-->
DIKTAT BAHASA INDONESIA
Disusun
guna untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Dosen
pengampu: Drs. Bambang SU.
Oleh:
Zudi Pranata
NIM:210191
Fakultas: Tarbiyah 1D
INSTITUT ISLAM
NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU)
JEPARA
2010
BAB I
Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik
dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
bahasa indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni,
sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan
sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti, sesuai
dengan kaidah ejaan (EYD), pungtuasi, istilah, dan tata bahasa)
Kata yang dipakai dalam bahasa Indonesia
adalah kata yang tepat dan serasi serta baku .
Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan arti sesungguhnya
dan sesuai dengan situasi pembicaraan (seperti: sesuai dengan lawan bicara,
topik pembicaraan, ragam pembicaraan, dsb). Kata yang baku merupakan kata yang sesuai dengan ejaan
(yakni EYD).
Kalimat ang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif, kalimat
efektif harus mudah dipahami, memenuhi unsur penting kalimat, menggunakan kata
yang tepat dan serasi, gramatikal, rasional, efesien, tidak ambigu. Seperti
yang ditulis di buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) tahun 1988, pemakaian bahasa
yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang
merupakan bahasa yang benar atau betul.
Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam yang berbeda.
Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam yang berbeda.
“Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam
Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa
Contoh :
jika kita
melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik
meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku , “Adik tidak boleh
naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”
Dalam
tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan,
atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar-menawar dengan tukang
sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti ini.
Berapakah ibu
mau menjual bayam ini? (berapa nih bu, bayemnya?)
Apakah Bang
abecak bersedia mengantar saya ke pasar Tanah Abang san berapa ongkosnya?(ke
pasar Tanah Abang berapa harganya, Bang?)
Contoh di atas
adalah contoh bahasa Indonesia yang baku
dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan
situasi pemakaian kalimat-kalimat itu.
Sebaliknya, kita
mungkin berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti "ini
hari" merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para
makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar
karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena itu,
anjuran agar kita "berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar" dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan
"bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam bahasa yang
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Untuk itu ada
baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar,
yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di
samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang
baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran”.
BAB II
kaidah Dasar Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya
dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa
daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah0kaidah pokok ini pulalah dapat
dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah.
Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati
diri bahasa Indonesia .
Ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok yang dimaksud adalah antara lain sebagai
berikut.
a. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jenis kelamin. Kalau kita ingin menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan kata ketarngan penunjuk jenis kelamin, misalnya:
- Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan perempuan atau wanita.
- Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina.
Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk
.
Contoh:
Contoh:
Bahasa Inggris: lion -
lioness, host - hostess, steward -stewardness.
Bahasa Arab : muslimi - muslimat, mukminin - mukminat, hadirin - hadirat
Bahasa Sanskerta : siswa - siswi, putera - puteri, dewa - dewi.
Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta; sedangkan perubahan bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah diserap ke dalam bahasaIndonesia .
Penyerapan dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta pun dilakukan secara leksikal,
bukan sistem perubahannya. Dengan demikian, dalam bahasa Arab, selain kata muslim,
diserap juga kata muslimin dan muslimat; selain mukmin, diserap juga kata mukminin
dan mukminat; selain hadir (yang bermakna 'datang', bukan 'orang yang datang'),
diserap juga kata hadirin dan hadirat. Dalam bahasa Sanskerta, selain dewa,
diserap juga dewi; selain siswa diserap juga siswi. Karena sistem perubahan
bentuk dari kedua bahasa tersebut tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, maka
tidaklah mungkin kita menyatakan kuda betina dengan bentuk kudi atau kudarat;
domba betina dengan bentuk kata dombi atau dombarat. Untuk menyatakan jenis
kelamin tersebut dalam bahasa Indonesia ,
cukup dengan penambahan jantan atau betina, yaitu kuda jantan, kuda betina,
domba jantan, domba betina. Oleh karena itu, kaidah yang berlaku dalam bahasa
Arab dan bahasa Sanskerta, dan juga bahasa Inggris tidan bisa diterapkan ke
dalam kaidah bahasa Indonesia .
Kalau dipaksakan, tentu struktur bahasa Indonesia akan rusak, yang berarti jati
diri bahasa Indonesia akan terganggu.
Bahasa Arab : muslimi - muslimat, mukminin - mukminat, hadirin - hadirat
Bahasa Sanskerta : siswa - siswi, putera - puteri, dewa - dewi.
Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta; sedangkan perubahan bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah diserap ke dalam bahasa
b. Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukkan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini pulalah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa sing lainnya, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain. Untuk menyatakan jamak, antara lain, mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua, sebagian, beberapa, dan kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman, tiga pohon, empat mobil.
Bentuk boy dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys dan men ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal dalam bahasa
c. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu. Kaidah pokok inilah yang juga membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat (untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau). Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa
d. Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan - Menerangkan), yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M). Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap dari bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda Hotel, Bali Plaza, International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta Shopping Center yang tidak sesuai dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit Internasional, Piala Marah Halim,dan Pusat Perbelanjaan Jakarta. Saya yakin, penyesuaian nama ini tidak akan menurunkan prestise atau derajat perusahaan atau kegiatan tersebut. Sebaliknya,hal inilah yang disebut dengan penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas,baik dan benar.
e. Bahasa Indonesia juga mengenal lafal
BAB III
Pengertian Bahasa Indonesia
Baku
Bahasa
baku ialah satu
jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman
dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli
linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul”
bagi sesuatu bahasa.
Keseragaman
dalam bentuk bererti bahawa bahasa baku
sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya
merupakan penyeragaman kod yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada
rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahawa konsonan
k pada sesuatu kata dasar digugurkan
apabila diberi awalan meN; umpamanya kasih menjadi mengasihi,
dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata
asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi
rumus tambahan, iaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan
apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.
Istilah
lain yang digunakan selain ragam bahasa baku
adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. a. ragam standar, b.
c. ragam nonstandar, ragam semi standar. Bahasa ragam standar memiliki sifat
kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak
bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di
bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis
laras yang diperlukan dalam kehidupan modern
BAB IV
Fungsi Bahasa Indonesia
baku
Secara umum fungsi Bahasa
Indonesia adalah :
- Komunikasi resmi
- Wacana teknis
- Pembicaraan di depan umum
- Pembicaraan dengan orang yang dihormati
Dari empat
fungsi bahasa yang menuntut ragam baku
itu, hanya dua yang terakhir yang langsung berkaitan dengan komunikasi verbal
secara lisan. Dengan kata lain, lafal baku
perlu digunakan dalam pembicaraan di depan umum, seperti kuliah, ceramah,
khotbah, pidato, dsb. atau dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati
seperti pembicaraan dengan atasan, dengan guru, dengan orang yang baru dikenal.
1)
pemersatu
2)
Penanda kepribadian
3)
Penanda kewibawaan
4)
Sebagai kerangka acuan
Pengikraran
bahasa Melayu (tinggi) sebagai bahasa Indonesia 70 tahun lalu merupakan peristiwa
bersejarah yang sangat penting dalam proses perkembangan bangsa Indonesia
yang bersatu. Sulit untuk dibayangkan apa yang akan terjadi dengan bangsa Indonesia
yang terdiri atas ratusan suku bangsa dengan latar belakang kebahasaan yang
ratusan pula dan menyebar di kepulauan Nusantara yang luas ini jika tidak ada
satu bahasa sebagai alat komunikasi antara satu dengan lain. Kehadiran suatu
lafal baku yang
perlu digunakan sebagai tolok dalam berbahasa lisan pada peristiwa-peristiwa
tutur resmi yang melibatkan pendengar dari berbagai kelompok suku tentulah
merupakan suatu keharusan.
Fungsi
kepribadian lafal baku
akan tampak bila kita terlibat dalam pergaulan antarbangsa. Melalui bahasa
lisan seseorang, kita dapat mengenal apakah dia menggunakan logat asing ataukah
logat baku .
Orang asing yang belajar bahasa Indonesia dapat saja mencapai penguasaan bahasa
Indonesia yang sangat baik namun itu biasanya terbatas pada bahasa tulisan.
Atau, kemungkinan lain, dapat saja kita terlibat dalam percakapan dengan bangsa
serumpun, misalnya dengan orang Malaysia
atau Brunei Darussalam. Dari segi perawakan tentu sulit untuk membedakan satu
sama lain, tetapi melalui logat/dialek yang digunakan kita dapat mengenal
apakah seseorang termasuk bangsa Indonesia atau tidak.
