Tuesday, March 26, 2013

Memahami Perkembangan Pada Masa Bani Umyyah



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bani umayah merupakan salah satu qabilah besar dalam masyrakat Quraisy. Bani Umayah masih memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad SAW, yaitu masih dalam keturunan Abdi Manaf. Bani Umaiyah dalam segala tindakan dan kehidupannya selalu bertentangan dengan Nabi Muhammad SAW.
Umaiyah termasuk salah satu pemimpin qabilah bani Umaiyah, selalu memenangkan persaingan karena mereka keturunan bangsawan yang kaya raya dan memiliki banyak anak( keturunan ), maka tidak aneh kalau Umaiyah menjadi qabilah terdepan daripada qabilah lainnya.
Pemerintahan bani Umaiyah dinisbatkan kepada Umaiyah bin abd Syam bin Abi Manaf. Dia adalah salah seorang tokoh penting ditengah Quraisy pada masa jahiliyah. Dia dan pamannya Hasyim bin Abdul Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan  kekuasaan dan kedudukan.
Setelah islam datang, pertarungan menduduki kekuasaan ini menjelma menjadi sebuah permusuhan  yang transparan dan terbuka. Bani Umaiyah melakukan perlawanan terhadap Rasulullah dan dakwahnya. Sedangkan bani Hasyim mendukung Rasulullah dan mengikutinya. Bani umaiyah tidak masuk islam kecuali tidak ada jalan lain kecuali mereka harus masuk islam, ini terjadi setelah penaklukan kota Mekah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiman sejarah berdirinya daulah Amawiyah ?
2.      Bagaimana perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umaiyah ?
3.       Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umaiyah
4.      Apa ibrah dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umaiyah untuk masa kini dan yang akan datang ?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Daulah Amawiyah
Nama”daulah Amawiyah” itu berasal dari nama”Umaiyah ibnu’Abdi Syam ibnu’Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah. Umaiyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim ibnu Abdi Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyrakat bangsanya. Umayyah dinilai memiliki cukup persyaratan untuk menjadi pemimpin dan dihormati oleh masyarakat. Ia berasal dari keluarga bangsawan kaya dan mempunyai sepuluh putra. Pada zaman pra-Islam, orang yang memiliki ketiga kelebihan itu berhak memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
 Sesudah datang agama islam berubahlah hubungan antara Bani Umayyah dengan saudara-saudara sepupu mereka bani Hasyim, oleh karena persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih nyata, bani umayyah dengan tegas menentang Rasulullah, baik mereka yang telah masuk islam ataupun yang belum. Dan dalam peperangan badr, kekuasaan Quraisy hamper semuanya berpusat pada Bani ABdi Syam. Dan setelah ia mengetahui bahwa kaum muslimin dimadinah mencegat iring-iringan untanya itu dalam perjalannya ke Mekah , maka ia meminta kepada orang-orang Quraisy untuk beramai-ramai menolongnya.
Bani Umayyah barulah masuk agama islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan dan pimpinannya, menyerbu masuk kekota Mekah.
Bani Umayyah tergolong yang belakang masuk Islam. Setelah masuk Islam, mereka memperlihatkan loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap agama tersebut. Dalam setiap peperangan yang dilakukan oleh kaum Muslimin misalnya, mereka tampil dengan semangat kepahlawanan, seolah-olah ingin mengimbangi keterlambatan mereka masuk Islam dengan berbuat jasa besar kepada Islam.
Karena sikap baik, ada diantara mereka yang dipercayakan untuk menduduki jabatan penting. Mu’awiyyah bin Abu Sufyan (21 SH / 602 M – 60 H / 600 M) misalnya pada masa Nabi SAW diangkat menjadi penulis wahyu dan pada masa khalifah Umar bin Khattab (42 SH / 581 M – 23 H / 644 M) diangkat pada tahun 641 sebagai Gubernur di Suriah. Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (47 SH / 576 M – 35 H / 656 M). Bani Umayyah juga mendapat banyak keuntungan, pemberian hadiah dan jabatan, kekuasaan yang membentang dari Suriah sampai Pantai Laut Tengah. Ia memanfaatkan masa tersebut untuk mempersiapkan diri dan meletakkan dasar pendirian sebuah dinasti. Harapan itu lebih besar terbuka setelah Utsman bin Affan di bunuh pada tahun 656 oleh para pemberontak yang menentang kebijakan nepotisme dan penyalahgunaan harta baitul mal untuk keperluan pribadi dan keluarga.
Ketika Ali bin Abi Thalib (603 M – 40 H / 661 M), yang diangkat oleh sahabat Nabi SAW di Madinah sebagai khalifah pengganti Utsman, memerintahkan Umayyah untuk menyerahkan jabatan, ia menolak. Sebaliknya, ia malah menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan Utsman atau paling tidak melindungi pemberotak yang melindunginya. Sikap Mu’awiyyah yang menentang Ali di pandang sebagai pemberontakan terhadap pemerintah yang sah dan harus diperangi sampai taat kembali, hingga akhirnya Ali dan pasukannya segera berangkat untuk memerangi Mu’awiyyah di Suriah.
