehingga tidak memungkinkan bagi pendidik untuk mengintegrasikan SK dan KD dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain.
Dilihat dari elemen pendekatan terhadap struktur mata pelajaran di jenjang SD, Kurikulum 2013 menggunakan pengembangan metode tematik-integratif dalam semua mata pelajaran yang difokuskan pada alam, sosial, dan budaya dengan pendekatan sains. Akibat dari perubahan pola pendekatan pembelajaran ini, beban jam pelajaran bertambah menjadi 4 jam per minggunya, meskipun ada pengurangan jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6.  
Adapun di jenjang SMP, Kurikulum 2013 menjadikan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai media bagi seluruh mata pelajaran. Sedangkan TIK dalam KTSP berwujud mata pelajaran tersendiri dengan alokasi waktu 2 jam per minggu. Jumlah mata pelajaran juga mengalami pengurangan dari 12 menjadi 10, namun beban jam belajar menjadi bertambah sebanyak 6 jam per minggunya akibat perubahan pola pendekatan pembelajaran.
Dari gambaran di atas, elemen kompetensi lulusan di tingkat SD dan SMP pada Kurikulum 2013, -menurut hemat penulis- mengalami perubahan yang bersifat siklikal, karena sejatinya orientasi KTSP pun sudah tertuju pada peningkatan tiga domain Taksonomi Bloom. Jika terjadi kendala, terutama bagi pendidik, dalam upaya mengendapkan tiga kompetensi ini ke dalam diri peserta didik, solusi yang ditawarkan tidak harus dengan merubah konsep kurikulum secara frontal. Pemerintah sudah semestinya mendesain agenda-agenda intensif yang mengarah kepada peningkatan mutu pendidik misalnya dengan melakukan bimbingan dan pelatihan supaya profesionalisme kerja mereka tidak hanya bersandarkan kepada kualifikasi akademik (baca: ijazah) an sich, tetapi juga setimpal dengan standar kompetensi pendidik yang termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yang mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Perubahan progres terletak pada elemen kedudukan mata pelajaran (isi) Kurikulum 2013 yang menuntut pendidik untuk siap berkreasi dengan metode-metode pembelajaran inovatif sebagai upaya integrasi semua mata pelajaran  yang selama ini masih terkesan parsial dan terpisah. Tidak adanya mata pelajaran TIK di SMP, bukan berarti membuat pendidik berleha-leha untuk tidak bersentuhan dengan alat teknologi yang mendukung kesuksesan proses pembelajaran. Sebaliknya,  setiap pendidik berpeluang besar memanfaatkan alat teknologi yang sejauh ini masih didominasi oleh guru pengampu mapel TIK.
Akhir kalam, “Selamat datang Kurikulum 2013! Sampai jumpa KTSP!”.

 
Oleh: Ahmad Saefudin, S.Pd.I

[i] Dimulai pada tahun 1947 dengan istilah Rencana Pelajaran, Rencana Pelajaran Terurai (1952), Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 atau CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Kurikulum 1994 dan Suplemen 1999, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006, dan  Kurikulum 2013. Sembilan Kali Kurikulum Pendidikan Berubah”, http://blog.tp.ac.id/pelaksanaan-kurikulum-pendidikan-di-indonesia.

[ii] Munzir Hitami, Revolusi Sejarah Manusia; Peran Rasul sebagai Agen Perubahan, (Yogjakarta: LkiS, 2009), cet. 1, hlm. 2.
[iii] Darwyn Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. 2, hlm. 11.
[iv] Berdasarkan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013 pada Kamis, 2 Mei 2013.
Sunday, May 12, 2013 1 komentar

Perkembangan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
MASA Khulafaur Rasyidin ini tidak lebih dari tiga puluh tahun. Masa mereka menjadi sangat istimewa karena mengikuti manhaj Rasulullah secara sempurna sesuai dengan jalan lurus yang Allah ridhai untuk hamba-hambaNya. Dengan demikian, masa ini dianggap sebagai gambaran paling tepat bagi pelaksanaan hukum Islam dan pemerintahan Islam. Tentu saja gambaran cara pemerintahan mereka itu wajib dijadikan sebagai contoh teladan bagi setiap penguasa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Juga bagi mereka yang menginginkan kebahagiaan untuk rakyatnya.
Pada masa ini peredaban Islam mencapai puncak yang sebenarnya. Maksudnya adalah peradaban manusia yang berakar pada akidah yang berusaha untuk melahirkan manusia-manusia yang bahagia.
Pada masa itu manusia telah memperoleh kebahagiaan yang sempurna. Mereka mendapat perlakuan yang adil, persamaan, keamanan, rasa tentram, dan memperoleh segala kebutuhan asasi mereka.
Diakhir masa pemerintahan mereka, muncul fitnah yang menimpa kaum muslimin. Fitnah ini telah memecah mereka kepada beberapa kelompok dan sakte yang hingga sekarang terus berlangsung.[1]

