Thursday, April 26, 2012

Tafsir Qur'an


AYAT-AYAT TENTANG KETUHANAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Tafsir Qur’an
Dosen Pengampu
Mayadina RM., SHI., MA.
Description: Inisnu

Di susun oleh                 : Zudi Pranata
 

INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU) JEPARA
SEMESTER 3D
2011
Jln Taman Siswa No.9 Pekeng Tahunan Jepara, 59427
Telp./fax (0291) 593132
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG  MASALAH
Dalam Al-Qur’an sudah banyak penjelasan mengenai ayat-ayat yang di dalamnya mengandung sebuah pembuktian tentang ketuhanan Allah SWT dan pernyataan (keesaan) bahwa tiada tuhan selain Allah SWT. Salah satu ayat-ayat tersebut antara lain: Surat AL-Ikhlas ayat 1-4, surat Al-Isyra’ ayat 110-111, surat Al-hadid ayat 4 dan lain-lain.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas kali ini kita akan membahas beberapa ayat tentang ketuhanan antara lain: Surat AL-Ikhlas ayat 1-4, surat Al-Isyra’ ayat 110-111, surat Al-hadid ayat 4, asbabun nuzul ayat tersebut, lafadz dalam ayat tersebut, tafsir ayat tersebut, dan hikmah yng terkandung dalam ayat tersebut.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    BEBERAPA AYAT TENTANG KETUHANAN
سُوۡرَةُ الإخلاص
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ (١) ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ (٢) لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ (٣) وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ ڪُفُوًا أَحَدٌ (٤)
Artinya;
Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang! (1) Allah, abadi berseru dari semua! (2) Dia  tidak juga ma diperanakkan. (3) Dan tidak ada yang sebanding kepada-Nya. (4)
سوۡرَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء

قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَـٰنَ‌ۖ أَيًّ۬ا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ‌ۚ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِہَا وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٲلِكَ سَبِيلاً۬ (١١٠) وَقُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى لَمۡ يَتَّخِذۡ وَلَدً۬ا وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ شَرِيكٌ۬ فِى ٱلۡمُلۡكِ وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ وَلِىٌّ۬ مِّنَ ٱلذُّلِّ‌ۖ وَكَبِّرۡهُ تَكۡبِيرَۢا (١١١)
Artinya :
Katakanlah:” serulah Allah atau serulah Ar-rahman. dengan nama yang mana saja yang kamu seru Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula merendahkannya dancarilah jalan tengah diantara kedua itu”.(110) Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah, Siapakah yang tidak diambil kepada-Nya seorang putra, dan Siapakah yang ada di Kedaulatan mitra, juga telah Dia melindungi setiap teman melalui ketergantungan. Dan memperbesar-Nya dengan keindahan semua. (111)

سُوۡرَةُ الحَدید

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ۬ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ يَعۡلَمُ مَا يَلِجُ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَمَا يَخۡرُجُ مِنۡہَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا يَعۡرُجُ فِيہَا‌ۖ وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ‌ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ۬ (٤)
Artinya :
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia naik Takhta. Dia mengetahui apa yang yang masuk bumi dan semua yang darinya emergeth dan semua yang datang turun dari langit dan semua ascendeth yang di dalamnya, dan Dia bersama kamu di manasaja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (4)

