BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bani umayah merupakan salah satu qabilah besar
dalam masyrakat Quraisy. Bani Umayah masih memiliki hubungan darah dengan Nabi
Muhammad SAW, yaitu masih dalam keturunan Abdi Manaf. Bani Umaiyah dalam segala
tindakan dan kehidupannya selalu bertentangan dengan Nabi Muhammad SAW.
Umaiyah termasuk salah satu pemimpin qabilah
bani Umaiyah, selalu memenangkan persaingan karena mereka keturunan bangsawan
yang kaya raya dan memiliki banyak anak( keturunan ), maka tidak aneh kalau
Umaiyah menjadi qabilah terdepan daripada qabilah lainnya.
Pemerintahan bani Umaiyah dinisbatkan kepada
Umaiyah bin abd Syam bin Abi Manaf. Dia adalah salah seorang tokoh penting
ditengah Quraisy pada masa jahiliyah. Dia dan pamannya Hasyim bin Abdul Manaf
selalu bertarung dalam memperebutkan
kekuasaan dan kedudukan.
Setelah islam datang, pertarungan menduduki
kekuasaan ini menjelma menjadi sebuah permusuhan yang transparan dan terbuka. Bani Umaiyah
melakukan perlawanan terhadap Rasulullah dan dakwahnya. Sedangkan bani Hasyim
mendukung Rasulullah dan mengikutinya. Bani umaiyah tidak masuk islam kecuali
tidak ada jalan lain kecuali mereka harus masuk islam, ini terjadi setelah
penaklukan kota Mekah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiman sejarah berdirinya daulah Amawiyah ?
2.
Bagaimana perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umaiyah ?
3.
Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim
dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umaiyah
4.
Apa ibrah dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam
pada masa Bani Umaiyah untuk masa kini dan yang akan datang ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Daulah Amawiyah
Nama”daulah Amawiyah” itu berasal dari nama”Umaiyah ibnu’Abdi Syam
ibnu’Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman
jahiliyah. Umaiyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim ibnu Abdi
Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyrakat bangsanya. Umayyah
dinilai memiliki cukup persyaratan untuk menjadi pemimpin dan dihormati oleh
masyarakat. Ia berasal dari keluarga bangsawan kaya dan mempunyai sepuluh
putra. Pada zaman pra-Islam, orang yang memiliki ketiga kelebihan itu berhak
memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
Sesudah datang
agama islam berubahlah hubungan antara Bani Umayyah dengan saudara-saudara
sepupu mereka bani Hasyim, oleh karena persaingan-persaingan untuk merebut
kehormatan dan kekuasaan tadi berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih
nyata, bani umayyah dengan tegas menentang Rasulullah, baik mereka yang telah
masuk islam ataupun yang belum. Dan dalam peperangan badr, kekuasaan Quraisy
hamper semuanya berpusat pada Bani ABdi Syam. Dan setelah ia mengetahui bahwa
kaum muslimin dimadinah mencegat iring-iringan untanya itu dalam perjalannya ke
Mekah , maka ia meminta kepada orang-orang Quraisy untuk beramai-ramai
menolongnya.
Bani Umayyah barulah masuk agama islam setelah mereka tidak
menemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama
beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan dan
pimpinannya, menyerbu masuk kekota Mekah.
Bani Umayyah tergolong yang belakang masuk Islam. Setelah masuk
Islam, mereka memperlihatkan loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap agama
tersebut. Dalam setiap peperangan yang dilakukan oleh kaum Muslimin misalnya,
mereka tampil dengan semangat kepahlawanan, seolah-olah ingin mengimbangi
keterlambatan mereka masuk Islam dengan berbuat jasa besar kepada Islam.
Karena sikap baik, ada diantara mereka yang dipercayakan untuk
menduduki jabatan penting. Mu’awiyyah bin Abu Sufyan (21 SH / 602 M – 60 H /
600 M) misalnya pada masa Nabi SAW diangkat menjadi penulis wahyu dan pada masa
khalifah Umar bin Khattab (42 SH / 581 M – 23 H / 644 M) diangkat pada tahun
641 sebagai Gubernur di Suriah. Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (47 SH
/ 576 M – 35 H / 656 M). Bani Umayyah juga mendapat banyak keuntungan,
pemberian hadiah dan jabatan, kekuasaan yang membentang dari Suriah sampai
Pantai Laut Tengah. Ia memanfaatkan masa tersebut untuk mempersiapkan diri dan
meletakkan dasar pendirian sebuah dinasti. Harapan itu lebih besar terbuka
setelah Utsman bin Affan di bunuh pada tahun 656 oleh para pemberontak yang
menentang kebijakan nepotisme dan penyalahgunaan harta baitul mal untuk
keperluan pribadi dan keluarga.