Fungsi penanda
wibawa lafal baku
merupakan suatu fungsi yang mempunyai nilai sosial yang tinggi dalam suatu
masyarakat. Kemampuan seseorang dalam menggunakan lafal baku cenderung akan ditafsirkan bahwa orang
itu adalah orang terpelajar dan karena itu patut disegani. Kewibawaan lafal baku tampak jelas dalam
pergaulan sehari-hari. Dalam senda gurau tidak pernah kita mendengar lafal baku dijadikan bahan
olok-olok. Pada umumnya yang kita dengar adalah logat (lafal) yang bersifat
kedaerahan.
Fungsi lafal baku sebagai kerangka acuan berarti bahwa lafal baku dengan perangkat kaidahnya menjadi ukuran atau
patokan dalam berbahasa Indonesia
secara lisan pada situasi-situasi komunikasi yang resmi.
BAB V
EYD (EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN)
EYD (EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN) adalah
seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertia
ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulisan. Keteraturan bentuk akan berimplikasi padaketepatan dan kejelasan makna.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulisan. Keteraturan bentuk akan berimplikasi padaketepatan dan kejelasan makna.
Ejaan yang berlaku sekarang
dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) mulai diberlakukan tanggal 16 Agustus
1972. Ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia memang merupakan upaya
penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama 25 tahun yang dikenal
dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan Van Ophuijsen seorang guru besar Belanda dan juga seorang pemerhati bahasa, ejaan Van Ophuijsen diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintahan Belanda yang berkuasa di Indonesia pada saat itu. Ejaan Van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun , lebih lama dari Ejaan Republik, yang dipakai hanya selama 25 tahun. Ejaan Van Ophuijsen baru diganti setelah 2 tahunIndonesia
merdeka.
Berikut ini merupakan sebuah perbandingan sederhana sebagai suatu gambaran tentang ejaan yang pernah ada pada masa lalu. Perhatikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga ragam ejaan tersebut
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (mulai 16 Agustus 1972) Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) (1947-1972) Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Khusus
Jum’at
yakni
payung
cucu
sunyi Chusus
Djum’at
jakni
pajung
tjutju
sunji Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
pajoeng
tjoetjoe
soenji
2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Pemakaian huruf, membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
(1). Abjad
(2). Vokal
(3). Konsonan
(4) Penggalan kata
(5) Nama diri
Pemakaian huruf, membicarakan jenis huruf yang dipakai, meliputi
(1). Huruf kapital
(2). Huruf miring
Penulisan kata, membicarakan berbagai cara penulisan kata yang bermorfem tunggal dan bernorfem banyak beserta unsur-unsur kecil dalam bahasa, meliputi
(1). Kata dasar
(2). Kata turunan
(3) kata ulang
(4) gabungan kata
(5) kata ganti kau, ku,mu, dan nya
(6) kata depan di, ke, dan dari
(7) kata sandang si dan sang
(8) partikel
(9) singkatan dan akronim
(10) angka dan lambang bilangan
1) Penulisan unsur serapan , membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kata-kata yang berasal dari bahasa asing
2) Pemakaian tanda baca (pungutasi), membicarakan penempatan kelimabelas tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah
1 Tanda tittik 7 Tanda Elipsis 13 Tanda Petik tunggal
2 Tanda koma 8 Tanda tanya 14 Tanda garis miring
3 Tand Titik koma 9 Tanda seru 15 Tanda penyingkat / Apostrof (‘)
4 Tanda titik dua 10 Tanda kurung
5 Tanda hubung 11 Tanda Kurung siku
6 Tanda pisah 12 Tanda Petik ganda
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan Van Ophuijsen seorang guru besar Belanda dan juga seorang pemerhati bahasa, ejaan Van Ophuijsen diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintahan Belanda yang berkuasa di Indonesia pada saat itu. Ejaan Van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun , lebih lama dari Ejaan Republik, yang dipakai hanya selama 25 tahun. Ejaan Van Ophuijsen baru diganti setelah 2 tahun