B.     ASBABUN NUZUL
1.      Surat Al-Ikhlas
Sebab turunnya surat ini adalah, ketika orang musyrik atau orang Yahudi berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Beritakan kepada kami sifat Rabb-mu!” Kemudian Allah Ta’ala menurunkan surat ini.[1]
Surat Al-Ikhlas Imam Ahmad telah berkata.. saya telah di ceritakan oleh Abu said Muhammad bin Asshoghoni t  binelah diceritakan oleh Abu Ja’far Arrazy telah di ceritakan oleh Arrobik bin Annas dari Abii Al afiyah dari Abi bin Ka’ab sesungguhnya orang-orang musrikin berkata kepada Nabi :انسب لنا ربك فا نزل الله تعالى (قل الخز....) nisbatkanlah tuhanmu kepada kami.. maka Allah menurunkan Surat Al-Ikhlas.[2]
Surat Al-Ikhlash adalah termasuk golongan surat Makkiyah. Surat yang terdiri dari 4 ayat ini berisi tentang kemurnian ke-esaan Allah SWT. Ada kisah menarik yang menjadi latar belakang diturunkannya Surat Al-Ikhlash ini.
Ketika itu dakwah Rasulullah di Mekkah mendapat banyak sekali tantangan, termasuk ancaman pembunuhan. Saat Rasulluhah berhasil keluar dari Mekkah dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah, ancaman pembunuhan pun masih tetap ada.
Kaum kafir Quraisy mengadakan pertemuan di Darun Dadwah untuk menangkap Rasulullah dan membawa ke hadapan mereka. Lalu mereka sepakat bahwa siapapun yang berhasil menangkap Muhammad, hidup atau mati, akan diberi hadiah 100 unta merah, 100 jariyah dari Rum, dan 100 kuda Arab. Lalu seorang laki-laki bernama Suroqoh menyatakan kesediaannya.
Singkatnya, Suroqoh dengan kudanya berhasil mengejar Rasulullah yang dalam perjalanan ke Madinah. Sebenarnya Malaikat Jibril telah turun dan berkata pada Rasulullah,”Wahai Rasulullah, Allah telah menundukkan bumi ini untuk mentaati perintahmu.”
Maka saat Suroqoh tepat berada di belakang Rasulullah sambil menghunus pedangnya, tiba-tiba ia terjatuh, dan terperosok ke dalam bumi. Sementara itu Rasulullah pura-pura tidak tahu dan melanjutkan perjalanan.
Lalu Suroqoh memanggil,”Hai Muhammad, tolonglah aku. Aku tidak akan membuuhmu. Marilah kita berdamai.”
Rasulullah pun menolong Suroqoh. Namun setelah selamat, Suroqoh malah kembali menghunuskan pedangnya dan hendak menikam Rasulullah. Saat ujung pedang Suroqoh hamper mengenai kulit Rasulullah, tiba-tiba Suroqoh kembali terperosok ke dalam bumi untuk kedua kalinya.
Suroqoh pun kembali berteriak meminta tolong kepada Rasulullah. Dan Rasulullah pun menolongnya lagi. Setelah selamat, Suroqoh pun mendekat dan bersimpuh di hadapan unta yang dikendarai Rasulullah, seraya berkata,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Tuhanmu. Sekiranya Dia memiliki kekuasaan sehebat itu, apakah Tuhanmu itu terbuat dari emas ataukah perak?”
Rasulullah pun menundukkan kepalanya. Dan Malaikat Jibril pun datang membawa wahyu, yakni Surat Al-Ikhlas sebagai jawaban atas pertanyaan Suroqoh.[3]
2.      Surat Al-Isra’
Ayat 110
Pada suatu waktu Rasullullah SAW melakan ibadah sholat di Makkah dan berdoa di dalam doa tersebut terdapat kata-kata : “Ya Allah, Ya Rahman”. Mendengar doa Rasullullah, kaum musyrikin berkata:”perhatikanlah orang itu. Ia telah murtad dari agamanya”. Ia melarang kita menyeru dua tuhan, tetapi ia sendiri melakukannya”. Sehubungan dengan hal itu, maka allah SWT menurunkan ayat ke-110 yang menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah Maha Esa, hanya saja mempunyai Asma al-Husna.
(HR. Ibnu Marduwaih dan yang lain dari Ibnu Abbas).[4]
Keterangan
Menurut pendapat Ibnu Jarir, menerangkan ayat ini berkenaan dengan cara melakukan sholat adalah lebih shohih dari pada yang menerapkan berkaitan dengan cara melakukan doa.
Imam Nawawi al-Baghdadi dan Imam yang lain menggaris bawahi pendapat Ibnu Jarir tersebut. Sedang menurut Imam al-Hafizh Ibnu Hajar turunnya ayat ini juga berkenaan dengan peristiwa tersebut. Yakni berkenaan dengan masalah sholat dan masalah doa. Jadi, ayat ini turun dua kali.
Rasullullah SAW apabila melakukan sholat di Baitullah senantiasa menyaringkan suara di kala brdoa. Sehubungan dengan hal itu, maka Allah SWT menurunkan ayat ke-110 sebagai larangan menyaringkan suara di kala berdoa sehabis melakukan sholat.
(HR. Ibnu Marduwaih dari Abu Hurairah).[5]
Ayat 111             
            Kaum Yahudi dan Nasrani mempunyai anggapan bahwa Allah mempunyai anak. Sedangkan orang Arab beranggapan bahwa Tuhan mempunyai sekutu, kecuali sekutu yang di miliki dan di kuasai-Nya sendiri. Sedangkan kaum Murtad (shabi-un) dan kaum Majusi beranggapan bahwa Allah akan hina apabila tidak mempunyai pembela dan penjaga. Sehubungan dengan hal itu, maka Allah SWT menurunnkan ayat ke-111 yang menegaskan bahwa Allah tidak berputra, tidak bersekutu, tidak mempunyai penjaga maupun pelindung. Jadi, ayat ini di maksud untuk mnyanggah asumsi orang-orang musyrik terhadap Allah.
(HR. Ibnu Jarir dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi).[6]
3.      Surat Al-Hadid
Surat al hadid. Imam Ahmad berkata saya di ceritakan oleh Yazid bin abdi robbah diceritakan oleh Baqiyyah bin Walid di ceritakan oleh bujairo bin Said dari dari Kholid Bin Ma’dan dari Ibnu abi Bilal dari Arabad Bin Sariyah  sesungguhnya Rasulullah eh membaca beberapa tasbiih sebelum beliau tidur dan berkata ان فيهن اية افضل من الف اية dan ini di riwayatkan Oleh Abu Dawud dan Imam turmudzi.[7]

