Monday, December 24, 2012

Bimbingan Koseling Terhadap Masalah Kesulitan Belajar Siswa Karena Rasa Malas



BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah
            Dalam kehidupan Perkembangan anak tidak selalu lurus dan terarah, ada kalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam situasi seperti itu mereka perlu mendapatkan bantuan atau bimbingan. Karena jika masalah tersebut tidak segera ditangani maka akan menjalar lebih luas seperti memusingkan orang tua, masyarakat, mengganggu stabilitas sosial serta menghambat tujuan pendidikan.
            Masalah yang paling utama adalah dalam aspek pendidikan anak tersebut, Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Akan tetapi dalam praktiknya banyak terjadi masalah atau kendala yang dialami oleh siswa dalam proses pendidikannya. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Faktor utama yang paling banyak kita temukan atau jumpai adalah faktor kemalasan dari individu anak tersebut. Maka dalam makalah ini akan dibahas “Bimbingan Koseling Terhadap Masalah Kesulitan Belajar Siswa Karena Rasa Malas”.

B. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang masalah yang sudah kita bahas diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa tugas dari konselor dalam pendidikan?
2.      Seperti apa kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa?
3.      Mengapa rasa malas itu timbul dalam diri siswa?
4.      Bagaimana cara penyelesaian kasus tersebut?

BAB II
Pembahasan

A. Tugas Dari Konselor Dalam Pendidikan
            Dalam dunia pendidikan tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
  1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
  2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
  3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
  4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir
            Menurut Prayitno & Amti (2004) keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah) menyebutkan bahwa:
1.      bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya,
2.      bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membentuk siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada.
3.       bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta karier dan masa depannya.

            Dari pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa seorang konselor mamang sangat berpengaruh dan berperan sangat penting dalam mengarahkan serta membimbing suatu individu (siswa) dalam masa pengembagan dirinya. Karena tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan kehidupan dalam masyarakat sekarang.[1]

B. Kesulitan Belajar Yang Dihadapi Oleh Siswa
            Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan.[2]
            Adapun jenis-jenis dari kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut:
1.      Learning Disorderatau kekacauan belajar
            Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena adanya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan membaca, menulis dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.       Learning Disfunction
            Merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.      Under Achiever
            Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar
            Slow learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang lebih tinggi.
5.      Learning Disabilitiesatau ketidakmampuan belajar
            Mengacu pada gejala dimana siswa sulit atau tidak mampu belajar dan menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.[3]
            Setelah kita lihat dari berbagai jenis kesulitan diatas maka siswa akan mengalami berbagai tanda atau gejala karena kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar, beberapa tanda atau gejala ditandai dengan sikap:
1) Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta dan sebagainya.
4) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu, mengisolir diri, tak mau mencatat dan sebagainya).
5) Menunjukkan gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah tersinggung, melamun, pemarah dan sebagainya).[4]

            Menurut Koestoer Partowisastro ada beberapa alasan atau sebab yang menghambat serta mengganggu proses belajar siswa, diantaranya yaitu:
1)      Disebabkan oleh gangguan alat tubuh.
2)      Disebabkan oleh kecerdasan yang kurang.
3)      Disebabkan oleh gangguan alat penerimaan.
4)      Disebabkan oleh gangguan perasaan.
5)      Disebabkan oleh kesalahan tingkah laku.[5]
            Sedangkan menurut Oemar Hamalik faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :
1)      Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri.
2)      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah.
3)      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga.
4)      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat.[6]
            Akan tetapi dari berbagai faktor-faktor atau sebab-sebab kesulitan belajar diatas masih ada faktor atau sebab lagi yang paling mempengaruhi dan sangat berbahaya apabila tidak segera ditangani, faktor atau sebab utama tersebut adalah “Rasa Malas”.

C. Penyebab Timbulnya Rasa Malas
            Setiap orang pasti pernah mengalami rasa atau penyakit mental ini. Dari kalangan anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa sampai orang dewasa pun pernah merasakannya. Malas adalah sebuah rasa menurunnya semangat kejiwaan dalam keinginan yang positif yang di reflesikan dalam gerak tubuh untuk melakukan aktifitas rohani atau jasmani. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, malas ini diartikan sebagai:
1. tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.
2. segan; tidak suka; tidak bernafsu.
            Penyebab rasa malas secara umum dapat ditimbulkan karena beberapa hal seperti faktor fisik yaitu, menurunnya kondisi kesehatan, kelelahan beraktifitas. Faktor kejiwaan seperti, seseorang yang sifatnya labil mudah terpengaruh sifat yang negatif, tidak mempunyai tujuan hidup, sifat egois diri, manja, stress, tidak peduli atau cuek terhadap lingkungan, tidak ingin diatur, masa bodoh pada masa depan dan cepat putus asa.
            Faktor lingkungan seperti penggunaan teknologi yang berlebihan dan tidak mendukung orang untuk giat belajar diantaranya penggunaan teknologi atau situs-situs dunia maya seperti Facebook, Twitter, Game Online dan situs-situs lainnya. Teknologi semakin maju, dan orang-orang menjadi bermalas-malasan. Padahal disisi lain teknologi ini memberikan sisi positif untuk anak pelajar dalam mencari informasi untuk membantu materi tugas sekolahnya. Namun, di sisi lain sebagian anak pelajar menggunakannnya untuk kepuasan dirinya sendiri, seperti bermain Game Online yang membuat waktu mereka terbuang dengan percuma. Pada saat ini kebanyakan anak pelajar dari tingkat dasar sampai universitas sudah terjebak dengan kecanggihan teknologi dari sisi negatifnya.[7]
            Inilah faktor utama yang paling mempengaruhi dan menghambat perkembangan proses kegiatan belajar siswa.