Berikut ini merupakan sebuah perbandingan sederhana sebagai suatu gambaran tentang ejaan yang pernah ada pada masa lalu. Perhatikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga ragam ejaan tersebut
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (mulai 16 Agustus 1972) Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) (1947-1972) Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Khusus
Jum’at
yakni
payung
cucu
sunyi Chusus
Djum’at
jakni
pajung
tjutju
sunji Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
pajoeng
tjoetjoe
soenji
2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Pemakaian huruf, membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
(1). Abjad
(2). Vokal
(3). Konsonan
(4) Penggalan kata
(5) Nama diri
Pemakaian huruf, membicarakan jenis huruf yang dipakai, meliputi
(1). Huruf kapital
(2). Huruf miring
Penulisan kata, membicarakan berbagai cara penulisan kata yang bermorfem tunggal dan bernorfem banyak beserta unsur-unsur kecil dalam bahasa, meliputi
(1). Kata dasar
(2). Kata turunan
(3) kata ulang
(4) gabungan kata
(5) kata ganti kau, ku,mu, dan nya
(6) kata depan di, ke, dan dari
(7) kata sandang si dan sang
(8) partikel
(9) singkatan dan akronim
(10) angka dan lambang bilangan
1) Penulisan unsur serapan , membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kata-kata yang berasal dari bahasa asing
2) Pemakaian tanda baca (pungutasi), membicarakan penempatan kelimabelas tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah
1 Tanda tittik 7 Tanda Elipsis 13 Tanda Petik tunggal
2 Tanda koma 8 Tanda tanya 14 Tanda garis miring
3 Tand Titik koma 9 Tanda seru 15 Tanda penyingkat / Apostrof (‘)
4 Tanda titik dua 10 Tanda kurung
5 Tanda hubung 11 Tanda Kurung siku
6 Tanda pisah 12 Tanda Petik ganda
BAB VI
Paragraf
Paragraf adalah
bagian dasar dari sebuah karya tulis yang terdiri dari kumpulan kalimat-kalimat
yang membagun sebuah ide.
Dalam sebuah paragraf ada tiga bagian :
1.Kalimat Topik
2.Kalimat pendukung
3.Kesimpulan
Dalam sebuah paragraf ada tiga bagian :
1.Kalimat Topik
2.Kalimat pendukung
3.Kesimpulan
Kalimat topik adalah kalimat yang paling terpenting dalam sebuah paragraf karena merupakan ide utama dalam paragraf tersebut. Topik juga mengontrol dan membatasi ide yang didiskusikan dalam paragraf.
Kalimat topik dibagi menjadi dua bagian yaitu topik dan pengontrol ide, sedangkan topik adalah subject yang kita bicarakan.
Contoh :
Warna kuning adalah warna yang menggambarkan aktifitas mental.
Topik : warna kuning
Pengontrol ide membatasi atau mengontrol topik kita ke sebuah aspek yang akan kita tulis.
Contoh :
Warna merah adalah simbol keberanian.
Topik : warna merah
Pengontrol ide : simbol keberanian
Topik boleh saja mempunyai satu atau lebih pengontrol ide, misalnya :
Warna merah adalah simbol keberanian dan kekuatan.
Topik : warna merah
Pengontrol ide 1: keberanian
Pengontrol ide 2 : kekuatan
Contoh paragraf lengkap:
Kita semua terpengaruh oleh warna.Ada
beberapa warna yang sangat kita suka dan beberapa warna yang tidak kita suka
sama sekali. Beberapa warna melenakan kita, lainnya mengherankan kita, ada yang
membuat kita senang dan ada juga yang membuat kita sedih. Manusia terpengaruh
oleh warna lebih dari yang mereka duga karena warna berhubungan erat dengan
semua aspek kehidupan kita.
Kalimat topik : Kita semua terpengaruh oleh warna
Topik : Kita semua
Pengontrol ide : terpengaruh oleh warna
Kalimat pendukung :
Ada beberapa
warna yang sangat kita suka dan beberapa warna yang tidak kita suka sama
sekali.
Beberapa warna melenakan kita, lainnya mengherankan kita, ada yang membuat kita senang dan ada juga yang membuat kita sedih.
Kesimpulan :
Manusia terpengaruh oleh warna lebih dari yang mereka duga karena warna berhubungan erat dengan semua aspek kehidupan kita.
Warna kuning adalah warna yang menggambarkan aktifitas mental.
Topik : warna kuning
Pengontrol ide membatasi atau mengontrol topik kita ke sebuah aspek yang akan kita tulis.
Contoh :
Warna merah adalah simbol keberanian.
Topik : warna merah
Pengontrol ide : simbol keberanian
Topik boleh saja mempunyai satu atau lebih pengontrol ide, misalnya :
Warna merah adalah simbol keberanian dan kekuatan.
Topik : warna merah
Pengontrol ide 1: keberanian
Pengontrol ide 2 : kekuatan
Contoh paragraf lengkap:
Kita semua terpengaruh oleh warna.