C.    LAFADZ  DALAM SURAH
1.      Surat Al-Ikhlas
(قل هو الله احد)  Lafadz Allah adalah bentuk khobar dari هو dan lafadz Ahad adalah badal dari lafadz lafadz nya juga atau khobar yang kedua.(الله الصمد)mubtada’ dan khobar maksudnya  kebaikan untuk menunjukan pada dua sifat Allah tadi.[8]
 Katakanlah   membuktikan bahwa Nabi SAW. Menyampaikan segala sesuatau yang diterima dari ayat-ayat aAl-qur’an yang di sampaikan oleh malaikat Jibril As.
Huw bias diterjemahkan Dia. Kata ini bila digunakan dalam redaksi semacam bunyi ayat pertama ini maka ia berfungsi untuk menunjukan betapa pentin kandngan redaksi berikutnya, yakni AllahU ahad.[9]
Assamad di ambil dari kata kerja shomad yang berarti menuju. Ahomad adalah kata jadian yang berarti yan dituju. Suatau riwayat yang disandarkan kepada Ibnu Abbas ra. Menyatakan bahwa ASSHOMAD berarti, “ tokoh yang telah sempurna ketokohannya, mulia dan mencapai puncak kemuliaan yang agung dan mencapai puncak keagungan yang penyantun dan tiada melebihi santunanya, yang mengetahui lagi sempurna pengetahuanya hyang bijaksana dan tiada cacat dalam kebjaksananya.”[10]
Lam. Digunakan untuk menafikaan sesuatu yang telah lalu. Kata tersebut digunakan karena selaa inigtelah beredar kepercayaan bahwa tuhan beranak dan dipernakan
Yalid:beranak yuulad : diperanakkan. terambil  .. jadi penafian lafad yalid dan yuulad itu merupakan sifat eksisitensi Tuhan. Lam yalid tidak beranak baru lam yuulad atau tidak di peranakan.[11]
2.      Surat Al-Isyra’
الاسماء الحسنى nama-nama atau sifat-sifat Allah yang berjumlah 99 ولا تجهر بصلا تك di dalam bacaan sholat supaya orang-orang musrikin tidak  mencaci makimu dan tidak mencaci maki Alqur’an dan Dzat yang telah menurunkanyaولا تخا فت jangan di pelanakan بها supaya bermanfaat bagi para shahabatmuالجهر والمخا فتة antara kers dan pelan-pelanطريقا وسطا  jalan yang benarوقل الى فى الملك dalam ketauhidanولم يكن له ولي dzat yang menolongالذل kehinaan sehingga butuh pada dzat yang maha menolongوكبره تكبير  dzat yang sempurna maha agungnya.[12]
3.      Surat Al-Hadid
وهو الى ستة ايام dari hari-hari dunia yang di awali hari ahad dan di akhiri jum’ah في الارض seperti hujan dan kematian وَمَا يَخۡرُج seprti tumbuh-tumbuhan dan logam وَمَا يَنزِلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ seperti rohmat dan adzab وَمَا يَعۡرُجُ meningkat فِيہَا‌amal kebaikan dan amal keburukan وَهُوَ مَعَكُمdengan pengetahun Allah وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ۬ sesuatu yang berwujud semuanya.[13]

D.    TAFSIR AYAT
1.      Surat Al-Ikhlas
Qul = “Katakanlah”. Pernyataan ini ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya. “Huwa Allahu ahad” = “Dialah Allah Yang Maha Esa”. Menurut ahli I’rab, huwa adalah dhamir sya’n, dan lafdzul jalalah Allah khabar mubtada dan “Ahadun” khabar kedua. ‘Allahu Ash-Shomad’ kalimat tersendiri. “Allahu Ahadun” Yakni, Dia adalah Allah yang selalu kamu bicarakan dan yang selalu kamu memohon kepada-Nya. “Ahadun”. Yakni, Yang Maha Esa dalam kemuliaan dan keagungan-Nya, yang tiada bandingan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan Dia Maha Esa dalam kemuliaan dan keagungan. “Allahu Ash-Shomad” adalah kalimat tersendiri Allah Ta’ala menjelaskan bahwa dia Ash-Shomad. Makna yang paling mencakup iallah Dia mempunyai sifat yang sempurna yang berbeda dengan semua mahkhluk-Nya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Ash-Shomad ialah yang sempurna Keilmuan-Nya, Yang sempurna Kesantunan-Nya, Yang sempurna Keagungan-Nya, Yang sempurna Kekuasaan-Nya. Sampai akhir perkatan-Nya.[14]
Ini artinya bahwa Allah Ta’ala tidak membutuhkan makhluk karena Dia Maha Sempurna. Dan juga tertera dalam tafsir bahwasanya As-Shamad ialah yang menangani semua urusan makhlukNy-Nya. Artinya, Bahwa seluruh makhluk sangat bergantung kepada Allah Ta’ala. Jadi, arti yang paling lengkap ialah : Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifat-Nya dan seluruh makhluk sangat bergantung kepada-Nya.
“Lam yaalid”. Bahwa Allah Azza wa Jalla tidak mempunyai anak karena Dia adalah Dzat Yang Maha Muali dan Maha Agung, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Seorang anak adalah sempalan dan bagian dari orang tuanya. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Fathimah Radhiyallahu ‘anha.
“Artinya : Ia adalah bahagian dari diriku”. [15]
Allah Azza wa Jalla tidak ada yang serupa dengan-Nya. Anak merupakan salah satu kebutuhan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan dunia maupun untuk menjaga kesinambungan keturunan. Allah Azzan wa Jalla tidak memerlukan itu semua. Dia juga tidak dilahirkan karena tidak ada yang serupa dengan-Nya dan Allah Azza wa Jalla tidak memerlukan seorang dari makhluk-Nya. Allah telah mengisyaratkan bahwa mustahil bagi-Nya mempunyai anak, seperti dalam firman-Nya.
“Artinya : Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri ? Dia menciptakan segala sesuatu ‘ dan Dia mengetahui segala sesuatu” [Al-An’am : 101]
Seorang anak membutuhkan orang yang melahirkannya.
Demikianlah, Allah adalah Dzat Yang Menciptakan segala sesuatu. Jika Allah menciptakan segala sesuatu berarti Dia terpisah dari makhluk-Nya.
Dalam firman-Nya : Lam yaalid” = “tidak beranak” merupakan bantahan terhadap tiga kelompok anak Adam yang menyimpang. Mereka adalah orang Musyrik, orang Yahudi dan orang Nasrani. Orang musyrik meyakini bahwa malaikat yang mereka itu ‘Ibadur Rahman’ berjenis perempuan. Mereka mengatakan bahwa malaikat tersebut adalah anak perempuan Allah. Orang Yahudi mengatkan ‘Uzair adalah anak Allah, dan orang Nasrani mengatakan Al-masih adalah anak Allah. Kemudian Allah mengingkari mereka semua dengan firman-Nya “Lam yaalid wa lam yuu lad” = “Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan”, karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Pertama, tidak ada sesuatu yang mendahului-Nya, bagaimana mungkin dikatakan bahwa Dia dilahirkan.
Firman Allah.
“Artinya : Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” [Al-Ikhlash : 4]
Yaitu tidak ada sesuatu pun yang menyamai seluruh sifat-sifat-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menafikan Dirinya mempunyai ayah atau Dia dilahirkan atau ada yang semisal dengan-Nya.
Surat ini mempunyai keistimewaan yang sangat agung. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Bahwa ia (surat Al-Ikhlash) menyamai sepertiga Al-Qur’an”[16]
Surat ini menyamai sepertiga Al-Qur’an tetapi tidak dapat menggantikan sepertiga Al-Qur’an tersebut. Dalilnya, kalau seorang membaca surat ini sebanyak tiga kali di dalam shalat, masih belum mencukupi sebelum ia membaca surat Al-Fatihah. Padahal jika ia membacanya tiga kali, seolah-olah ia membaca semua Al-Qur’an, tetapi tidak dapat mencukupinya. Jadi, kamu jangan heran ada sesuatu yang sebanding tetapi tidak mencukupi. Misalnya sabda Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Barangsiapa membaca :
“Artinya : Tiada ilah yang berhak disembah kecuali hanya Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segala kekuasaan dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu”
Seakan-akan ia telah membebaskan empat orang budak dari keuturunan Isma’il atau dari anak Ismail”[17]
Padahal jika ia berkewajiban untuk membebaskan empat orang hamba, dengan mengatakan dzikir ini saja tidak cukup untuk membebaskan dirinya dari kewajiban membebaskan hamba tersebut. Oleh karena itu, sam bandingnya sesuatu belum tentu dapat menggantikan posisi yang dibandingkan.
Surat ini dibaca Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada raka’at kedua shalat sunnah Fajr, shalat sunnah Maghrib dan shalat sunnah Thawaf . Begitu juga beliau membacanya dalam shalat witir. karena surat ini merupakan landasan keikhlasan yang sempurna kepada Allah, inilah sebabnya dinamai dengan surat Al-Ikhlash.[18]
2.      Surat Al-Isyra’
Ismail Bin Abi Fudaikh berkata bahwa rasullullah SAW bersabda, “tidaklah menimpa sutu kesulitan padaku , nelainkan jibril As pasti menjelma padaku seraya berkata wahai Muhmmad SAW aku bertaqwakal kepada yang maha hidup yang tidak pernah mati dan segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaannya dan dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya (HR. Albaihaki dalam kitab Asma’ Wa syifa’)[19]
Dalam tafsir Al-Misbah Al-biqoi menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya dengan memunculkan satu pertanyaan yang lahir dari ayat yang lalu yaitu setelah terbukti kebesaran Allah dan kebenaran serta keagungan Al-Qur’an dan setelah di uraikan orang-orang yang berilmu bersujud kepada Allah dengan penuh khusyu’ sedang saat sujud adalah saat paling tepat untuk berdoa. Maka di sini seakakan mereka yang tadinya enggan percaya berkata: “kini kami percaya, maka bagaimana dan dengan nama apa kami bermohon?” ayat ini menjawab pertanyaan itu.[20]
Dalam buku Tafsir Qur’an Karim yang di buat oleh Prof.Dr. H. Muhammad Yunus di terangkan sebagai berikut ada orang kafir mengatakan, bahwa Nabi Muhammad melarang kami menyembah dua Tuhan padahal ia sendiri memanggilkan (mendoa); Ya Allah Ya Rahman, maka turun ayat ini.Yakni panggillah (mendoalah) kepada yang maha esa dengan nama-Nya: Allah atau namanya: Rahman, karena Allah mempunyai nama-nama yang baik, di antaranya ialah yang tersebut itu.[21]

