-->
MAKALAH
GUNA MEMENUHI TUGAS
HADITS
DOSEN PENGAMPU
Hj. HindunAnisah, SAg., MA
DISUSUN OLEH: ZUDI PRANATA
NIM: 210191
FAKULTAS: TARBIYAH/ PAI
SEMESTER: 3D
INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU) JEPARA
SEMESTER 3D
2011
Jln Taman Siswa No.9 PekengTahunanJepara, 59427
Telp./fax (0291) 593132
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Pada era modern seperti sekarang ini
kita telah melihat banyak berbagai sosok pemimpin dalam suatu wilayah Negara,
dari atas hingga bawah dalam struktur ekstansi Negara hingga dalam sebuah organisasi
pasti ada sosok seorang pemimpin.
Sebuah komunitas masyarakat dapat hidup
dengan layak dan sejahtera pasti berkat seorang pemimpin, karena pemimpin adalah
yang berwenang dan juga yang berhak mengatur serta memberikan kebijakan kepada seluruh
komunitas masyarakat.
Dan untuk mencapai sebuah kesejahteraan
dalam kehidupan sebuah komunitas masyarakat didunia dibutuhkan sosok seorang pemimpin
yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugasnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latarbelakang permasalahan diatas
dapat kita ketahui bahwa penting bagi kita untuk mengetahui sosok seorang pemimpin
yang bertanggung jawab agar tercipta kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat
di dunia.
Oleh karena itu dalam makalah ini kita
akan membahas hadits tentang tanggung jawab pemimpin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HADITS TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
DalamkitabRiyadussholihin
di jelaskan:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ
وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ
رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه
Artinya:
Diriwayatkan Abdullah bin
Maslamahdari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin umarr.aberkata
:sayatelah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan
akan di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan
diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami
akan di tanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara
rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang
pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga
akan ditanya dar ihal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya
(diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. ( HR. Bukhori, Muslim)[1]
B.
PENJELASAN HADITS
Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanatoleh
Allah swt.untuk memimpin rakyat, yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggung
jawabannyaoleh Allah swt. Dengan demikian, meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan
diri dari tuntutan rakyatnya, karena ketidak adilannya, misalkan, ia tidak akan
mampu meloloskan diri dari tuntutan Allah swt. kelak di akhirat.
Oleh karenaitu,
seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinyas ebagai manusia super yang
bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan tetapi,
sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom
masyarakat, sebagaimana firman-Ny adalam al-Quran:
(٢١٥) ٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنَ ٱتَّبَعَكَ لِمَنِ جَنَاحَكَ وَٱخۡفِضۡ
Rendahkanlah sikap mu terhadap pengikutmu dar ikaum mukminin.
(Q.S.asy-Syu’ara : 215)[2]
Dalam sebuah hadits yang diterima dari siti Aisyah yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi saw. Pernah berdo’a, “Ya Allah, siapa
yang menguasai sesuatu dari urusan umatku lalu mempersuli tmereka, maka persulitlah
baginya.Dan siapa yang mengurusi umatku dan berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah
baginya.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah dan Rasul-Nya
sangat peduli terhadap hambanya agar
terjaga dari kezaliman para pemimpin yang kejam dan tidak bertanggung jawab.Pemerintah
yang kejam dikategoirikan sebagai sejahat-jahatnya pemerintah, sebagaimana sabda
Rasulullah saw.
A’id bin Amru ra.ketika memasuki rumah
Ubaidillah bin Ziyadiaberkata, hai anakku saya telah mendenga rRasulullah saw.
bersabada,“sesungguhnya sejahat-sejahatnya pemerintahan yaitu yang kejam, maka janganlah
kamu tergolong dari mereka.” (HR. Bukharidan Muslim)[3]
Pemimpin yang zalim yang tidak mau mengayomi
dan melayani rakyatnya diancam tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi
memasukinya, sebagaimana disebutkan pada hadits di atas.
Oleh karena itu, agar kaum muslim terhindar
dari pemimpin yang zalim, berhati-hatilah dalam memilih seorangpemimpin.
Pemilihan pemimpin harus betul-betul didasarkan pada kualitas, integritas, loyalitas,
dan yang paling penting adalah perilaku keagamaannya.Jangan memilih mereka karena
didasarkan pada rasa emosional, baik karena ras, suku bangsa, atau pun keturunan.Karena
jika mereka dapat memimpin, rakyatlah yang akan merasakan kerugiannya.
Menurut Quraish Shihab, dari celah-celah
ayat al-Quran ditemukan sedikitnya dua pokok sifat yang harus disandang oleh seseorang
yang memikul suatu jabatan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal tersebut
harus diperhatikan dalam menentukan seorang pemimpin.[4]
Salah satu ayat yang menerangkan tentang hal itu adalah ungkapan putri NabiSyu’aib
yang dibenarkan dan diabadikan dalam al-Quran:
(٢٦) ٱلۡأَمِينُ ٱلۡقَوِىُّ ٱسۡتَـٔۡجَرۡتَ مَنِ خَيۡرَ إِنَّ
….
Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah orang
yang kuat lagi dipercaya. (Q.S. al-Qashash : 26)[5]
Begitu pula al-Quran mengabadikan alasan
pengangkatan Yusuf sebagai kepala badan logistik sebagaimana diisyaratkan dalam
ayat:
(٥٤)أَمِينٌ۬مَكِينٌالَدَيۡنَ ٱلۡيَوۡمَإِنَّكَ….
Sesungguhnya engkau menurut penilaian kami adalah seorang yang kuat
lagi terpercaya. (Q.S. Yusuf:54)[6]
Kedua kriteria itu yang menjadi landasan
utama ketika Abu Bakar ra.Menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia pengumpulan
Mushaf. Alasannya antara lain tersirat dalam ungkapannya, “Engkau seorang pemuda
(kuat lagi bersemangat) dan telah dipercaya oleh Rasulullah saw. Untuk menulis wahyu.
Bahkan Allah swt. Pun memilih Jibril sebagai pembawa wahyu-Nya, antara lain, karena
malaikat Jibril memiliki sifat kuat dan terpercaya (Q.S. 82:19-21).
Pemimpin yang memiliki dua sifat tersebut,
sangat kecil kemung kinan untuk berbuat zalim.Ia selalu berbuat dan bertindak sesuai
dengan aspirasi rakyat.
Dan dalam sebuah hadits diriwayatkan
tentang imbalan bagi pemimpin yang adil, sebagaimana sabdaRasulullah SAW:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو بَكْرٍ يَبْلُغُ
بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ
عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ
وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ
وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Artinya
Diriwayatkan ab ubakar bin abisyaibah dan Zahair bin Harb idan
ibnu numai rberkata Sufyan bin Uyainah dari Amr dan yakni bin Dinar dariamr bin
AwsdariAbdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.aberkata: rasulullah saw bersabda:
sesungguhnya orang-orang yang berlakuadil, kelak disisi allah ditempatkan diatas
mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hokum terhadap keluarga dan apa
saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. (HR. Muslim)[7]
Dalam hadis
ini disebutkan bahwa imbalan bagi pemimpin yang adil adalah kelak di sisi allah
akan ditempatkan di atas mimbar dari cahaya. Secara harfiyah, mimbar berarti sebuah
tempat khusus untuk orang-orang yang hendak berdakwah atau berceramah di
hadapan umum.Karenanya, mimbar jum’at biasanya mengacu pada sebuah tempat khusus
yang disediakan masjid untuk kepentingan khotib.Sementara cahaya adalah sebuah sinar
yang menerangi sebuah kehidupan. Kata cahaya biasanya mengacu pada matahari
sebagai penerang bumi, lampu sebagai penerang dari kegelapan, dsb.Oleh sebab itu,
kata mimbar dari cahaya di dalam hadis di atas tentu tidak sertamerta dimaknai secara
harfiyah seperti mimbar yang dipenuhi hiasan lampu-lampu yang bersinar terang,
melainkan mimbar cahaya adalah sebuah metafor yang menggambarkan sebuah posisi
yang sangat terhormat di mata allah. Posisi itu mencrminkan sebuah ketinggian
status setinggi cahaya matahari.
Bila yang
pertama tadi allah akan menjamin pemimpin yang berbuat adil dengan jaminan naungan
rahmat dari allah, dan hadis selanjutnya menjamin dengan jaminan mimbar yang
terbuat dari cahaya, makajaminan yang ketiga ini adalah jaminan sorga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ
الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
َأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ
وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ
مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ
Artinya:
Ijadl bin himar ra berkata: saya telah
mendengar rasulullah saw bersabda: orang-orang ahli surga ada tiga macam: raja
yang adil, mendapat taufiq hidayat( dari allah). Dan orang belas kasih lunak hati
pada sanak kerabatdan orang muslim. Dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga
kesopanan dan kehormatan diri.(HR. Muslim).[8]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Seorang pemimpin adalah orang yang telah dipercaya oleh Allah
swt.untuk memlihara sebagai kecil dari hamba-Nya di dunia. Maka ia harus berusaha
untuk memelihara dan menjaganya. Jika tidak, ia tidak akan pernah merasakan harumnya
surga, apalagi merasakan kenikmatan menjadi penghuninya.
Agar kaum muslimin memiliki pemimpin
yang adil, yang mampu memelihara dan menjaga mereka, pemimpin yang dipilih adalah
mereka yang betul-betul dapat dipercaya dan kuat dalam kepemimpinannya.
B. SARAN
Hendaknnya jika kita
menjadi seorang pemimpin dapat berlaku adil dan bertanggung jawab agar dapat tercipta
kehidupan yang sejahterah dalam kehidupan bermasyarakat di dunia ini
Pembahasan materi ini
mungkin masih kurangs empurna.Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran
dan perbaikan dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Soenarto, Ahmad. Terjemahan Riyadus Shalihin. (Jakarta: Pustaka
Amin, 1999).
Almath,
Muhammad Faiz. Kumpulan hadist popular.(Jakarta: Gema Insani Press,
1994).
Shihab,
M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. (Jakarta: LenteraHati, 2006).
http://www.quranexplorer.com/Quran/
[1]Soenarto, Ahmad.
TerjemahanRiyadusShalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)
[2] http://www.quranexplorer.com/Quran/
[3]Almath,
Muhammad Faiz. Kumpulan hadist popular.(Jakarta: GemaInsaniPress, 1994)
[4]Shihab, M.
Quraish. Tafsir Al-Misbah. (Jakarta: LenteraHati, 2006)
[5] http://www.quranexplorer.com/Quran/
[6] http://www.quranexplorer.com/Quran/
[7]Soenarto,
Ahmad. TerjemahanRiyadusShalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)
[8]Soenarto,
Ahmad. TerjemahanRiyadusShalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)
0 komentar:
Post a Comment