Kalimat topik : Kita semua terpengaruh oleh warna
Topik : Kita semua
Pengontrol ide : terpengaruh oleh warna
Kalimat pendukung :
Beberapa warna melenakan kita, lainnya mengherankan kita, ada yang membuat kita senang dan ada juga yang membuat kita sedih.
Kesimpulan :
Manusia terpengaruh oleh warna lebih dari yang mereka duga karena warna berhubungan erat dengan semua aspek kehidupan kita.
BAB VII
Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat
utama juga turut menentukan jenis paragraf, dari dasar tersebut penulis
menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf sebagai salah satu criteria
penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini
berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan
empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf.
1. Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.macam-macam penalaran deduktif:
1. Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.macam-macam penalaran deduktif:
ü Akibat-sebab: dimulai
pada fakta-fakta yang menjadi akibat lalu kita analisis
untuk
mencari sebabnya.
ü Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan).
Rumus silogisme :
PU=A=B: Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK=C=A: Lisa ingin sukses
K=C=B: Lisa harus belajar dan berdoa
PU=A=B: Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK=C=A: Lisa ingin sukses
K=C=B: Lisa harus belajar dan berdoa
ü Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu
orang ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaran.
Contoh : PU : Semua orang ingin
sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lisa ingin sukses
K : Lisa harus belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entimen : C = B
karena C = A: Lisa harus belajar dan berdoa karena
Lisa ingin sukses
2. Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-enjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.Macam-macam penalaran induktif:
v Generalisasi:
perumusan kesimpulan umum berdasarkan data/kejadian-kejadian
yang
bersifat khusus.
Contoh dari penalaran generalisasi :
Berasarkan
pengamatan yang diakukan kepada siswa SMA 14. Saat mereka melaksanakan upacara,
semua siswa memakai sepatu hitam dan kaus kaki putih. Pakaian mereka
putih-putih dan kemeja dimasukkan ke dalam celana dan ke dalam rok, memakai
ikat pinggang warna hitam. Pakaian mereka dilengkapilagi dengan dasi dan topi
berwarna abu-abu. Jadi dapat dikatakan, siswa SMA 14 pakaiannya seragam dan
tertib sewaktu melaksanakan upacara.
v
Sebab-akibat: dimulai dengan fakta-fakta yang menjadi sebab
menuju
kesimpulan
yang menjadi akibat.
Contoh penalaran sebab akibat :
Hujan
berturut-turut mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik. Air pun
mulai menggenang di jalan dan halaman rumah kami. Akhrnya banjr pun melanda
desa kami.
v Analogi adalah
pengambilan kesimpulan dengan asumsi bahwa jika dua atau
beberapa
hal memiliki banyak kesamaan, maka aspek lain pun memiliki
kesamaan.
Contoh penalaran
analogi :
Seorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu
mendaki ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang memebuat seseorang
jatuh. Ada pula
semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula
bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rinyangan seperti kesulitan
ekonomi, kesulitan menangkap pelajaran, dan lain sebagainya. Apakah dia sanggup
melaluinya? Jadi menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai
puncaknya
3.Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf
ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal
ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama.
Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis
merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki
satu pikiran utama, bukan dua.. Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan
oleh Keraf (1989:73):
Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti “lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus.
Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti “lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus.
4.Paragraf Tanpa
Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama
tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa
digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa
kalimat utama:
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikanguntur dan terdengar sampai lebih dari 1000
km jauhnya.(Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan
Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut,Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif atau paragraf deskriptif.
BAB VIII
Jenis Paragraf Berdasarkan Pola Pengembangannya
A.NARASI
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didalamya terdapat alur cerita, setting, tokoh dan konflik tetapi tidak memiliki kalimat utama.
Contoh:
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didalamya terdapat alur cerita, setting, tokoh dan konflik tetapi tidak memiliki kalimat utama.
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu
di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah
ke langit-langit perpustakaan,mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali
menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
B.DESKRIPSI
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
C.ARGUMENTASI
Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Contoh:
Sebagian anak
D.PERSUASI
Paragraph persuasi adalahjenis paragraf yang mengungkapkan ide,gagasan,atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Contoh:
Dalam diri setiap bangsaIndonesia
harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa
kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap
tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat,
kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan
demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling
mencintai.
Dalam diri setiap bangsa
E.EKSPOSISI
Paragraf eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar
tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab,
hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen.
Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga
harganya meningkat.
Paragraf eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Contoh: