BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan penentu keberhasilan suatu bangsa dalam mewujudkan perkembangan serta
kemajuan bangsa tersebut agar tetap menjaga eksistensi persaingan global dengan
negara-negara lain. Kemajuan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum
pendidikan yang digunakan oleh negara
tersebut, karena kurikulum merupakan komponen
penting dalam dunia pendidikan.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sampai sekarang telah
mengalami perubahan kurikulum beberapa kali. Pada awalnya kurikulum yang ada
menetapkan mata pelajaran harus disusun secara terpisah, dengan waktu yang
dibatasi. Akibatnya terdapat berbagai macam disiplin ilmu yang tidak akan
mungkin seluruhnya dapat dikuasai oleh siswa. Akan tetapi model kurikulum
tersebut dianggap kurang relevan ketika diterapkan pada suatu pembahasan
tertentu. Sehingga sampai sekarang terdapat beberapa jenis dan model kurikulum,
untuk lebih jelasnya tentang model dan jenis kurikulum dapat dilihat dalam
pembahasan.
- Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat kita ambil beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
- Apa saja model kurikulum ?
- Apa saja jenis kurikulum ?
BAB II
PEMBAHASAN
- Model Kurikulum
Ada beberapa model kurikulum yang akan kita bahas dalam pembahasan ini,
meliputi:
- Kurikulum Humanistis
Kurikulum humanistis dipandang oleh sementara pendidik sebagai alat atau
langkah awal; pendidik lain melihatnya sebagai cara untuk mengatasi pengrusakan
dan mendorong mempelajari mata pelajaran sekolah. Sedang pendidik lainnya lagi
masih melihatnya sebagai dasar pendidikan bebas yang sesungguhnya.[1]
Kurikulum humanistis memandang kurikulum sebagai alat untuk mengembangkan
diri setiap individu siswa. Kurikulum hendaknya dapat memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Di samping dipengaruhi oleh konsep fungsi pendidikan untuk mengembangkan
pribadi, kurikulum humanistis juga berakar pada konsep-konsep psikologi
humanisme, seperti yang dikemukakan Abraham Maslow. Konsep Maslow yang
menekankan pada kajian tentang perjenjangan atau hirarki kebutuhan individual memandang, bahwa setiap individu mempunyai
kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi.
Konsep kurikulum humanistis melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada
anak didik atau child centered curriculum.
Dalam kurikulum seperti ini, setiap siswa berkesempatan untuk belajar sesuai
dengan minat dan kebutuhannya masing-masing.
- Kurikulum Sebagai Rekonstruksi Sosial
Kurikulum
ini menekankan pentingnya kurikulum sebagai alat untuk melakukan rekonstruksi
atau penyusunan kembali corak kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Di dalam
kurikulum ini disusun rencana yang berkaitan dengan bagaimana menata kembali
kehidupan masyarakat menuju tatanan yang dipandang lebih baik. Tatanan ini
meliputi sosial, politik, ekonomi, mental, dan spiritual. Melalui proses
pendidikan di sekolah yang merupakan implementasi kurikulum siswa diajak unutk
mengenali berbagai permasalahan yang muncul di masyarakat, sesuai dengan tingkat
berpikirnya, kemudian berupaya mencari alternatif pemecahannya.
Kurikulum
ini melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau activity curriculum. Dalam kurikulum ini
sekolah tidak menyediakan mata pelajaran-mata pelajaran secara khusus, tetapi
menyediakan kemungkinan bagi siswa untuk merencanakan proyek-proyek kegiatan
tertentu. [2]
- Kurikulum Sebagai Teknologi
Teknologi
diterapkan pada kurikulum menurut dua cara. Pertama,
teknologi muncul sebagai rencana untuk penggunaan sistematik berbagai alat
media, dan sebagai urutan pengajaran yang direncanakan yang berdasarkan prinsip-prinsip
dari pengetahuan tingkah laku. Kedua, teknologi
ditemukan dalam model dan prosedur untuk penyusunan atau pengembangan dan
evaluasi bahan kurikulum dan sistem pengajaran.[3]
Istilah
teknologi yang dimaksud yang dimaksud di sini adalah suatu pendekatan sistem
dalam memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Konsep ini memandang
bahwa kurikulum merupakan satu sistem yang dikembangkan dengan pendekatan
sistem. Kurikulum ini lebih menekankan pada perencanaan sistem belajar-mengajar
berdasrkan pendekatan sistem.[4]
Belajar
di pandang sebagai proses bereaksi
terhadap rangsangan, memperhatikan dan merenungkan petunjuk-petunjuk yang
relevan, lebih dari pada sekedar transaksional dimana siswa mungkin memepengaruhi rangsangan. Siswa
diarahkan untuk memperhatikan dan merenungkan akan hal-hal yang bermakna dan di
perkuat untuk tingkah laku yang sesuai. Tujuan pengajaran ditentukan sebelumya,
bukan muncul dengan sendirinya. Paradigma pengajaran mengikuti prinsip seperti:
a. Tujuan
yang disadari.