D. Penyelesaian Kasus Rasa Malas
            Pada tahap ini seorang pembimbing diharapkan membantu siswa yang menghadapi permasalahan bisa menghilangkan atau menyingkirkan kesulitan yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan kepada siswa berupa cara untuk menghilangkan kesulitan sesuai dengan sebab-sebab yang melatar belakangi kenapa siswa itu menampilkan tingkah laku atau hasil yang seperti yang pembimbing ketahui. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan oleh konselor untuk menangani Penyebab utama dari kesulitan belajar yaitu rasa malas, adalah sebagai berikut:
1) Memberi Sentuhan pada Titik Peka Anak
            Sebagai orang tua sekaligus sebagai pendidik bagi anak harus memiliki kesabaran untuk memulai menyentuh titik peka anak dengan memberi perhatian khusus pada hal-hal yang amat menarik perhatian anak. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh tanggapan dan perhatian anak. Dengan demikian anak tentunya akan terbuka menerima pendapat dengan perasaan senang dan gembira, bebas dari perasaan tertekan, takut dan terpaksa. Pada akhirnya aanak akan menerima pemahaman, betapa penting dan dibutuhkan proses belajar untuk mencapai tujuan (memperoleh keperkasaan menurut daya nalarnya). Dalam hatinya pun tergerak untuk melakukan dan merencanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja di sini dibutuhkan kesabaran anda untuk melakukan pendekatan kepada anak.

2) Membangkitkan Nilai Plus Anak
            Satu pengharapan orang tua tentunya menginginkan anak itu terpacu semangatnya untuk belajar. Anak belajar atas inisiatif, kesadaran sendiri dan proses belajar itu sudah menjadi suatu kesadaran kebutuhannya untuk mencapai suatu kecakapan khusus serta ingin menonjolkan kelebihan-kelebihannya lebih dari yang lainnya.
            Untuk menyentuh perasaan atau keinginan bawah sadar anak agar dirinya merasa “tertantang” untuk berbuat sesuatu/melakukan sesuatu yang positif, anda dapat mengambil contoh dari tokoh film herois dan tokh dunia yang sukses. Anda dapat mengungkapkan, bahwa untuk menjadi orang yang sukses dibutuhkan perencanaan belajar, cara-cara belajar yang baik, tahu apa yang hendak dipelajari dan tahu menerapkan apa yang dipelajari, sehingga tertanam pemahaman belajar yang bukan asal belajar.

3) Mengembangkan Cita-Cita Anak
            Anda harus berperan aktif untuk mendorong anak agar memiliki cita-cita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya. Cita-cita anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar anak. Anda dapat memberi contoh agar anak mau mengembangkan imajinasi dirinya atau mengidentifikasikan dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa drinya. Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam hati nurani anak, akan menumbuhkan motivasi instrinsik pad adiri anak untuk lebih giat belajar dan lebih terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya

            Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain:
a)      Sesuai dengan keinginan anak
b)      Jangan berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang
c)      dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan sebagainya.
d)     Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas dari rasa lelah,
e)      mengantuk,gangguan penyakit, rasa marah dan sebagainya

4) Mengembangkan Tujuan Belajar
            Agar anak mengetahui mafaat dan arah yang dipelajarinya, biasakan akan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan lebih bermakna, karena anak mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun akan mudah memusatkan perhatian pada pelajarannya.

5) Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak
            Gairah belajar anak akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, anda perlu membekali anak bagaimana cara-cara belajar yang efektif dan efesien. kita dapat mananamkan pengertian pada anak bahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar yang baik, agar belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan belajar.

6) Mengembangkan rasa percaya diri anak
            Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi tantangan untuk ditaklukkan dan utnuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencari cara-cara mengatasi kesulitan.[8]
            Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang dihadapi anak didik dalam masalah kesulitan belajar karena rasa malas dapat diantisipasi sedini mungkin.

           


BAB III
Penutup


A. Kesimpulan          
            faktor atau sebab kesulitan belajar yang paling mempengaruhi dan sangat berbahaya apabila tidak segera ditangani, faktor atau sebab utama tersebut adalah “Rasa Malas”.
            Maka langkah-langkah yang harus dilakukan oleh konselor untuk menangani Penyebab utama dari kesulitan belajar yaitu rasa malas, adalah sebagai berikut:
1) Memberi Sentuhan pada Titik Peka Anak.
2) Membangkitkan Nilai Plus Anak.
3) Mengembangkan Cita-Cita Anak.
4) Mengembangkan Tujuan Belajar.
5) Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak.
6) Mengembangkan rasa percaya diri anak.

B. Saran
            Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang dihadapi anak didik dalam masalah kesulitan belajar karena rasa malas dapat diantisipasi sedini mungkin.
            Pembahasan makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca






Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. 1978. Psikologi Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito
Partowisastro, Koestoer . Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga
Winkel, W.S. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana


                [1] W.S. Winkel, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 1997), hlm: 28
            [2] Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1990), hlm: 2
                [4] Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan. (Semarang: Rineka Cipta, 1978), hlm: 161
            [5] Koestoer Partowisastro, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta: Erlangga, 1984), hlm: 26
                [6] Oemar Hamalik, Op.Cit, hlm: 117
                [7] http://kompendo.blogspot.com/2012/05/mengatasi-rasa-malas-ketika-belajar.html
                [8] http://khusnulclaudinarswastika.blogspot.com/2012/07/mengatasi-anak-malas-belajar.html

0 komentar:

Post a Comment

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Zudi Pranata. Powered by Blogger.
 
;