Kedua pihak setuju memilih seorang hakam (perantara) sebagai perunding dan pencari jalan penyelesaian sengketa. Pihak Mu’awiyyah memilih Amr bin Ash dan dari Ali, Abu Musa al-‘Asy’ari (sahabat Nabi SAW, w. 72/53 H) yang disetujui mayoritas penduduk Irak. Tahkim tersebut berakhir dengan kekecewaan di pihak Ali. Ketika Abu Musa mengumumkan turunnya Ali dari jabatannya, Amr bin Ash segera menyetujuinya dan menetapkan Mu’awiyyah sebagai khalifah. Rencana tersebut ternyata tidak sepenuhnya berhasil, Ibnu Muljam (pengikut khawarij) 661 hanya berhasil membunuh Ali ketika Ali ke Masjid Kuffah. Adapun Mu’awiyyah dan Amr bin Ash selamat dari rencana tersrbut.[1]
 B. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah
A. Perkembangan Pada Bidang Social, antara lain :          
1.      Terciptanya ketertiban kehidupan masyrakat karena sudah adanya peraturan dan
2.      Perundang –undangan Negara dan adanya lembaga penegak hukum, seperti lembaga pengadilan dan kepolisian
3.      Terciptanya kemakmuran dan keadilan yang merata karena pemerintah telah memberikan hak-hak dan perlindungan yang sama kepada warga
4.      Terpelihara dan terjaminnya masyrakat kelas bawah seperti anak yatim orang lumpuh, buta dan lain-lain
5.      Dibangunnya rumah sakit, jalan raya, sarana dan olahraga (seperti gelanggang pacuan kuda), tempat-tempat minum ditempat yang strategis, kantor pos, pasar/pertahanan sebagai sarana prasarana umat.
B.     Perkembangan Pada Bidang Budaya, antara lain :
1.      Bahasa arab berkembang luas keberbagai penjuru dunia dan menjadi salah satu bahasa resmi Internasional disamping bahasa Inggris.
2.      Mencetak mata uang dengan menggunakan bahasa arab yang bertuliskan “la ilaha illallah” dan disebelasnya ditulis kalimat”Abdul Malik”.
3.      Mendirikan pabrik kain sutera, Industri kapal dan senjata, gedung-gedung pemerintahan
4.      Membangun irigasi-irigasi sebagai sarana pertanian
5.      Membangun kata Basrah dan Kuffah sebagai pusat perkembangan ilmu dan adab
6.      Membuat administrasi pemerintahan dan pembukuan keuangan Negara
7.      Mengembangkan ilmu dan pertanian
Adapun tokoh-tokoh yang berhasil dalam membangun dan mengembangkan social budaya pada masa Daulah Bani Umayyah :
a.       Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
b.      Kalifah Walid bin Abdul Malik       (86-96 H/705-715M)
c.       Khalifah Umar bin Abdul Aziz        (99-101H/717-720M)
d.      Kalifah Hisyam bin Abdul Malik      (105-125H/724-743M)
C. Perkembangan/Prestasi Pada Bidang Politik Militer Yaitu Dengan Terbentuknya Lima Lembaga Pemerintahan, antara lain :
1.      lembaga politik         (An-Nizam As-Siyasi)
2.      lembaga keuangan     (An-Nizam Al-Mali)
3.      lembaga tata usaha     (An-Nizam Al-Idari)
4.      lembaga kehakiman   (An-Nizam Al-Qadai)
5.      lembaga ketentraman (An-Nizam Al-Hardi)
        Di samping itu juga di bentuk dewan sekretaris Negara ( diwanul kitabah ) yang bertugas mengurusi berbagai macam urusan pemerintahan dewan ini terdiri dari lima orang sekretaris, yaitu:
1.      sekretaris persuratan                 ( katib Ar Rasal )
2.      sekretaris keuangan                  ( katib Al Kharraj )
3.      sekretaris tentara                       ( katib Al Jund )
4.      sekretaris kepolisian                  (katib Al Jund )
5.      sekretaris kehakiman                (katib Al Qadi )
Langkah-Langkah politik  militer bani umayah :
1.      memindahkan ibu kota pemerintahan bani umayyah dari kuffah ke damaskus
2.      menumpas segala bentuk pemberontakan yang ada demi terciptanya  stabilitas keamanan dalam negerinya.
3.      Menyusun organisasi pemerintahan agar roda pemerintahannya dapat berjalan lancar
4.      Mengubah sistem pemerintahan demokrasi menjadi system monarki
5.      Menetapkan bahasa arab sebagai bahasa nasional bani umayyah yang dapat berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa
6.      Demi keselamatan khalifah dibentuk Al-Hijabah (ajudan) dengan tujuan agar tidak terjadi pembunuhan pada khalifah
Tokoh-Tokoh yang berperan dalam pengembangan politik dan militer antara lain :
1.      Khalifah muawiyah
2.      Khalifah abdul malik bin marwan
3.      Khalifah wahid bin abdul malik
4.      Khalifah sulaiman bin abdul malik[2]
C. Tokoh Ilmuwan Muslim Dan Perannya Dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah
Sejak masa Rasulullah dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan islam yang bersumber dari Al.Qur’an dan Hadist Nabi menjadi sumber pertumbuhan dan perkembangan ilmu-ilmu agama islam. Semangat mencintai agama islam yang sempurna inilah yang menyebabkan perkembangan ilmu-ilmu islam cepat menyebar dikalangan umat islam baik yang berbangsa arab sebagai penerus pembawa cahaya islam maupun non-arab sebagai penerima atas kehadiran islam.
Salah satu pembawa misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah, karena keturunan Umaiyah yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah memiliki prestasi  disegala bidang baik social, politik, militer, kebudayaan/kesenian dan utamanya kemajuan dibidang keilmuan islam. Seperti ilmu hadist, tafsir, fikih, tauhid dan tasawuf.
1.      Bidang Ilmu Hadits
a.      Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan  Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan siap melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.
Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1.      Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
2.      Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
3.      Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
4.      An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
5.      At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
6.      Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.
b.      Dibidang Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril. Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam telah berkembang  luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w. 310).
c.       Dibidang Ilmu Fiqih
Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum. Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya hanya pengertian yang  
            Sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu msalah.
Pada tahap perkembangan pemikiran  islam, lahir sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1.      Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2.      Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3.      Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4.      Az –Zuhri (Madinah)
5.      Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6.      Al –Hasan Basri (Basrah)
7.      Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8.      Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9.      Asy –Syu’aibi (Kufah)
10.  Makhul (Syam)
Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil meletakkan dasar-dasar hukum islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam menetapkan keputusan yang berdasar Al-Qur’an dan pemahaman nalar/akal.
d.      Bidang Ilmu Taswuf
Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf antara lain sebagai berikut :
a.      Hasan Al-Basri
Hasan al-Basri mengenalkan kepada umat tentang pentingnya tasawuf, karena tasawufdapat melatih jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya tidak terpengaruh dengan harta benda, walau lahiriyah kaya), sifat roja’(harta benda, anak-anak, jabatan tidak bisa menolong hidupnya tanpa adanya harapan ridho dari Allah swt) dan sifat khouf(sifat takut kepada Allah swt yang dalam dan melekat dalam jiwanya).
b.      Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah tahun 97 H, mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah Sufyan bin SA’id Ats-Tsauri. Pemikiran bidang taswuf merangkum sebagai berikut:
1.      Manusia dapat memiliki sifat zuhud, bila saat ajalnya menghampirinya, karena kelezatan dunia telah diambil Allah swt, maka manusia baru ingat makna kehidupannya.
2.      Manusia dalam menjalani hidup didunia harus bekerja keras agar hidupnya tercukupi, dengan kerja manusia dapat terhindar dari kegelapan dan kehinaan.
c.       Rabi’ah Al’Adawiyah
Beliau seorang wanita muliakarena kesadaran dan kecintaannya kepada Allah. Dalam kemiskinan dan kehinaan, Rabi’ah menjalani hidup kesufian, setiap hari air mata mengalir, karena getaran taubat, ingatan dzikir dan laparnya nestapa setiap harinya.
d.      Ibrahim bin Adham
Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia  yang meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf. Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.
D. Mengambil Ibrah Dari Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah Untuk Masa Kini Dan Yang Akan Datang
Ibrah dari perkembangan islam pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, yang dapat kita terapkan untuk kehidupan saat ini dan yang akan datang, antara lain sebagai berikut :
1.      Semangat yang dimiliki oleh kedua kerajaan tersebut patut kita tiru, terutama dalam perkembangan peradaban islam, yang meliputi politik dan pemerintahan, militer, social, seni dan budaya, serta ilmu pengetahuan.
2.        Kepedulian mereka terhadap ilmu pengetahuan dan dukungan mereka terhadap para ilmuan sangat luar biyasa.[3]


.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Nama bani Umayyah diambil dari nenek moyang Muawiyah yaitu Umayyah bin Abdul Syam, antara Muawiyah (keturunan Umayyah) dengan Alawiyi (keturunan Ali) adalah saudara dekat karena keduanya bertemu pada kakek yang sama yaitu Abdul Manaf.
Gerakan dan kegiatan intelektual berikut tokohnya pada masa Dinasti Bani Umayyah secara umum menjurus pada kegiatan :
a.       Ilmu pengetahuan agama (Al.Qur’an dan Al-Hadist)
b.      Pengetahuan sejarah (Biografi, Kisah, Silsilah)
c.       Penetahuan Bahasa (Tata bahasa, Nahwu)
d.      Pengetahuan Filsafat (Kimia, Ketatiban, Hitung, Astronomi,…)
Secara umum kegiatan dn aktifitas keilmuan yang muncul pada periode Umayyah masih tahap embrio yang dalam perkembangannya akan menumbuhkan ilmu-ilmu, oleh karena itu, periode Umayyah hamper tidah ada spesialis keilmuan yang sebenarnya. Kalu ada tokoh dalam salah satu disiplin ilmu biayasanya dianggap memiliki pengetahuan dalam banyak bidang.


B.     PENUTUP
Demikianlah sedikit uraian dalam makalah yang saya buat. Terima kasih atas antusiasme dari pembaca yang sudi menelaah dan mengimplementasikan isi makalah ini. Kiranya makalah ini mempunyai kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah saya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.




DAFTAR PUSTAKA
Bastoni,Hepi Andi , 2008,Sejarah Para Khalifah,(Jakarta:Pustaka Al-kautsar)
Syalabi,A, 1995, Sejarah Kebudayaan Islam 2 (Jakarta:PT.Alhusna Zikra)
Souby,Yusuf, 1977, Sejarah Daulah Umayyah 1(Jakarta:Bulan Bintang,)


[1] A.Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 2 (Jakarta:PT.Alhusna Zikra,1995),hlm:24-29
[2] Yusuf Souby, Sejarah Daulah Umayyah 1(Jakarta:Bulan Bintang,1977),hlm:44-45
[3] Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah,(Jakarta:Pustaka Al-kautsar, 2008),hlm:27-71

1 komentar:

Post a Comment

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Zudi Pranata. Powered by Blogger.
 
;