3.      Al-Hadid
Sebagaimana kita ketahui Allah maha kuasa atas segala sesuatu, ketatapan Allah apabila dia menghendaki sesuatu maka dia katakan jadilah maka akan jadi, tanpa melalui proses yang panjang begitulah Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Tapi, ketika Allah menjelaskan penciptaan langit dan bumi, disini dikatakan dalam enam hari/masa, timbul pertanyaan apakah Allah tidak sanggup melakukannya dalam sekejap?, padahal Allah maha kuasa. Isa yang tanpa bapak ketika Allah menghendakinya lahir, maka lahirlah, sampai karena tanpa bapak, orang nasrani menjadikannya tuhan, atau anak Tuhan. Kalau secara logika harusnya Adam yang tidak punya bapak dan ibu lebih pantas. Mengapa untuk penciptaan langit dan bumi fi sittati ayyam dan apa hikmahnya dibalik ini.
    Hikmahnya adalah mengajarkan kepada manusia dalam proyek yang besar itu perlu ada pentahapan, dalam enam tahap dengan plening yang berkesinambungan, begitu Allah memerintahkan kepada kita untuk mengambil ibrah bagi orang yang berakal.
 “Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy”
    Suatu kali Rasulullah pernah menggambarkan ‘Arsy dan kursinya Allah seperti yang dikatakan dalam ayat kursi. ‘Arsy bila dibandingkan dengan langit dan bumi, kalau langit dan bumi itu sebuah cincin, maka ‘arsy itu bagaikan padang pasir yang luas, begitulah perbandingan langit dan bumi dengan ‘arsy dan kursinya Allah.
    Suatu kali Imam Malik ditanyakan tentang Allah bersemayam di ‘Arsy, dan beliau menjawab “kata istawa itu berarti berada atau duduk, kemudian kalau ditanyakan bagaimana itu, kita tidak perlu tau, karena memang Allah memberikan jangkauan ilmu kita terbatas, karenanya yang terbatas ini tidak mungkin mencapai yang tidak terbaatas, cuma kita sebagai muslim harus beriman tentang bersemayamnya Allah di ‘Arsy.
“Dia mengetahui apa yang masuk kedalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya ”
    Kalau diayat satu dikatakan bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, diayat dua dikatakan yang memiliki segalanya, ayat ke empat ditekankan lagi dialah yang menciptakan segalanya, sangat wajar kemudian dia tau ciptaannya. Dia tau apa saja yang masuk kebumi, bisa air, akar, bias juga jenazah yang masuk kebumi, didalam ayat lain dikatakan,  dia juga tau tentang kadarnya, juga segala yang ada diperut bumi.
    Ibnu Katsir menyatakan Allah tahu segala air yang masuk kebumi dan segala biji-bijian yang tertimbun dan apa saja yang keluar, barangkali kita tidak banyak tau berapa emas diIrian Jaya berapa banyaknya. Tumbuhan atau tanamanya, disebutkan diayat lain “dialah yang mempunyai kunci segala yang baik, dia tau yang ada didaratan dan dilautan, tidak ada daun yang jatuh kecuali Allah tau,” kapan dari pohon apa? Dimana?, tidak ada satu pun benih yang ditimbun ditanah yang gelap, tidak ada yang basah dan kering kecuali sudah ditetapkan.
    Dia tahu yang turun dari langit, apa itu rejeki, meteor, dari atas langit rejeki itu, hujan, embun, air, salju es, termasuk ketetapan Allah sendiri qodo dan qodar. sehingga seharusnya ketidakberdayaan menyelesaikan banjir itu perlu komunikasi kita dengan Allah ditingkatkan. Kata Ibnu Katsir ketika air hujan itu turun dia dikawal oleh malaikat yang telah Allah tetapkan dimana turunnya, dia Allah yg maha kuasa tentang itu.
“Apa yang naik kelangit”. Apakah berupa uap atau amal perbuatan kita. Ada malaikat yg menemani kita malam dan siang, Malaikat malam naik kelangit ketika waktu subuh dan Malaikat siang naik kelangit pada waktu ashar, makanya ashar dan subuh itu bagusnya berjama’ah dan diawal waktu. Dan ketika sampai di langit malaikat itu dipanggil dan ditanya oleh Allah, padahal Allah tau. Kata petugas malam saya datang ashar dilagi sholat, dan saya berangkat subuh dilagi sholat, Malaikat ketemu waktu itu, kalau kita shalatnya di awal waktu seperti itu. Tapi kalau subuhnya kesiangan asharnya kesorean tidak begitu jawabannya dia naik setiap hari.