Parasiswa
di beritahu mengapa penting mempelajari tujuan tertentu atau paling sedikit
diberi uraian jelas tentang hal yang harus mereka pelajari.
b. Paraktek
yang sesuai
Siswa
mempunyai kesempatan mempraktekkan baik kecakapan prasyarat yang belum di capai
maupun tingkah laku yang di kehendaki oleh tujuan.
c. Pengetahuan
tentang hasil
Murid-murid
diberi umpan balik yang menunjukkan apakah tanggapan mereka mencukupi dan
dibantu untuk membuat mereka lebih memenuhi syarat.[5]
- Kurikulum Subyek Akademik
Kurikulum
ini dilakukan dengan merencanakan kegiatan mempelajari bahan-bahan pelajaran
yang bersifat akademis, seperti halnya mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran dalam kurikulum tradisional. Namun, tidak semua bahan pelajaran yang
diambil dari sejumlah mata pelajaran itu dijadikan isi kurikulum, tetapi
dilakukan seleksi yang cukup teliti dan mengambil bahan-bahan mana yang
bersifat inti dari suatu disiplin ilmu
tertentu.[6]
Maksud kurikulum akademik
adalah melatih siswa dalam menggunakan gagasan yang paling bermanfaat dan proses menyelidiki
masalah riset khusus. Dengan menjadikan bersifat dapat diterangkan dengan baik
dalam disiplin ilmu, siswa diharapkan memperoleh konsep dan metode untuk
melanjutkan petumbuhan masyarakat lebih luas apabila formal selesai. Para siswa
harus belajar menumbuhkan alasan dan mengontrol selera mereka. Sekolah harus
memberikan kesempatan siswa menyadari pencapaian terbaik dari warisan budaya
mereka.[7]
- Jenis Kurikulum
Setelah
membahas model kurikulum di atas, kali ini kita akan mempelajari jenis
kurikulum, ada beberapa jenis kurikulum yang akan kita bahas
dalam pembahasan ini, meliputi:
- Separated Subject Curriculum
Separated subject curriculum
telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai
dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran
disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang
oleh huru baik oleh bidang studi maupun oleh guru kelas.
Pada zaman Romawi ada mata
pelajaran yang harus dikasai oleh peserta didik yang terdapat dalam The
Seven Liberal Arts yang terbagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing
kelompok berisikan tiga dan empat mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah
yaitu kelompok Trivum yang
berisikan tiga mata pelajaran, gramatik, retorika, dan logika. Kelompok yang
lain adalah kelompok Quadrium yang berisikan empat mata pelajaran yaitu;
aritmatika, geometri, astronomi dan musik.
Kemudian tiap-tiap mata
pelajaran tersebut berkembang menjadi anak cabang ilmu pengetahuan induknya dan
berdiri sendiri atau bahkan menjadi prerequisite (prasyarat) untuk mata
pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata pelajaran prerequisite
dalam mata pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing
(menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab
(kosa kata) dan reading (membaca). Vocab adalah prerequisite
(prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat dari writing.
Contoh lain, ilmu pendidikan berkembang menjadi pendidikan historois,
pendidikan nasional, pendidikan sosial dan seterusnya. Bidang psikologi
berkembang dari psikologi umum beranak cabang menjadi psikologi perkembangan,
psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi dalam dan sebagainya.
Dalam organisasi separated
subject curriculum, yang memisah-misahkan mata pelajaran sedemikian rupa,
sehingga setiap mata pelajaran dapat
berkembang menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan, anak cabang ilmu
pengetahuan berkembang menjadi cucu
cabang dan seterusnya yang pada akhirnya peserta didik tidak mampu lagi untuk
mempelajari semuanya. Untuk mengatasi hal yang sedemikian maka berbagai mata
pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu sehingga terjadilah
kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan berbahasa,
ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta yang masing-masing kelompok tersebut
berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang pengetahuan yang lebih rinci
lagi.
Untuk penyusunan kurikulum selanjutnya para penyusun
membagi-bagi berbagai kelompok mata pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian/
jurusan-jurusan, program-program, sedang peserta didik dipersilahkan untuk
memilih bagian-bagian/ jurusan-jurusan, program-program yang sesuai dengan
minatnya.sungguhpun demikian penyelenggaraan dan pelaksanaan mata pelajaran
masih tetap terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject
curriculum.[8]
- Correlated Curriculum
Correlated berasal dari kata
correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan
antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan ada berbagai macam. Ada yang
bersifat timbale balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan dengan sengaja,
tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan.
Dalam pengorganisasian
kurikulum secara separated dirasa banyak kelemahannya, maka dicari
pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan atau
dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau sub
pokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang
sama. Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh.
Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
1)
Korelasi
antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis, misalnya:
a.
Dalam
bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran: membaca, tata bahasa,
mengarang, bercerita dan sebagainya.
b.
Dalam
bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata pelajaran:: pisika,
kimia, biologi, dan sebagainya
c.
Dalam
bidang studi ilmu sosial, berbagai mata pelajaran: sejarah, ilmu bumi, ekonomi,
sosiologi, dan sebagainya.
d.
Dalam
bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran: aljabar, ilmu
hitung, ilmu ukur, dan sebagainya.
2)
Korelasi
antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, misalnya:
pembahasan pokok bahsan “Candi Borobudur”. Untuk membahasa candi Borobudur
perlu pembahasan mengenai:
a.
Letak
candi : dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi
b.
Letak
dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi, antropologi
dan sejarah.
c.
Pemilihan
batu untuk candi: dibahas olehmata pelajaran ilmu alam
d.
Bentuk
candi: dibahas oleh ilmu arsitek
e.
Kedatangan
turis(luar/dalam negeri): dibahas oleh mata pelajaran ilmu pariwisata.
f.
Beli
souvenir: dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan sebagainya. [9]
- Integrated Curriculum
Integrated curriculum
(kurikulum terpadu) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara
terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi (perpaduan) dari
beberapa mata pelajaran sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal
dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata
pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain
diberikan dalam satu tema tertentu.[10]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah kita pelajar di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
- Model kurikulum terbagi menjadi 4, meliputi:
Ø Kurikulum
Humanistis.
Ø Kurikulum
Sebagai Rekonstruksi Sosial.
Ø Kurikulum
Sebagai Teknologi.
Ø Kurikulum
Subyek Akademik.
- Sedangkan jenis kurikulum terbagi menjadi 3, meliputi:
Ø Separated
Subject Curriculum.
Ø Correlated
Curriculum.
Ø Integrated
Curriculum.
- Saran
Kurikulum
merupakan suatu pondasi dalam membangun serta dan menjadi titik tombak dalam
dunia pendidikan. Oleh karena itu, sebaiknya sebagai seorang pendidik dalam
mengembangkan kurikulum langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan
model dan jenis kurikulum yang terdapat dalam kurikulum yang digunakan untuk
sekolah dasar dan menengah serta perguruan tinggi.
Pembahasan
makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih
membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Neil, John D. Mc. 1988. Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif.
Jakarta: Wirasa
Ali, Muhammad. 2009. Pengembangan kurikulum Di Sekolah. Bandung:
Sinar Baru Algesindo
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suparlan. 2012. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara
[1] John D. Mc. Neil. Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif,
(Jakarta: Wirasa,1988), hlm. 7
[2] Drs. H. Muhammad Ali, M.Pd.,
M.A., Pengembangan kurikulum Di Sekolah,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), cet: VI, hlm. 10-12
[3] John D. Mc. Neil, Op. Cit., hlm. 60-61
[4] Drs. H. Muhammad Ali, M.Pd., M.A.,
Op. Cit., hlm. 13
[5] John D. Mc. Neil, Op. Cit., hlm. 65
[6] Drs. H. Muhammad Ali, M.Pd.,
M.A., Op. Cit., hlm. 14
[7] John D. Mc. Neil, Op. Cit., hlm. 93
[8] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), hlm.34-38
[9] Ibid, hlm. 41
[10] Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pelajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.57
0 komentar:
Post a Comment