2.      Rumusan Masalah
1.      Prestasi apa sajakah yang dicapai oleh Khulafaur Rasyidin?
2.      Bagaimana ibrah dari prestasi-prestasi yang dicapai oleh Khulafaur Rasyidin untuk masa kini dan masa yang akan datang?
3.      Bagaimana cara meneladani gaya kepemimpinan Khulafaur Rasyidin?

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Menceritakan Berbagai Prestasi Yang Dicapai Oleh Khulafaurrasidin
Ø Prestasi Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
a.    Perang Melawan Orang-Oran Murtad
Setelah suksesi Abu Bakar beberapa masalah mengancam persatuan dan stabilitas. Diantaranya perang Riddah (perang melawan kemurtadan), beberapa suku Arab yang berasal dari suku Hijaz dan Nejed menyatakan murtad dan membangkan kepada Khalifah baru dan sisrem yang  ada mereka menolak membayar zakat walaupun tidak menolak Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lama yakni menyenbah berhala. Suku tersebut menyatakan bahwa mereka hanya memiliki perjanjian dengan Nabi Muhammad SAW, oleh karena itu kematian Nabi Muhammad menjadi alasan sehingga perjanjian tersebut tidak berlaku lagi. Karena sikap keras kepala dan penentang mereka yang membayarkan pemerintahan dan agama Abu Bakar menunjuk Khalid bin Walid sebagai jendela dalam perang Riddah. Ketegasan Abu Bakar ini disambut dan didukung oleh hampir seluruh kaum muslim.
b.    Menjalankan kekuasaan Legeslatif, Eksekutif dan Yudikatif yang terpusat ditangan Kholifah. Sistem pemerintaha ini bersifat sentral seperti zaman Rasulullah. Selain itu menjalankan roda penerintaha dan melaksanakan hukum.
c.    Memerangi Nabi Palsu
Nabi palsu itu berusaha menghancurkan Islam diantaranya Aswad al Ansari, Tulaihah bin Khuwailid al Asadi, Malik bin Nuairah dan Musailamah al Kazzab. Bangsa Arab telah menyaksikan bahwa Nabi Muhammad SAW dengan Nubuwat (tugas kenabian)-nya itu, telah dapat mewujudkan suatu mu’jizat yang tidak pernah terlintas dalam khayal bangsa Arab itu sendiri, yaitu: “persatuan Tanah Arab seluruhnya dan perpaduan hati pendukungnya”.[2]
d.   Penghimpunan Al-Quran
Satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Quran. Abu Bakar ash-Siddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaun muslimin.
Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Quran setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Quran di perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kali penghimpunam Al-Quran ini. Sejak itulah Al-Quran dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-Quran di himpun.[3]
e.    Perluasan Wilayah Islam
Setelah urusan dalam Negri Abu bakar sudah selesai, Kholifah Abu Bakar as-Siddiq mulai menyebarkan agama Islam ke wilayang yang lebih luas, yaitu wilayang yang dikuasai Kekaisaran Persia dan Bizantium. Persia menguasai wilayah yang luas meliputi Irak, Syam, dan bagian utara Jazirah Arab. Sejumlah kabilah Arab tunduk di bawah kekuasaan mereka. Kekaisaran Bizantium menjadikan kota Damaskus, Suriah sebagai pusat pemerintahan di Wilayah Arab dan sekitarnya.
Tiga hal yang menjadi pegangan utama para Da’i (Tentara Islam) saat memasuki daerah baru adalah:
1.    Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta harta mereka akan dilindungi
2.    Boleh tidak masuk Islam, tetapi membayar Jizyah (pajak perlindungan yang sangat ringan) maka jiwa dan hartanya akan terlindungi.
3.    Jika menentang mereka akan diperangi.[4]
Ø Prestasi Kholifah Umar bin Khathab
a.    Perluasan Wilayah
Meskipun pengembangan dakwah Islam dan preluasan wilayah sudah dilakukan sejak masa Kholifah Abu Bakar as-Siddiq, para ahli sejarah mengatakan bahwa Islam sesungguhnya berdiri masa Kholifah Umar bin Khathab. Pada masa itu, perluasan Islam terjadi secara besar-besaran dan dikenal sebagai periode futuhat al-Islamiyah. secara berturut-turut, pasukan Islam berhasil menguasai Suriah, Persia dan Mesir.
Untuk memudahkan jalannya pemerintahan, Kholufah Umar bin Khathab membagi wilayah Islam menjadi beberapa profinsi serta menunjukkan seorang gubernur untuk memerintah wilayah tersebut. Misalnya, Sa’ad bin Abi Waqqas memerintah di Kuffah, Amr bin Ash di Mesir, dan Muawiyah bin Abi Sufyan di Damaskus.
b.    Menata Administrasi Dan Keuangan Pemerintahan