    Dan yang pekanan itu senin dan kamis, itulah sebabnya Rasulullah  bersabda ketika ditanya tentang puasa sunnah senin dan kamis “aku melakkukannya agar laporan ada plusnya, bahwa  ketika amal itu diangkat saya sedang berpuasa” bahkan disebutkan bahwa amal-amal sholeh itu Allah angkat terus keatas. Ada sebuah hadits yg mengatakan “amal perbuatan kita yang dimalam Allah angkat sebelum siang, amal kita disiang hari Allah angkat sebelum malam”.
“Dan Dia bersamamu dimana saja kamu berada”
    Ini yang disebut maiyatul ilm, (kebersamaan Allah dalam artian pengetahuan Allah) kemaha tahuan Allah, berlaku untuk semua manusia. Dalam artian pengetahuan Allah tidak lepas dari siapapun ada lagi maiyatun nasr, seperti dijelaskan dalam surat Attaubah 36, diujungnya ma’a itu artinya perlindungan, pertolongan dan kemenangan. Kalau orang mukmin itu maiyatul khossoh, tapi kalau untuk maiyatul Ammah itu maiyatul Ilm, dan dalam ayat ini adalah maiyatul ilm.
“dan Allah maha melihat apa saja yang kamu kerjakan”
    Ibnu Katsir berkata “Allah selalu menyaksikan apa yang kamu lakkuan dimanapun kamu berada Allah tau, apakah anda berada didarat atau dialaut,  dimalam hari yang gelap atau disiang hari yang terang, diruman atau ditanah lapang, Dia dengar ucapan kamu, Dia tau yang kamu nampakan dan Dia tau yang kamu sembunyikan, diayat lain disebutkan “Dan Allah maha tau samapai yang ada dilubuk hati kita,” ayat seperti ini perlu kita wiridkan, karena penyakit manusia itu pelupa, agar bisa mengntisipasi lupa ini perlu sering-sering kita ingat, caranya dengan membaca ayat seperti ini. Begitulah juga ayat kursi yang menerangkan sepuluh prinsif, kalau kita ingat ayat ini tidak ada lagi kemalasan, tapi disamping kita baca perlu juga kecerdasan dan kesadaran.
    Ada sebuah kisah ulama memiliki murid banyak, ada seorang murid yang masih muda dan paling disayang, murid-murid yang tua itu minta bukti kenapa yang muda itu diberlakukan secara khusus. Maka suatu waktu dia mengumumkan kompetisi kepada semua muridnya, mereka disuruh membawa pisau dan burung dara, setelah semuanya membawa burung dara dan pisau termasuk murid yang muda itu. Dia berkata “Sekarang kalian pergilah ketempat yang tidak dilihat oleh siapapun lalu sembelihlah burungnya, setelah itu kembalilah ke sini,” setelah ditunggu sekian lama mereka datang, ternyata semuanya burungnya sudah disembelih kecuali yang muda tadi, ketika ditanya kenapa belum disembelih dia berkata “Saya tidak bisa meneymbelihnya karena saya tidak menemukan temapat yang tidak dilihat Allah”. Disamping pemahaman perlu penghayatan, banyak orang tidak mau melakaukan penyimpangan karena dilihat manusia, tapi tidak takut ketika dilihat Allah.[22]
E.     HIKMAH AYAT
1.      Al-ikhlas
·         Allah Ta’ala tidak membutuhkan makhluk karena Dia Maha Sempurna
·         Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifat-Nya dan seluruh makhluk sangat bergantung kepada-Nya.
·         Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Pertama, tidak ada sesuatu yang mendahului-Nya, bagaimana mungkin dikatakan bahwa Dia dilahirkan.
·         Surat ini menyamai sepertiga Al-Qur’an tetapi tidak dapat menggantikan sepertiga Al-Qur’an tersebut.
·         Surat ini dibaca Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada raka’at kedua shalat sunnah Fajr, shalat sunnah Maghrib dan shalat sunnah Thawaf . Begitu juga beliau membacanya dalam shalat witir. karena surat ini merupakan landasan keikhlasan yang sempurna kepada Allah, inilah sebabnya dinamai dengan surat Al-Ikhlash.
2.      Al-Isyra’
·         Saat sujud adalah saat paling tepat untuk berdoa.
·         Sesungguhnya Allah Maha Esa, hanya saja mempunyai Asma al-Husna.
·         Allah tidak berputra, tidak bersekutu, tidak mempunyai penjaga maupun pelindung.

3.      Al-Hadid
·         Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
·         Mengajarkan kepada manusia dalam proyek yang besar itu perlu ada pentahapan, dalam enam tahap dengan plening yang berkesinambungan, begitu Allah memerintahkan kepada kita untuk mengambil ibrah bagi orang yang berakal.
·         Allah maha tahu sampai yang ada dilubuk hati kita.
·         Allah selalu menyaksikan apa yang kamu lakkuan dimanapun kamu berada.






BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang ayat-ayat ketuhanan diatas kita telah mengetahui keagungan dan keesaan Allah SWT yang tidak ada satupun  dzat yang bisa menandingi-Nya di alam semesta ini karena Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifat-Nya dan seluruh makhluk sangat bergantung kepada-Nya dan hanya Allah yang berkehendak atas segala sesuatu di alam semesta ini.

B.     SARAN
Setelah kita pahami  pembahasan tentang ayat-ayat ketuhanan diatas hendaknya kita sebagai makhluk ciptaan Allah meyakini tentang kebesaran Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta beserta isinya.
Pembahasan materi ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.










DAFTAR PUSTAKA

Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad
At-Tirmidzi dalam Kitab Tafsir
Imam Jalil Imaduddin dalam Tafsir Qur’anul Karim
Mahali, A Mujab. 2002. Asbabun Nuzul: Studi Pengalaman Al-Quran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Hasiah Showy Tafsir Jalalain oleh Ahmad Anshowy Al maliki
Shihab, M. Quraish.2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati
Hadits riwayat Ath-Thabrany dalam Tafsirnya
Al-Baihaqy dalam Asma Wash Shiafat
Hadits riwayat Al-Bukhary dalam kitab Fadhilah Para Sahabat
Hadits riwayat Al-Bukhary dalam Kitab Fadhilah Al-Qur’an
Hadits riwayat Muslim dalam kitab Dzikir
Hadits riwayat At-Tirmidzi, dalam Bab-bab Witir
Ar-Rifai, Usamah Abdul Karim. 2008. Tafsir Wajiz. Jakarta: Mu’asasah Darul Ulum dan Darul Faiha
Yunus, Muhammad. 2004. Tafsir Quran Karim. Jakarta: PT Hidakarya Aguna





[1] Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad (5/133), At-Tirmidzi dalam Kitab Tafsir, bab : Surat Al-Ikhlash, no. (3364)
[2] Imam Jalil Imaduddin. Tafsir Qur’anul Karim, Hal: 565
[3] http://dwisuka.blogspot.com/2011/09/sebab-turunnya-asbabun-nuzul-surat-al.html
[4] Mahali, A Mujab. 2002. Asbabun Nuzul: Studi Pengalaman Al-Quran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal: 555
[5] Mahali, A Mujab. 2002. Asbabun Nuzul: Studi Pengalaman Al-Quran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal: 556
[6] Mahali, A Mujab. 2002. Asbabun Nuzul: Studi Pengalaman Al-Quran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal: 557
[7] Imam Jalil Imaduddin. Tafsir Qur’anul Karim, Hal: 302
[8] Hasiah Showy Tafsir Jalalain oleh Ahmad Anshowy Al maliki, juz: 4 hal: 364
[9] Shihab, M. Quraish.2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, hal: 607
[10] Shihab, M. Quraish.2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, hal: 612
[11] Shihab, M. Quraish.2006. Tafsir Al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati, hal: 614
[12] Hasiah Showy Tafsir Jalalain oleh Ahmad Anshowy Al maliki, juz: 3 hal: 367
[13] Hasiah Showy Tafsir Jalalain oleh Ahmad Anshowy Al maliki, juz: 4 hal: 168-169
[14] Hadits riwayat Ath-Thabrany dalam Tafsirnya (30/346). Dan Al-Baihaqy dalam Asma Wash Shiafat hal. 58-59
[15] Hadits riwayat Al-Bukhary dalam kitab Fadhilah Para Sahabat, bab : Budi pekerti kerabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Fatimah Radhiyallahu ‘anha no. (3714). Dan Muslim dalam kitab Fadhilah Para Sahabat, bab : Fadhilah Putri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, no (2449) (93).
[16] Hadits riwayat Al-Bukhary dalam Kitab Fadhilah Al-Qur’an, bab : Fadhilah “Qul Huwa Allahu Ahad” no. (5015) Dan Muslim dalam kitab Shalat Para Musafir, bab : Fadhilah membaca “Qul Huwa Allahu Ahad”, no. (811) (30)
[17] Hadits riwayat Muslim dalam kitab Dzikir, bab : Fadhilah Tahlil, no. (2693) (30)
[18] Hadits riwayat At-Tirmidzi, dalam Bab-bab Witir, bab : Bacaan yang dibaca dalam shalat witir, no. (463). Ia berkata : “hadits ini hasan gharib”.
[19] Ar-Rifai, Usamah Abdul Karim. 2008. Tafsir Wajiz. Jakarta: Mu’asasah Darul Ulum dan Darul Faiha, hal; 294
[20] Shihab, M. Quraish.2006. Tafsir Al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati, hal: 565
[21] Yunus, Muhammad. 2004. Tafsir Quran Karim. Jakarta: PT Hidakarya Aguna, hal: 418
[22] http://bundahilmy.multiply.com/journal/item/280

0 komentar:

Post a Comment

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Zudi Pranata. Powered by Blogger.
 
;