Sunday, March 31, 2013

Model Dan Jenis Kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan penentu keberhasilan suatu bangsa dalam mewujudkan perkembangan serta kemajuan bangsa tersebut agar tetap menjaga eksistensi persaingan global dengan negara-negara lain. Kemajuan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum pendidikan  yang digunakan oleh negara tersebut, karena kurikulum merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sampai sekarang telah mengalami perubahan kurikulum beberapa kali. Pada awalnya kurikulum yang ada menetapkan mata pelajaran harus disusun secara terpisah, dengan waktu yang dibatasi. Akibatnya terdapat berbagai macam disiplin ilmu yang tidak akan mungkin seluruhnya dapat dikuasai oleh siswa. Akan tetapi model kurikulum tersebut dianggap kurang relevan ketika diterapkan pada suatu pembahasan tertentu. Sehingga sampai sekarang terdapat beberapa jenis dan model kurikulum, untuk lebih jelasnya tentang model dan jenis kurikulum dapat dilihat dalam pembahasan.

  1. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat kita ambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apa saja model kurikulum ?
  2. Apa saja jenis kurikulum ?

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Model Kurikulum
Ada beberapa model kurikulum yang akan kita bahas dalam pembahasan ini, meliputi:
  1. Kurikulum Humanistis
Kurikulum humanistis dipandang oleh sementara pendidik sebagai alat atau langkah awal; pendidik lain melihatnya sebagai cara untuk mengatasi pengrusakan dan mendorong mempelajari mata pelajaran sekolah. Sedang pendidik lainnya lagi masih melihatnya sebagai dasar pendidikan bebas yang sesungguhnya.[1]
Kurikulum humanistis memandang kurikulum sebagai alat untuk mengembangkan diri setiap individu siswa. Kurikulum hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Di samping dipengaruhi oleh konsep fungsi pendidikan untuk mengembangkan pribadi, kurikulum humanistis juga berakar pada konsep-konsep psikologi humanisme, seperti yang dikemukakan Abraham Maslow. Konsep Maslow yang menekankan pada kajian tentang perjenjangan atau hirarki kebutuhan individual memandang, bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi.
Konsep kurikulum humanistis melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada anak didik atau child centered curriculum. Dalam kurikulum seperti ini, setiap siswa berkesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing-masing.

  1. Kurikulum Sebagai Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini menekankan pentingnya kurikulum sebagai alat untuk melakukan rekonstruksi atau penyusunan kembali corak kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Di dalam kurikulum ini disusun rencana yang berkaitan dengan bagaimana menata kembali kehidupan masyarakat menuju tatanan yang dipandang lebih baik. Tatanan ini meliputi sosial, politik, ekonomi, mental, dan spiritual. Melalui proses pendidikan di sekolah yang merupakan implementasi kurikulum siswa diajak unutk mengenali berbagai permasalahan yang muncul di masyarakat, sesuai dengan tingkat berpikirnya, kemudian berupaya mencari alternatif pemecahannya.
Kurikulum ini melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau activity curriculum. Dalam kurikulum ini sekolah tidak menyediakan mata pelajaran-mata pelajaran secara khusus, tetapi menyediakan kemungkinan bagi siswa untuk merencanakan proyek-proyek kegiatan tertentu. [2]

  1. Kurikulum Sebagai Teknologi
Teknologi diterapkan pada kurikulum menurut dua cara. Pertama, teknologi muncul sebagai rencana untuk penggunaan sistematik berbagai alat media, dan sebagai urutan pengajaran yang direncanakan yang berdasarkan prinsip-prinsip dari pengetahuan tingkah laku. Kedua, teknologi ditemukan dalam model dan prosedur untuk penyusunan atau pengembangan dan evaluasi bahan kurikulum dan sistem pengajaran.[3]
Istilah teknologi yang dimaksud yang dimaksud di sini adalah suatu pendekatan sistem dalam memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Konsep ini memandang bahwa kurikulum merupakan satu sistem yang dikembangkan dengan pendekatan sistem. Kurikulum ini lebih menekankan pada perencanaan sistem belajar-mengajar berdasrkan pendekatan sistem.[4]
Belajar di pandang sebagai proses  bereaksi terhadap rangsangan, memperhatikan dan merenungkan petunjuk-petunjuk yang relevan, lebih dari pada sekedar transaksional dimana siswa  mungkin memepengaruhi rangsangan. Siswa diarahkan untuk memperhatikan dan merenungkan akan hal-hal yang bermakna dan di perkuat untuk tingkah laku yang sesuai. Tujuan pengajaran ditentukan sebelumya, bukan muncul dengan sendirinya. Paradigma pengajaran mengikuti prinsip seperti:
a.       Tujuan yang disadari.
Parasiswa di beritahu mengapa penting mempelajari tujuan tertentu atau paling sedikit diberi uraian jelas tentang hal yang harus mereka pelajari.
b.      Paraktek yang sesuai
Siswa mempunyai kesempatan mempraktekkan baik kecakapan prasyarat yang belum di capai maupun tingkah laku yang di kehendaki oleh tujuan.
c.       Pengetahuan tentang hasil
Murid-murid diberi umpan balik yang menunjukkan apakah tanggapan mereka mencukupi dan dibantu untuk membuat mereka lebih memenuhi syarat.[5]


  1. Kurikulum Subyek Akademik
Kurikulum ini dilakukan dengan merencanakan kegiatan mempelajari bahan-bahan pelajaran yang bersifat akademis, seperti halnya mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran dalam kurikulum tradisional. Namun, tidak semua bahan pelajaran yang diambil dari sejumlah mata pelajaran itu dijadikan isi kurikulum, tetapi dilakukan seleksi yang cukup teliti dan mengambil bahan-bahan mana yang bersifat inti dari suatu  disiplin ilmu tertentu.[6]
Maksud kurikulum akademik adalah melatih siswa dalam menggunakan gagasan yang paling bermanfaat dan proses menyelidiki masalah riset khusus. Dengan menjadikan bersifat dapat diterangkan dengan baik dalam disiplin ilmu, siswa diharapkan memperoleh konsep dan metode untuk melanjutkan petumbuhan masyarakat lebih luas apabila formal selesai. Para siswa harus belajar menumbuhkan alasan dan mengontrol selera mereka. Sekolah harus memberikan kesempatan siswa menyadari pencapaian terbaik dari warisan budaya mereka.[7]