Pada masa pemerintahannya, Kholifah Umar bin Khathabmembentuk Bautul Mal dan  Dewan Perang. Baitul mal peteugas mungurusi keuangan Negara. Sedangkan dewan perang bertugas mencatat administrasi ketentaraan.
Kholifah Umar bin Khathab memilih orang yang jujur untuk bertugas di Baitul mal. Selain itu, beliau juga memberikan santunan dari Baitul Mal kepada seluruh rakyatnya. Besarnya santunan disesuaikan lamanya mereka memeluk Islam, kemakmuran dapat dinikmati rakyat dari seluruh pelosok negeri.
c.    Penetapan Kalender Hijriyah
Tahukah kamu bahwa sistem kalender hijriyah saat ini dicetuskan oleh Kholifah Umar bin Khathab? sebelum sistem kalender hijrah ditetapkan, orang-orang menggunakan sistem kalender Masehi. Kholifah Umar bin Khathab menetapkan permulaan tahun Islam adalah pada saat Nabi Muhammad SAW. hijrah disebut periode Mekkah, sedangkan periode dakwah setelah beliau hijrah dikenal sebagai periode Medinah.
Ø Prestasi Kholifah Utsman bin Affan
a.    Kodifikasi Mishaf Al-Quran
Seperti sudah kamu ketahui, usaha kodifikasi (pembukuan) Al-Quran sudah dimulai sejak masa Kholifah Abu Bakar as-Siddiq. Ayat-ayat Al-Quran yang sudah terkumpul pada masa itu disimpan oleh Hafsah binti Umar. Pada masa Rasulullah SAW perbedaan tersebut diberi kelonggaran. Saat itu beliau, masih memberi kemudahan Al-Quran dapat dihafal dengan cepat oleh semua uamat Islam. Ketika wilayah Islam makin luas, perbedaan itu meliputi susunan surah atau lafal (dialek)nya.
Salinan kumpulan Al-Quran itu disebut al–Mushaf. Oleh panitia, al-Mushaf diperbanyak 4 buah. Sebuah tetap berada di Madinah, sedangkan 4 lainnya dikirim ke Mekkah, Suriah, Basrah, dan Kuffah. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf al-Imam atau Mushaf Usmani.
b.    Renovasi Masjid Nabawi
Masjid Nabawi yang mulai dibangun pada masa Kholifah Umar bin Khathab diperluas oleh Kholifah Utsman bin Affan. selain diperluas, bentuk dan coraknya juga diperindah.
c.    Pembentukan Angkatan Laut
Pada masa Kholifah Ustman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai Afrika, Siprus, hingga Konstantinopel. Wilayah itu banyak diliputi lautan. Untuk memjaga wilayah tersebut, Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang waktu itu memjabat Gubernur Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul iru disambut baik oleh Kholifah Utsman bin Affan.
d.   Perluasan Wilayah
Pada masa Kholifah Utsaman bin Affan, wilayah Islam makin luas. Wilayah Azarbaijan berhasil ditaklukan pasukan muslim di bawah pimpinan Said bin Ash dan Huzaefah bin Yaman. Wilayah Armenia dapat ditaklukkan oleh Salam bin Rabi’ah al-Bahiy. Sebagian besar rakyat Armenia saat itu manyambut kedatangan tentara Islam dengan sukacita. Pada umumnya, mereka lebih suka berada di bawah pemerintaha Islam dari pada dikuasai Kekaisaran Romawi.
Ø Prestasi Kholifah Ali bin Abi Tholib
a.    Mengganti Pejabat Yang Kurang Cakap
Kholifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efesien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat yang kurang cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat tersebut ternyata banyak yang berasal dari keluarga Kholifah Utsman bin Affan ( Bani Umayyah ). Akibatnya makin banyak kalangan bani Umayyah yang tidak menyukai Kholifah Ali bin Abi Thalib.
b.    Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal )
Setelah mengganti para pejabat yang kurang cakap, Kholifah Ali bin Abi Thalib kemudian menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Bautul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
c.    Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
Pada saat Kholifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca, sperti kasrah, fathah, dhammah, dan syaddah.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Quran dan Hadits, Kholifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu. Keberadaan ilmu nahwu dapat membantu orang-orang non-Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran Islam, Yaitu Al-Qu’an dan Hadits.
d.   Melakukan Pembangunan-prmbangunan
Salah satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah pembangunan Kota Kufah. Pada awalnya, Kota Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Akan tetapi, kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu dan ilmu pengetahuan lainnya.[5]

2.     Hikmah Yang Dapat Diambil Dari Prestasi Khulafaur Rasyidin.
Hikmah yang dapat kita abil, dari prestasi Khulafaur Rasyidin adalah:
Ø Dalam menjalankan pemerintahan Kholifah diatur oleh hukum yang sudah ditentukan.
Ø  Para Kholifah berkewajiban melindungi dan mensejahterakan rakyat sebagai pembentunya rakyat.
Ø Pada masa Kholifah Abu Bakar kodifikasi Al-Qur’an dimulai.
Ø Pada masa KholifahUmar bin Khathab, beliaulah yang meletakkan dasar-dasar demokrasi Islam.
Ø Pada masa Kholifah Utsman bin Affan, mushaf Al-Qur’an digandakan menjadi 4 buah. Mushaf yang asli (Mushaf Usmani) tetap dibawa Kholufah Usman bin Affan.
Ø Pada masa Kholifah Ali bin Abi Thalib, persatuan dan kesatuan Islam mulai pecah, namun karena ketegasan dan memegang prinsip kebenaran situasi itu dapat diatasi.
Ø Dalam kondisi membangun dasar-dasar pemerintahan yang kuat kepemimpinan yang cerdas dan bersih sangat diperlukan.
Ø Dalam kondisi penerintahan yang aman dan makmur kepemimpinan yang sholeh dan lemah lembut sangat dibutuhkan.
Mengkaitkan prestasi Khulafaur Rasyidin dengan perkembangan kondisi sekarang dan yang akan datang. Antara lain:
a.       Dalam bidang hukum.
b.      Sistem keuangan Negara.
c.       Sistem ekonomi.
d.      Dalam bidang ketatanegaraan.
e.       Dalam bidang sosial.
f.       Dalam bidang pendidikan.[6]

3.    Meneladani Gaya Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.
a.       Kholifah Abu Bakar As-Siddiq
Abu Bakar dikenal sebagai salah seorang pemberani yang selalu gagah dimedan pertempuran. Beliau memiliki akhlak yang tinggi dan iman yang sempurna, serta mempunyai karakteristik yang lembut dan tegas.
b.      Kholifah Umar Bin Khathab
Umar bin Khathab adalah orang yang cerdas, dan sangat tegas. Beliau adalah teladan dalam hal keadilan, tidak membeda-bedakan antara bangsawan dan budak serta mengutamakan kepentingan rakyat.
c.       Kholifah Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan adalah orang yang selalu menjaga kehormatan serta kesucian dirinya, mulia dan lurus akhlaknya terkenal dengan kecerdasan dan kebenaran pendapatnya. Dengan karakter beliau kemakmuran rakyat dapat tercapai baik jasmani maupun rohani.
d.      Kholifah Ali Bin Abi Thalib
Ali bin Abi thalib sangat memperhatikan keadilan dalam ekonomi, dia sangat serius dalam hal perekonomian. Beliau juga memiliki sikap yang kokoh kuat pendirian dalam membela yang hak, paling teliti pemikirannya dan paling taufik untuk mrnerima hukum yang benar serta pendapat yang betul. Dalam masalah keberanian patut dicontoh dan ditiru oleh setiap pemberani, yakni keberanian untuk membela kebenaran dan agama.[7]






BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Ø Berbagai Prestasi Yang Dicapai Oleh Khulafaurrasidin
ü Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
a.    Perang Melawan Orang-Oran Murtad
b.    Menjalankan kekuasaan Legeslatif, Eksekutif dan Yudikatif
c.    Memerangi Nabi Palsu
d.   Penghimpunan Al-Quran
e.    Perluasan Wilayah Islam
ü Kholifah Umar bin Khathab
a.    Perluasan Wilayah
b.    Menata Administrasi dan Keuangan Pemerintahan
c.    Penetapan Kalender Hijriyah
ü  Kholifah Utsman bin Affan
a.    Kodifikasi Mushaf Al-Quran
b.    Renovasi Masjid Nabawi
c.    Pembentukan Angkatan Laut
d.   Perluasan Wilayah
ü Kholifah Ali bin Abi Tholib
a.    Mengganti Pejabat Yang Kurang Cakap
b.    Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
c.    Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
d.   Melakukan Pembangunan-Pembangunan
Ø Ibrah Dari Prestasi-Prestasi Yang Dicapai Oleh Khulafaur Rasyidin Untuk Masa Kini Dan Masa Yang Akan Datang Adalah:
ü Ketinggian, keluhuran dan kemuliaan akhlak para pemimpin perlu diteladani bagi para pewaris dan umat Islam saat ini.
ü Para kholifah hanya melaksanakan amanah Allah, dalam menegakkan agama Islam di muka bumi dengan ikhlas dan semanagt jihat fisabilillah yang tinggi.
ü Para Kholifah rela miskin dan suka berkorban deni Islam.
ü Tidak ada yang menyatukan kaum muslimin, kecuali contoh dari para pemimpin yang ikhlas bukan karena hawa nafsu dalam memegangi Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.
ü wilayah Islam berkembang luas dari masyriki sampai maghribi, bertujuan hanya satu yaitu agar manusia berkhitmat untuk menyembah kepada Allah SWT.
Ø Meneladani Gaya Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
ü Abu Bakar, dikenal sebagai salah seorang pemberani, memiliki akhlak yang tinggi dan iman yang sempurna, serta mempunyai karakteristik yang lembut dan tegas.
ü Umar Bin Khathab, orang yang cerdas, sangat tegas, teladan dalam hal keadilan, tidak membeda-bedakan antara bangsawan dan budak serta mengutamakan kepentingan rakyat. 
ü Utsman bin Affan, orang yang sholeh selalu menjaga kehormatan serta kesucian dirinya, mulia dan lurus akhlaknya terkenal dengan kecerdasan dan kebenaran pendapatnya. Dengan karakter beliau kemakmuran rakyat dapat tercapai baik jasmani maupun rohani.
ü  Ali bin Abi thalib, sangat memperhatikan keadilan dalam ekonomi, memiliki sikap yang kokoh kuat pendirian dalam membela yang hak, paling teliti pemikirannya dan paling taufik untuk mrnerima hukum yang benar serta pendapat yang betul.

2.    Saran
Alhamdulullah wa syukurillah.......... makalah ini dapr terselesaikan. Saya menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam referensi maupun penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan guna kesempurnaan pembuatan makalah saya berikutnya.
Demikian makalah ini saya buat, semoga bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya.
 Dalam hal memehami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin yang meliputi prestasi-prestasi yang beliau capai, mengambil hikmah dari prestasinya tersebut serta meneladani gaya kepeimpinannya untuk masa kini dan masa yang akan datang. Amin........

DAFTAR PUSTAKA

al-Usairy Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta, Akbar Media Eka Sarana, 2003.
Fuad, M. Fahruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1985.
Imam as-Syayuti, Tarikh Khulafa, Jakarta, Pustaka kanser, 2001.
Laila Mansur, Ajaran dan Teladan Para sufi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995.


[1] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), Hlm: 141
[2] M. Fahruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta;Bulan Bintang, 1985), Hal: 33
[3] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), Hlm: 150
[4] M. Fahruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta; Bulan Bintang, 1985), Hal: 33
[5] M. Fahruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta; Bulan Bintang, 1985), Hal: 34-36
[6] Imam as-Syayuti, Tarikh Khulafa, (Jakarta; Pustaka kanser, 2001), Hal: 37
[7] Laila Mansur, Ajaran dan Teladan Para sufi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Hal: 38-41

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Zudi Pranata. Powered by Blogger.
 
;