BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan Perkembangan
anak tidak selalu lurus dan terarah, ada kalanya lambat dan mungkin juga
berhenti sama sekali. Dalam situasi seperti itu mereka perlu mendapatkan
bantuan atau bimbingan. Karena jika masalah tersebut tidak segera ditangani
maka akan menjalar lebih luas seperti memusingkan orang tua, masyarakat,
mengganggu stabilitas sosial serta menghambat tujuan pendidikan.
Masalah yang
paling utama adalah dalam aspek pendidikan anak tersebut, Pendidikan mempunyai
peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan
pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya
agar mencapai pribadi yang bermutu. Akan tetapi dalam praktiknya banyak terjadi
masalah atau kendala yang dialami oleh siswa dalam proses pendidikannya. Ada
siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru
dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Faktor utama yang paling banyak
kita temukan atau jumpai adalah faktor kemalasan dari individu anak tersebut.
Maka dalam makalah ini akan dibahas “Bimbingan Koseling Terhadap Masalah
Kesulitan Belajar Siswa Karena Rasa Malas”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang
sudah kita bahas diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
tugas dari konselor dalam pendidikan?
2.
Seperti
apa kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa?
3.
Mengapa
rasa malas itu timbul dalam diri siswa?
4.
Bagaimana
cara penyelesaian kasus tersebut?
BAB II
Pembahasan
A. Tugas Dari Konselor Dalam Pendidikan
Dalam
dunia pendidikan tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu
peserta didik dalam:
- Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
- Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
- Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
- Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir
Menurut Prayitno & Amti (2004) keberadaan pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun
1990 (tentang Pendidikan Menengah) menyebutkan bahwa:
1.
bimbingan
dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal
kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya,
2.
bimbingan
dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membentuk siswa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang
ada.
3.
bimbingan
dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang
dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta karier dan masa
depannya.
Dari pemaparan diatas dapat kita
lihat bahwa seorang konselor mamang sangat berpengaruh dan berperan sangat
penting dalam mengarahkan serta membimbing suatu individu (siswa) dalam masa
pengembagan dirinya. Karena tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap
murid berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari
pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan kehidupan
dalam masyarakat sekarang.[1]
B.
Kesulitan Belajar Yang Dihadapi Oleh Siswa
Belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan.[2]
Adapun jenis-jenis
dari kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Learning Disorderatau
kekacauan belajar
Keadaan dimana
proses belajar seseorang terganggu karena adanya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih
rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan
membaca, menulis dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar
menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction
Merupakan gejala
dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur
tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun
karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever
Mengacu kepada
siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di
atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang
telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah
sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat
belajar
Slow
learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang lebih tinggi.
5. Learning Disabilitiesatau
ketidakmampuan belajar
Mengacu pada gejala dimana siswa
sulit atau tidak mampu belajar dan menghindari belajar, sehingga hasil belajar
di bawah potensi intelektualnya.[3]
Setelah kita lihat dari berbagai
jenis kesulitan diatas maka siswa akan mengalami berbagai tanda atau gejala
karena kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar, beberapa tanda atau
gejala ditandai dengan sikap:
1)
Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas.
2)
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3)
Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta dan sebagainya.
4)
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu, mengisolir diri, tak
mau mencatat dan sebagainya).
5) Menunjukkan
gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah tersinggung, melamun, pemarah dan
sebagainya).[4]
Menurut Koestoer Partowisastro ada
beberapa alasan atau sebab yang menghambat serta mengganggu proses belajar
siswa, diantaranya yaitu:
1)
Disebabkan
oleh gangguan alat tubuh.
2)
Disebabkan
oleh kecerdasan yang kurang.
3)
Disebabkan
oleh gangguan alat penerimaan.
4)
Disebabkan
oleh gangguan perasaan.
5)
Disebabkan
oleh kesalahan tingkah laku.[5]
Sedangkan menurut Oemar Hamalik
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :
1)
Faktor-faktor
yang bersumber dari diri sendiri.