Ketika Ali bin Abi Thalib (603 M – 40 H / 661 M), yang diangkat
oleh sahabat Nabi SAW di Madinah sebagai khalifah pengganti Utsman,
memerintahkan Umayyah untuk menyerahkan jabatan, ia menolak. Sebaliknya, ia
malah menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan Utsman atau paling tidak melindungi
pemberotak yang melindunginya. Sikap Mu’awiyyah yang menentang Ali di pandang
sebagai pemberontakan terhadap pemerintah yang sah dan harus diperangi sampai
taat kembali, hingga akhirnya Ali dan pasukannya segera berangkat untuk
memerangi Mu’awiyyah di Suriah.
Kedua pihak setuju memilih seorang hakam (perantara) sebagai
perunding dan pencari jalan penyelesaian sengketa. Pihak Mu’awiyyah memilih Amr
bin Ash dan dari Ali, Abu Musa al-‘Asy’ari (sahabat Nabi SAW, w. 72/53 H) yang
disetujui mayoritas penduduk Irak. Tahkim tersebut berakhir dengan kekecewaan
di pihak Ali. Ketika Abu Musa mengumumkan turunnya Ali dari jabatannya, Amr bin
Ash segera menyetujuinya dan menetapkan Mu’awiyyah sebagai khalifah. Rencana
tersebut ternyata tidak sepenuhnya berhasil, Ibnu Muljam (pengikut khawarij)
661 hanya berhasil membunuh Ali ketika Ali ke Masjid Kuffah. Adapun Mu’awiyyah
dan Amr bin Ash selamat dari rencana tersrbut.[1]
B. Perkembangan
Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah
A. Perkembangan Pada Bidang Social,
antara lain :
1.
Terciptanya ketertiban kehidupan
masyrakat karena sudah adanya peraturan dan
2.
Perundang –undangan Negara dan
adanya lembaga penegak hukum, seperti lembaga pengadilan dan kepolisian
3.
Terciptanya kemakmuran dan keadilan
yang merata karena pemerintah telah memberikan hak-hak dan perlindungan yang
sama kepada warga
4.
Terpelihara dan terjaminnya
masyrakat kelas bawah seperti anak yatim orang lumpuh, buta dan lain-lain
5.
Dibangunnya rumah sakit, jalan
raya, sarana dan olahraga (seperti gelanggang pacuan kuda), tempat-tempat minum
ditempat yang strategis, kantor pos, pasar/pertahanan sebagai sarana prasarana
umat.
B.
Perkembangan Pada Bidang Budaya,
antara lain :
1. Bahasa arab
berkembang luas keberbagai penjuru dunia dan menjadi salah satu bahasa resmi
Internasional disamping bahasa Inggris.
2. Mencetak mata
uang dengan menggunakan bahasa arab yang bertuliskan “la ilaha illallah” dan
disebelasnya ditulis kalimat”Abdul Malik”.
3. Mendirikan
pabrik kain sutera, Industri kapal dan senjata, gedung-gedung pemerintahan
4. Membangun
irigasi-irigasi sebagai sarana pertanian
5. Membangun kata
Basrah dan Kuffah sebagai pusat perkembangan ilmu dan adab
6. Membuat
administrasi pemerintahan dan pembukuan keuangan Negara
7. Mengembangkan
ilmu dan pertanian
Adapun tokoh-tokoh yang berhasil dalam
membangun dan mengembangkan social budaya pada masa Daulah Bani Umayyah :
a.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan
(65-86 H/685-705 M)
b.
Kalifah Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715M)
c.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101H/717-720M)
d.