  1. Jenis Kurikulum
Setelah membahas model kurikulum di atas, kali ini kita akan mempelajari jenis kurikulum, ada beberapa jenis kurikulum yang akan kita bahas dalam pembahasan ini, meliputi:
  1. Separated Subject Curriculum
Separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh huru baik oleh bidang studi maupun oleh guru kelas.
Pada zaman Romawi ada mata pelajaran yang harus dikasai oleh peserta didik yang terdapat dalam The Seven Liberal Arts yang terbagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok berisikan tiga dan empat mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah yaitu kelompok  Trivum yang berisikan tiga mata pelajaran, gramatik, retorika, dan logika. Kelompok yang lain adalah kelompok Quadrium yang berisikan empat mata pelajaran yaitu; aritmatika, geometri, astronomi dan musik.
Kemudian tiap-tiap mata pelajaran tersebut berkembang menjadi anak cabang ilmu pengetahuan induknya dan berdiri sendiri atau bahkan menjadi prerequisite (prasyarat) untuk mata pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata pelajaran prerequisite dalam mata pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing (menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab (kosa kata) dan reading (membaca). Vocab adalah prerequisite (prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat dari writing. Contoh lain, ilmu pendidikan berkembang menjadi pendidikan historois, pendidikan nasional, pendidikan sosial dan seterusnya. Bidang psikologi berkembang dari psikologi umum beranak cabang menjadi psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi dalam dan sebagainya.
Dalam organisasi separated subject curriculum, yang memisah-misahkan mata pelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap mata pelajaran  dapat berkembang menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan, anak cabang ilmu pengetahuan   berkembang menjadi cucu cabang dan seterusnya yang pada akhirnya peserta didik tidak mampu lagi untuk mempelajari semuanya. Untuk mengatasi hal yang sedemikian maka berbagai mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu sehingga terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan berbahasa, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta yang masing-masing kelompok tersebut berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang pengetahuan yang lebih rinci lagi.
Untuk penyusunan kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi berbagai kelompok mata pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian/ jurusan-jurusan, program-program, sedang peserta didik dipersilahkan untuk memilih bagian-bagian/ jurusan-jurusan, program-program yang sesuai dengan minatnya.sungguhpun demikian penyelenggaraan dan pelaksanaan mata pelajaran masih tetap terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject curriculum.[8]
  1. Correlated Curriculum
Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan ada berbagai macam. Ada yang bersifat timbale balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan dengan sengaja, tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan.
Dalam pengorganisasian kurikulum secara separated dirasa banyak kelemahannya, maka dicari pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau sub pokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama. Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
1)      Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis, misalnya:
a.       Dalam bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran: membaca, tata bahasa, mengarang, bercerita dan sebagainya.
b.      Dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata pelajaran:: pisika, kimia, biologi, dan sebagainya
c.       Dalam bidang studi ilmu sosial, berbagai mata pelajaran: sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.
d.      Dalam bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran: aljabar, ilmu hitung, ilmu ukur, dan sebagainya.
2)      Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, misalnya: pembahasan pokok bahsan “Candi Borobudur”. Untuk membahasa candi Borobudur perlu pembahasan mengenai:
a.       Letak candi : dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi
b.      Letak dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi, antropologi dan sejarah.
c.       Pemilihan batu untuk candi: dibahas olehmata pelajaran ilmu alam
d.      Bentuk candi: dibahas oleh ilmu arsitek
e.       Kedatangan turis(luar/dalam negeri): dibahas oleh mata pelajaran ilmu pariwisata.
f.       Beli souvenir: dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan sebagainya. [9]
  1. Integrated Curriculum
Integrated curriculum (kurikulum terpadu) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi (perpaduan) dari beberapa mata pelajaran  sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.[10]
BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah kita pelajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
  1. Model kurikulum terbagi menjadi 4, meliputi:
Ø    Kurikulum Humanistis.
Ø    Kurikulum Sebagai Rekonstruksi Sosial.
Ø    Kurikulum Sebagai Teknologi.
Ø    Kurikulum Subyek Akademik.
  1. Sedangkan jenis kurikulum terbagi menjadi 3, meliputi:
Ø    Separated Subject Curriculum.
Ø    Correlated Curriculum.
Ø    Integrated Curriculum.
  1. Saran
Kurikulum merupakan suatu pondasi dalam membangun serta dan menjadi titik tombak dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, sebaiknya sebagai seorang pendidik dalam mengembangkan kurikulum langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan model dan jenis kurikulum yang terdapat dalam kurikulum yang digunakan untuk sekolah dasar dan menengah serta perguruan tinggi.
Pembahasan makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Neil, John D. Mc. 1988. Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif. Jakarta: Wirasa
Ali, Muhammad. 2009. Pengembangan kurikulum Di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suparlan. 2012. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pelajaran. Jakarta: Bumi Aksara



[1] John D. Mc. Neil. Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jakarta: Wirasa,1988), hlm. 7
[2] Drs. H. Muhammad Ali, M.Pd., M.A., Pengembangan kurikulum Di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), cet: VI, hlm. 10-12
[3] John D. Mc. Neil, Op. Cit., hlm. 60-61
[4] Drs. H. Muhammad Ali, M.Pd., M.A., Op. Cit., hlm. 13
[5] John D. Mc. Neil, Op. Cit., hlm. 65
[6] Drs. H. Muhammad Ali, M.Pd., M.A., Op. Cit., hlm. 14
[7] John D. Mc. Neil, Op. Cit., hlm. 93
[8] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm.34-38
[9] Ibid, hlm. 41
[10] Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.57

0 komentar:

Post a Comment

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Zudi Pranata. Powered by Blogger.
 
;