2)
Faktor-faktor
yang bersumber dari lingkungan sekolah.
3)
Faktor-faktor
yang bersumber dari lingkungan keluarga.
4)
Faktor-faktor
yang bersumber dari lingkungan masyarakat.[6]
Akan tetapi dari
berbagai faktor-faktor atau sebab-sebab kesulitan belajar diatas masih ada
faktor atau sebab lagi yang paling mempengaruhi dan sangat berbahaya apabila
tidak segera ditangani, faktor atau sebab utama tersebut adalah “Rasa Malas”.
C. Penyebab Timbulnya Rasa Malas
Setiap orang pasti
pernah mengalami rasa atau penyakit mental ini. Dari kalangan anak-anak,
remaja, pelajar, mahasiswa sampai orang dewasa pun pernah merasakannya. Malas
adalah sebuah rasa menurunnya semangat kejiwaan dalam keinginan yang positif
yang di reflesikan dalam gerak tubuh untuk melakukan aktifitas rohani atau
jasmani. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, malas ini diartikan sebagai:
1. tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.
2. segan; tidak suka; tidak bernafsu.
Penyebab rasa
malas secara umum dapat ditimbulkan karena beberapa hal seperti faktor fisik
yaitu, menurunnya kondisi kesehatan, kelelahan beraktifitas. Faktor kejiwaan
seperti, seseorang yang sifatnya labil mudah terpengaruh sifat yang negatif,
tidak mempunyai tujuan hidup, sifat egois diri, manja, stress, tidak peduli
atau cuek terhadap lingkungan, tidak ingin diatur, masa bodoh pada masa depan
dan cepat putus asa.
Faktor lingkungan
seperti penggunaan teknologi yang berlebihan dan tidak mendukung orang untuk
giat belajar diantaranya penggunaan teknologi atau situs-situs dunia maya
seperti Facebook, Twitter, Game Online dan situs-situs lainnya. Teknologi
semakin maju, dan orang-orang menjadi bermalas-malasan. Padahal disisi lain
teknologi ini memberikan sisi positif untuk anak pelajar dalam mencari
informasi untuk membantu materi tugas sekolahnya. Namun, di sisi lain sebagian
anak pelajar menggunakannnya untuk kepuasan dirinya sendiri, seperti bermain
Game Online yang membuat waktu mereka terbuang dengan percuma. Pada saat ini
kebanyakan anak pelajar dari tingkat dasar sampai universitas sudah terjebak
dengan kecanggihan teknologi dari sisi negatifnya.[7]
Inilah faktor
utama yang paling mempengaruhi dan menghambat perkembangan proses kegiatan
belajar siswa.
D. Penyelesaian Kasus Rasa Malas
Pada tahap ini
seorang pembimbing diharapkan membantu siswa yang menghadapi permasalahan bisa
menghilangkan atau menyingkirkan kesulitan yang dihadapinya. Bantuan yang
diberikan kepada siswa berupa cara untuk menghilangkan kesulitan sesuai dengan
sebab-sebab yang melatar belakangi kenapa siswa itu menampilkan tingkah laku
atau hasil yang seperti yang pembimbing ketahui. Maka langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh konselor untuk menangani Penyebab utama dari kesulitan
belajar yaitu rasa malas, adalah sebagai berikut:
1) Memberi Sentuhan pada Titik Peka Anak
Sebagai orang tua
sekaligus sebagai pendidik bagi anak harus memiliki kesabaran untuk memulai
menyentuh titik peka anak dengan memberi perhatian khusus pada hal-hal yang
amat menarik perhatian anak. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh tanggapan
dan perhatian anak. Dengan demikian anak tentunya akan terbuka menerima
pendapat dengan perasaan senang dan gembira, bebas dari perasaan tertekan,
takut dan terpaksa. Pada akhirnya aanak akan menerima pemahaman, betapa penting
dan dibutuhkan proses belajar untuk mencapai tujuan (memperoleh keperkasaan
menurut daya nalarnya). Dalam hatinya pun tergerak untuk melakukan dan
merencanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja di sini dibutuhkan kesabaran anda
untuk melakukan pendekatan kepada anak.