Kalifah Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/724-743M)
C. Perkembangan/Prestasi Pada
Bidang Politik Militer Yaitu Dengan Terbentuknya Lima Lembaga Pemerintahan,
antara lain :
1.
lembaga politik (An-Nizam As-Siyasi)
2.
lembaga keuangan (An-Nizam Al-Mali)
3.
lembaga tata usaha (An-Nizam Al-Idari)
4.
lembaga kehakiman (An-Nizam Al-Qadai)
5.
lembaga ketentraman (An-Nizam
Al-Hardi)
Di
samping itu juga di bentuk dewan sekretaris Negara ( diwanul kitabah ) yang
bertugas mengurusi berbagai macam urusan pemerintahan dewan ini terdiri dari
lima orang sekretaris, yaitu:
1.
sekretaris persuratan ( katib Ar Rasal )
2.
sekretaris keuangan ( katib Al Kharraj )
3.
sekretaris tentara ( katib Al Jund )
4.
sekretaris kepolisian (katib Al Jund )
5.
sekretaris kehakiman (katib Al Qadi )
Langkah-Langkah politik militer bani umayah :
1.
memindahkan ibu kota pemerintahan
bani umayyah dari kuffah ke damaskus
2.
menumpas segala bentuk
pemberontakan yang ada demi terciptanya
stabilitas keamanan dalam negerinya.
3.
Menyusun organisasi pemerintahan
agar roda pemerintahannya dapat berjalan lancar
4.
Mengubah sistem pemerintahan
demokrasi menjadi system monarki
5.
Menetapkan bahasa arab sebagai
bahasa nasional bani umayyah yang dapat berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa
6.
Demi keselamatan khalifah dibentuk
Al-Hijabah (ajudan) dengan tujuan agar tidak terjadi pembunuhan pada khalifah
Tokoh-Tokoh yang berperan dalam pengembangan
politik dan militer antara lain :
1.
Khalifah muawiyah
2.
Khalifah abdul malik bin marwan
3.
Khalifah wahid bin abdul malik
4.
Khalifah sulaiman bin abdul malik[2]
C. Tokoh Ilmuwan Muslim Dan Perannya Dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah
Sejak masa
Rasulullah dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan islam yang
bersumber dari Al.Qur’an dan Hadist Nabi menjadi sumber pertumbuhan dan
perkembangan ilmu-ilmu agama islam. Semangat mencintai agama islam yang
sempurna inilah yang menyebabkan perkembangan ilmu-ilmu islam cepat menyebar
dikalangan umat islam baik yang berbangsa arab sebagai penerus pembawa cahaya
islam maupun non-arab sebagai penerima atas kehadiran islam.
Salah satu
pembawa misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah, karena keturunan
Umaiyah yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah memiliki prestasi disegala bidang baik social, politik,
militer, kebudayaan/kesenian dan utamanya kemajuan dibidang keilmuan islam.
Seperti ilmu hadist, tafsir, fikih, tauhid dan tasawuf.
1.
Bidang Ilmu Hadits
a.
Umar bin Abdul Aziz, ketika ia
diangkat sebagai khalifah, progam utama pemerintahannya terfokus pada usaha
pengumpulan hadist untuk dibukukan Abu
Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat
dan siap melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan
perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist
nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan
dibukukan.
Abu Bakar
Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa pemerintahan Umar
bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi dibawahnya,
seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam Syafii
menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat
sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1.
Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih
Bukhari
2.
Imam Muslim, terkenal dengan Shohih
Muslim
3.
Abu Daud, terkenal dengan Sunan
Abu Daud
4.
An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan
An-Nasa’i
5.
At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan
At-Tirmidzi
6.
Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan
Ibnu Majah
Kumpulan para
ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.
b.
Dibidang Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah
melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan
untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup,
penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat
Jibril. Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib,
Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika
Rasulullah masih hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada
masa Dinasti Umayyah Islam telah berkembang
luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab
mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil
bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w.
310).
c.
Dibidang Ilmu Fiqih
Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna,
merupakan sumber utama bagi umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah
hukum. Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari
Rasulullah dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada
awalnya hanya pengertian yang
Sederhana,
yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil
dalam memutuskan sesuatu msalah.
Pada tahap
perkembangan pemikiran islam, lahir
sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami
masalah berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah
tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak
melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1.
Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2.
Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3.
Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4.
Az –Zuhri (Madinah)
5.
Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6.
Al –Hasan Basri (Basrah)
7.
Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8.
Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9.
Asy –Syu’aibi (Kufah)
10.
Makhul (Syam)
Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil
meletakkan dasar-dasar hukum islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam
menetapkan keputusan yang berdasar Al-Qur’an dan pemahaman nalar/akal.
d.
Bidang Ilmu Taswuf
Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara
mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya agar hidup semakin mendapatkan
makna yang mendalam, serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha
agar hidup manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf,
karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak terkendali,
utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf
antara lain sebagai berikut :
a.
Hasan Al-Basri
Hasan al-Basri
mengenalkan kepada umat tentang pentingnya tasawuf, karena tasawufdapat melatih
jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya tidak terpengaruh dengan harta
benda, walau lahiriyah kaya), sifat roja’(harta benda, anak-anak,
jabatan tidak bisa menolong hidupnya tanpa adanya harapan ridho dari Allah swt)
dan sifat khouf(sifat takut kepada Allah swt yang dalam dan melekat
dalam jiwanya).
b.
Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah tahun 97 H,
mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah Sufyan bin SA’id Ats-Tsauri. Pemikiran
bidang taswuf merangkum sebagai berikut:
1.
Manusia dapat memiliki sifat zuhud,
bila saat ajalnya menghampirinya, karena kelezatan dunia telah diambil Allah
swt, maka manusia baru ingat makna kehidupannya.
2.
Manusia dalam menjalani hidup
didunia harus bekerja keras agar hidupnya tercukupi, dengan kerja manusia dapat
terhindar dari kegelapan dan kehinaan.
c.
Rabi’ah Al’Adawiyah
Beliau seorang wanita muliakarena kesadaran
dan kecintaannya kepada Allah. Dalam kemiskinan dan kehinaan, Rabi’ah menjalani
hidup kesufian, setiap hari air mata mengalir, karena getaran taubat, ingatan
dzikir dan laparnya nestapa setiap harinya.
d.
Ibrahim bin Adham
Tokoh tasawuf yang satu ini,
berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia yang meninggalkan kehidupan mewah di
sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf.
Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang
indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.
D. Mengambil Ibrah Dari Perkembangan
Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah Untuk Masa Kini Dan Yang Akan
Datang
Ibrah dari
perkembangan islam pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, yang dapat kita
terapkan untuk kehidupan saat ini dan yang akan datang, antara lain sebagai
berikut :
1.
Semangat yang dimiliki oleh kedua
kerajaan tersebut patut kita tiru, terutama dalam perkembangan peradaban islam,
yang meliputi politik dan pemerintahan, militer, social, seni dan budaya, serta
ilmu pengetahuan.
2.
Kepedulian mereka terhadap ilmu
pengetahuan dan dukungan mereka terhadap para ilmuan sangat luar biyasa.[3]
.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nama bani Umayyah
diambil dari nenek moyang Muawiyah yaitu Umayyah bin Abdul Syam, antara
Muawiyah (keturunan Umayyah) dengan Alawiyi (keturunan Ali) adalah saudara
dekat karena keduanya bertemu pada kakek yang sama yaitu Abdul Manaf.
Gerakan
dan kegiatan intelektual berikut tokohnya pada masa Dinasti Bani Umayyah secara
umum menjurus pada kegiatan :
a.
Ilmu pengetahuan agama (Al.Qur’an
dan Al-Hadist)
b.
Pengetahuan sejarah (Biografi,
Kisah, Silsilah)
c.
Penetahuan Bahasa (Tata bahasa,
Nahwu)
d.
Pengetahuan Filsafat (Kimia,
Ketatiban, Hitung, Astronomi,…)
Secara umum kegiatan dn aktifitas keilmuan
yang muncul pada periode Umayyah masih tahap embrio yang dalam perkembangannya
akan menumbuhkan ilmu-ilmu, oleh karena itu, periode Umayyah hamper tidah ada
spesialis keilmuan yang sebenarnya. Kalu ada tokoh dalam salah satu disiplin
ilmu biayasanya dianggap memiliki pengetahuan dalam banyak bidang.
B.
PENUTUP
Demikianlah sedikit uraian dalam makalah yang
saya buat. Terima kasih atas antusiasme dari pembaca yang sudi menelaah dan
mengimplementasikan isi makalah ini. Kiranya makalah ini mempunyai kekurangan,
maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah saya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Bastoni,Hepi
Andi , 2008,Sejarah Para Khalifah,(Jakarta:Pustaka Al-kautsar)
Syalabi,A,
1995, Sejarah Kebudayaan Islam 2 (Jakarta:PT.Alhusna Zikra)
Souby,Yusuf, 1977, Sejarah Daulah Umayyah 1(Jakarta:Bulan
Bintang,)
1 komentar:
makasih ya....
Post a Comment