2) Membangkitkan Nilai Plus Anak
Satu pengharapan
orang tua tentunya menginginkan anak itu terpacu semangatnya untuk belajar.
Anak belajar atas inisiatif, kesadaran sendiri dan proses belajar itu sudah
menjadi suatu kesadaran kebutuhannya untuk mencapai suatu kecakapan khusus
serta ingin menonjolkan kelebihan-kelebihannya lebih dari yang lainnya.
Untuk menyentuh
perasaan atau keinginan bawah sadar anak agar dirinya merasa “tertantang” untuk
berbuat sesuatu/melakukan sesuatu yang positif, anda dapat mengambil contoh
dari tokoh film herois dan tokh dunia yang sukses. Anda dapat mengungkapkan,
bahwa untuk menjadi orang yang sukses dibutuhkan perencanaan belajar, cara-cara
belajar yang baik, tahu apa yang hendak dipelajari dan tahu menerapkan apa yang
dipelajari, sehingga tertanam pemahaman belajar yang bukan asal belajar.
3) Mengembangkan Cita-Cita Anak
Anda harus
berperan aktif untuk mendorong anak agar memiliki cita-cita hidup sesuai dengan
taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya. Cita-cita anak selalu berubah
sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar anak. Anda dapat memberi contoh
agar anak mau mengembangkan imajinasi dirinya atau mengidentifikasikan dirinya
jika sudah dewasa ingin menjadi apa drinya. Dengan terpatrinya sebuah cita-cita
hidup dalam hati nurani anak, akan menumbuhkan motivasi instrinsik pad adiri
anak untuk lebih giat belajar dan lebih terbuka untuk mengembangkan perencanaan
belajarnya
Hal-hal yang perlu
diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain:
a)
Sesuai
dengan keinginan anak
b)
Jangan
berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang
c)
dominan
pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan sebagainya.
d)
Kondisi
fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas dari rasa lelah,
e)
mengantuk,gangguan
penyakit, rasa marah dan sebagainya
4) Mengembangkan Tujuan Belajar
Agar anak
mengetahui mafaat dan arah yang dipelajarinya, biasakan akan belajar dengan
bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan lebih bermakna, karena anak
mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya.
Anak pun akan mudah memusatkan perhatian pada pelajarannya.
5) Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak
Gairah belajar
anak akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif
dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, anda perlu membekali anak
bagaimana cara-cara belajar yang efektif dan efesien. kita dapat mananamkan
pengertian pada anak bahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar
yang baik, agar belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan
belajar.
6) Mengembangkan rasa percaya diri anak
Sudah tentu
menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa
percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang
besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya
percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”.
Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi tantangan untuk ditaklukkan dan utnuk
dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah
dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kreativitas dan
imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencari cara-cara mengatasi kesulitan.[8]
Dengan adanya
peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang dihadapi anak
didik dalam masalah kesulitan belajar karena rasa malas dapat diantisipasi
sedini mungkin.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
faktor atau sebab kesulitan
belajar yang paling mempengaruhi dan sangat berbahaya apabila tidak segera
ditangani, faktor atau sebab utama tersebut adalah “Rasa Malas”.
Maka
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh konselor untuk menangani Penyebab
utama dari kesulitan belajar yaitu rasa malas, adalah sebagai berikut:
1) Memberi Sentuhan pada Titik Peka
Anak.
2) Membangkitkan Nilai Plus Anak.
3) Mengembangkan Cita-Cita Anak.
4) Mengembangkan Tujuan Belajar.
5) Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak.
6) Mengembangkan rasa percaya diri anak.
B. Saran
Dengan adanya
peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang dihadapi anak
didik dalam masalah kesulitan belajar karena rasa malas dapat diantisipasi
sedini mungkin.
Pembahasan makalah
ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan
saran dan perbaikan dari para pembaca
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu.
1978. Psikologi Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan
Belajar, Bandung: Tarsito
Partowisastro, Koestoer
. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga
Winkel, W.S. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana