Sunday, April 29, 2012 0 komentar

Diktat Bahasa Indonesia Semester 1


-->
DIKTAT BAHASA INDONESIA
Disusun guna untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Dosen pengampu: Drs. Bambang SU.




Oleh:
Zudi Pranata
NIM:210191
Fakultas: Tarbiyah 1D


 

INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU)
JEPARA
2010
BAB I
Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

 Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti, sesuai dengan kaidah ejaan (EYD), pungtuasi, istilah, dan tata bahasa)
            Kata yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah kata yang tepat dan serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan arti sesungguhnya dan sesuai dengan situasi pembicaraan (seperti: sesuai dengan lawan bicara, topik pembicaraan, ragam pembicaraan, dsb). Kata yang baku merupakan kata yang sesuai dengan ejaan (yakni EYD).
            Kalimat ang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif, kalimat efektif harus mudah dipahami, memenuhi unsur penting kalimat, menggunakan kata yang tepat dan serasi, gramatikal, rasional, efesien, tidak ambigu. Seperti yang ditulis di buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) tahun 1988, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar atau betul.
Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam yang berbeda.

“Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baku”.

Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku.
Contoh :
jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”
Dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti ini.
Berapakah ibu mau menjual bayam ini? (berapa nih bu, bayemnya?)
Apakah Bang abecak bersedia mengantar saya ke pasar Tanah Abang san berapa ongkosnya?(ke pasar Tanah Abang berapa harganya, Bang?)
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu.
Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti "ini hari" merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena itu, anjuran agar kita "berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan "bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran”.
BAB II
kaidah Dasar Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah0kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia. Ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok yang dimaksud adalah antara lain sebagai berikut.


a. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jenis kelamin. Kalau kita ingin menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan kata ketarngan penunjuk jenis kelamin, misalnya:

- Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan perempuan atau wanita.
- Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina.

Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk
.
Contoh:
Bahasa Inggris: lion - lioness, host - hostess, steward -stewardness.
Bahasa Arab : muslimi - muslimat, mukminin - mukminat, hadirin - hadirat
Bahasa Sanskerta : siswa - siswi, putera - puteri, dewa - dewi.
Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta; sedangkan perubahan bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Penyerapan dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta pun dilakukan secara leksikal, bukan sistem perubahannya. Dengan demikian, dalam bahasa Arab, selain kata muslim, diserap juga kata muslimin dan muslimat; selain mukmin, diserap juga kata mukminin dan mukminat; selain hadir (yang bermakna 'datang', bukan 'orang yang datang'), diserap juga kata hadirin dan hadirat. Dalam bahasa Sanskerta, selain dewa, diserap juga dewi; selain siswa diserap juga siswi. Karena sistem perubahan bentuk dari kedua bahasa tersebut tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, maka tidaklah mungkin kita menyatakan kuda betina dengan bentuk kudi atau kudarat; domba betina dengan bentuk kata dombi atau dombarat. Untuk menyatakan jenis kelamin tersebut dalam bahasa Indonesia, cukup dengan penambahan jantan atau betina, yaitu kuda jantan, kuda betina, domba jantan, domba betina. Oleh karena itu, kaidah yang berlaku dalam bahasa Arab dan bahasa Sanskerta, dan juga bahasa Inggris tidan bisa diterapkan ke dalam kaidah bahasa Indonesia. Kalau dipaksakan, tentu struktur bahasa Indonesia akan rusak, yang berarti jati diri bahasa Indonesia akan terganggu.



b. Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk menunjukkan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini pulalah yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa sing lainnya, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa lain. Untuk menyatakan jamak, antara lain, mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua, sebagian, beberapa, dan kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman, tiga pohon, empat mobil.

Bentuk boy dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys dan men ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal dalam bahasa Indonesia. Bentuk bukus (jamak dari kata buku), mahasiswas (jamak dari mahasiswa), dan penas (jamak dari pena), misalnya, tidak dikenal dalam bahasa Indonesia karena memang bukan kaidah bahasa Indonesia.

c. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu. Kaidah pokok inilah yang juga membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat (untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau). Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Bentuk kata makan tidak pernah mengalamai perubahan bentuk yang terkait dengan waktu, misalnya menjadi makaning (untuk menyatakan waktu sedang) atau makaned (untuk menyatakan waktu lampau). Untuk menyatakan waktu, cukup ditambah kata-kaa aspek akan, sedang, telah, sudah atau kata keterangan waktu kemarin, seminggu yang lalu, hari ini, tahun ini, besok, besok lusa, bulan depan, dan sebagainya.


d. Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan - Menerangkan), yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M). Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap dari bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda Hotel, Bali Plaza, International Tailor, Marah Halim Cup, Jakarta Shopping Center yang tidak sesuai dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit Internasional, Piala Marah Halim,dan Pusat Perbelanjaan Jakarta. Saya yakin, penyesuaian nama ini tidak akan menurunkan prestise atau derajat perusahaan atau kegiatan tersebut. Sebaliknya,hal inilah yang disebut dengan penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas,baik dan benar.


e. Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan/atau lafal daerah. Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia berasal,maka lafal orang itu bukanlah lafal bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari pengaruh lafal asig dan/atau lafal daerah. Kesulitan yang dialami oleh sebagian besar pemakai bahasa Indonesia adalah sampai saat ini belum disusun kamus lafal bahasa Indonesia yang lengkap. Akibatnya, sampai sekarang belum adapatokan yang jelas untuk pelafalan kata peka, teras, perang, sistem, elang. Tetapi, pengucapan semangkin (untuk semakin), mengharapken (untuk mengharapkan), semua (untuk semua), mengapa (untuk mengapa), thenthu (untuk tentu), therima kaseh (untuk terima kasih), mBandung (untuki Bandung), dan nDemak (untuk Demak) bukanlah lafal baku bahasa Indonesia.









BAB III
Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.
Keseragaman dalam bentuk bererti bahawa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kod yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahawa konsonan k pada sesuatu kata dasar digugurkan apabila diberi awalan meN; umpamanya kasih menjadi mengasihi, dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi rumus tambahan, iaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. a. ragam standar, b. c. ragam nonstandar, ragam semi standar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modern




BAB IV
Fungsi Bahasa Indonesia baku
Secara umum fungsi Bahasa Indonesia adalah :
  1. Komunikasi resmi
  2. Wacana teknis
  3. Pembicaraan di depan umum
  4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati
Dari empat fungsi bahasa yang menuntut ragam baku itu, hanya dua yang terakhir yang langsung berkaitan dengan komunikasi verbal secara lisan. Dengan kata lain, lafal baku perlu digunakan dalam pembicaraan di depan umum, seperti kuliah, ceramah, khotbah, pidato, dsb. atau dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati seperti pembicaraan dengan atasan, dengan guru, dengan orang yang baru dikenal.
Ada pun fungsi social dari bahasa indonesia sebagai :
1)      pemersatu
2)      Penanda kepribadian
3)      Penanda kewibawaan
4)      Sebagai kerangka acuan
Pengikraran bahasa Melayu (tinggi) sebagai bahasa Indonesia 70 tahun lalu merupakan peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam proses perkembangan bangsa Indonesia yang bersatu. Sulit untuk dibayangkan apa yang akan terjadi dengan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku bangsa dengan latar belakang kebahasaan yang ratusan pula dan menyebar di kepulauan Nusantara yang luas ini jika tidak ada satu bahasa sebagai alat komunikasi antara satu dengan lain. Kehadiran suatu lafal baku yang perlu digunakan sebagai tolok dalam berbahasa lisan pada peristiwa-peristiwa tutur resmi yang melibatkan pendengar dari berbagai kelompok suku tentulah merupakan suatu keharusan.
Fungsi kepribadian lafal baku akan tampak bila kita terlibat dalam pergaulan antarbangsa. Melalui bahasa lisan seseorang, kita dapat mengenal apakah dia menggunakan logat asing ataukah logat baku. Orang asing yang belajar bahasa Indonesia dapat saja mencapai penguasaan bahasa Indonesia yang sangat baik namun itu biasanya terbatas pada bahasa tulisan. Atau, kemungkinan lain, dapat saja kita terlibat dalam percakapan dengan bangsa serumpun, misalnya dengan orang Malaysia atau Brunei Darussalam. Dari segi perawakan tentu sulit untuk membedakan satu sama lain, tetapi melalui logat/dialek yang digunakan kita dapat mengenal apakah seseorang termasuk bangsa Indonesia atau tidak.
Fungsi penanda wibawa lafal baku merupakan suatu fungsi yang mempunyai nilai sosial yang tinggi dalam suatu masyarakat. Kemampuan seseorang dalam menggunakan lafal baku cenderung akan ditafsirkan bahwa orang itu adalah orang terpelajar dan karena itu patut disegani. Kewibawaan lafal baku tampak jelas dalam pergaulan sehari-hari. Dalam senda gurau tidak pernah kita mendengar lafal baku dijadikan bahan olok-olok. Pada umumnya yang kita dengar adalah logat (lafal) yang bersifat kedaerahan.
Fungsi lafal baku sebagai kerangka acuan berarti bahwa lafal baku dengan perangkat kaidahnya menjadi ukuran atau patokan dalam berbahasa Indonesia secara lisan pada situasi-situasi komunikasi yang resmi.







BAB V
EYD (EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN)
 
EYD (EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN) adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertia ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulisan. Keteraturan bentuk akan berimplikasi padaketepatan dan kejelasan makna.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) mulai diberlakukan tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama 25 tahun yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan Van Ophuijsen seorang guru besar Belanda dan juga seorang pemerhati bahasa, ejaan Van Ophuijsen diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintahan Belanda yang berkuasa di Indonesia pada saat itu. Ejaan Van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun , lebih lama dari Ejaan Republik, yang dipakai hanya selama 25 tahun. Ejaan Van Ophuijsen baru diganti setelah 2 tahun Indonesia merdeka.
Berikut ini merupakan sebuah perbandingan sederhana sebagai suatu gambaran tentang ejaan yang pernah ada pada masa lalu. Perhatikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga ragam ejaan tersebut
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (mulai 16 Agustus 1972) Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) (1947-1972) Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Khusus
Jum’at
yakni
payung
cucu
sunyi Chusus
Djum’at
jakni
pajung
tjutju
sunji Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
pajoeng
tjoetjoe
soenji


2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Pemakaian huruf, membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
(1). Abjad
(2). Vokal
(3). Konsonan
(4) Penggalan kata
(5) Nama diri

Pemakaian huruf, membicarakan jenis huruf yang dipakai, meliputi
(1). Huruf kapital
(2). Huruf miring
Penulisan kata, membicarakan berbagai cara penulisan kata yang bermorfem tunggal dan bernorfem banyak beserta unsur-unsur kecil dalam bahasa, meliputi
(1). Kata dasar
(2). Kata turunan
(3) kata ulang
(4) gabungan kata
(5) kata ganti kau, ku,mu, dan nya
(6) kata depan di, ke, dan dari
(7) kata sandang si dan sang
(8) partikel
(9) singkatan dan akronim
(10) angka dan lambang bilangan

1) Penulisan unsur serapan , membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kata-kata yang berasal dari bahasa asing
2) Pemakaian tanda baca (pungutasi), membicarakan penempatan kelimabelas tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah
1 Tanda tittik 7 Tanda Elipsis 13 Tanda Petik tunggal
2 Tanda koma 8 Tanda tanya 14 Tanda garis miring
3 Tand Titik koma 9 Tanda seru 15 Tanda penyingkat / Apostrof (‘)
4 Tanda titik dua 10 Tanda kurung
5 Tanda hubung 11 Tanda Kurung siku
6 Tanda pisah 12 Tanda Petik ganda












BAB VI
Paragraf

Paragraf adalah bagian dasar dari sebuah karya tulis yang terdiri dari kumpulan kalimat-kalimat yang membagun sebuah ide.
Dalam sebuah paragraf ada tiga bagian :
1.Kalimat Topik
2.Kalimat pendukung
3.Kesimpulan

Kalimat topik adalah kalimat yang paling terpenting dalam sebuah paragraf karena merupakan ide utama dalam paragraf tersebut. Topik juga mengontrol dan membatasi ide yang didiskusikan dalam paragraf.
Kalimat topik dibagi menjadi dua bagian yaitu topik dan pengontrol ide, sedangkan topik adalah subject yang kita bicarakan.
Contoh :
Warna kuning adalah warna yang menggambarkan aktifitas mental.
Topik : warna kuning
Pengontrol ide membatasi atau mengontrol topik kita ke sebuah aspek yang akan kita tulis.
Contoh :
Warna merah adalah simbol keberanian.
Topik : warna merah
Pengontrol ide : simbol keberanian
Topik boleh saja mempunyai satu atau lebih pengontrol ide, misalnya :
Warna merah adalah simbol keberanian dan kekuatan.
Topik : warna merah
Pengontrol ide 1: keberanian
Pengontrol ide 2 : kekuatan
Contoh paragraf lengkap:
Kita semua terpengaruh oleh warna. Ada beberapa warna yang sangat kita suka dan beberapa warna yang tidak kita suka sama sekali. Beberapa warna melenakan kita, lainnya mengherankan kita, ada yang membuat kita senang dan ada juga yang membuat kita sedih. Manusia terpengaruh oleh warna lebih dari yang mereka duga karena warna berhubungan erat dengan semua aspek kehidupan kita.
Kalimat topik : Kita semua terpengaruh oleh warna
Topik : Kita semua
Pengontrol ide : terpengaruh oleh warna
Kalimat pendukung :
Ada beberapa warna yang sangat kita suka dan beberapa warna yang tidak kita suka sama sekali.
Beberapa warna melenakan kita, lainnya mengherankan kita, ada yang membuat kita senang dan ada juga yang membuat kita sedih.
Kesimpulan :
Manusia terpengaruh oleh warna lebih dari yang mereka duga karena warna berhubungan erat dengan semua aspek kehidupan kita.















BAB VII
Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama

Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf, dari dasar tersebut penulis menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf.

1. Paragraf Deduktif

Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.

Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.macam-macam penalaran deduktif:
ü  Akibat-sebab: dimulai pada fakta-fakta yang menjadi akibat lalu kita analisis
untuk mencari sebabnya.
ü  Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Rumus silogisme :
PU=A=B: Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK=C=A: Lisa ingin sukses
K=C=B: Lisa harus belajar dan berdoa
ü  Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaran.
Contoh : PU : Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lisa ingin sukses
K : Lisa harus belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entimen : C = B karena C = A: Lisa harus belajar dan berdoa karena
Lisa ingin sukses

2.  Paragraf Induktif

Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-enjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.Macam-macam penalaran induktif:
v  Generalisasi: perumusan kesimpulan umum berdasarkan data/kejadian-kejadian
yang bersifat khusus.
 Contoh dari penalaran generalisasi :
Berasarkan pengamatan yang diakukan kepada siswa SMA 14. Saat mereka melaksanakan upacara, semua siswa memakai sepatu hitam dan kaus kaki putih. Pakaian mereka putih-putih dan kemeja dimasukkan ke dalam celana dan ke dalam rok, memakai ikat pinggang warna hitam. Pakaian mereka dilengkapilagi dengan dasi dan topi berwarna abu-abu. Jadi dapat dikatakan, siswa SMA 14 pakaiannya seragam dan tertib sewaktu melaksanakan upacara.

v  Sebab-akibat: dimulai dengan fakta-fakta yang menjadi sebab menuju
kesimpulan yang menjadi akibat.
Contoh penalaran sebab akibat :
Hujan berturut-turut mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik. Air pun mulai menggenang di jalan dan halaman rumah kami. Akhrnya banjr pun melanda desa kami.
v Analogi adalah pengambilan kesimpulan dengan asumsi bahwa jika dua atau
beberapa hal memiliki banyak kesamaan, maka aspek lain pun memiliki
kesamaan.
Contoh penalaran analogi :
Seorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang memebuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rinyangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan menangkap pelajaran, dan lain sebagainya. Apakah dia sanggup melaluinya? Jadi menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya

3.Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.. Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan oleh Keraf (1989:73):

Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti “lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus.

4.Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama:

Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya.(Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)


Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut,Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif atau paragraf deskriptif.











BAB VIII
Jenis Paragraf Berdasarkan Pola Pengembangannya

A.NARASI
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didalamya terdapat alur cerita, setting, tokoh dan konflik tetapi tidak memiliki kalimat utama.

Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan,mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.


B.DESKRIPSI
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan.


Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.


C.ARGUMENTASI
Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.


Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.


D.PERSUASI
Paragraph persuasi adalahjenis paragraf yang mengungkapkan ide,gagasan,atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.


E.EKSPOSISI
Paragraf eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.

Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.



















0 komentar

Hadits Tentang Tanggung Jawab Pemimpin


-->
HADITS TENTANG TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
MAKALAH
GUNA MEMENUHI TUGAS
HADITS
DOSEN PENGAMPU
Hj. HindunAnisah, SAg., MA
320636_2077541381436_1332036950_3154113_1454150994_n
DISUSUN OLEH: ZUDI PRANATA
NIM: 210191
FAKULTAS: TARBIYAH/ PAI
SEMESTER: 3D

 

INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU) JEPARA
SEMESTER 3D
2011
Jln Taman Siswa No.9 PekengTahunanJepara, 59427
Telp./fax (0291) 593132
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada era modern seperti sekarang ini kita telah melihat banyak berbagai sosok pemimpin dalam suatu wilayah Negara, dari atas hingga bawah dalam struktur ekstansi Negara hingga dalam sebuah organisasi pasti ada sosok seorang pemimpin.
Sebuah komunitas masyarakat dapat hidup dengan layak dan sejahtera pasti berkat seorang pemimpin, karena pemimpin adalah yang berwenang dan juga yang berhak mengatur serta memberikan kebijakan kepada seluruh komunitas masyarakat.
Dan untuk mencapai sebuah kesejahteraan dalam kehidupan sebuah komunitas masyarakat didunia dibutuhkan sosok seorang pemimpin yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugasnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latarbelakang permasalahan diatas dapat kita ketahui bahwa penting bagi kita untuk mengetahui sosok seorang pemimpin yang bertanggung jawab agar tercipta kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat di dunia.
Oleh karena itu dalam makalah ini kita akan membahas hadits tentang tanggung jawab pemimpin.









BAB II
PEMBAHASAN

A. HADITS TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

DalamkitabRiyadussholihin di jelaskan:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه

Artinya:
Diriwayatkan Abdullah bin Maslamahdari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin umarr.aberkata :sayatelah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban  perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan di tanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dar ihal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. ( HR. Bukhori, Muslim)[1]

            B. PENJELASAN HADITS
            Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanatoleh Allah swt.untuk memimpin rakyat, yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggung jawabannyaoleh Allah swt. Dengan demikian, meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya, karena ketidak adilannya, misalkan, ia tidak akan mampu meloloskan diri dari tuntutan Allah swt. kelak di akhirat.
            Oleh karenaitu, seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinyas ebagai manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan tetapi, sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom masyarakat, sebagaimana firman-Ny adalam al-Quran:

(٢١٥) ٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنَ ٱتَّبَعَكَ لِمَنِ جَنَاحَكَ وَٱخۡفِضۡ
Rendahkanlah sikap mu terhadap pengikutmu dar ikaum mukminin. (Q.S.asy-Syu’ara : 215)[2]
Dalam sebuah hadits yang diterima dari siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi saw. Pernah berdo’a, “Ya Allah, siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku lalu mempersuli tmereka, maka persulitlah baginya.Dan siapa yang mengurusi umatku dan berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya.

Hal itu menunjukkan bahwa Allah dan Rasul-Nya sangat peduli  terhadap hambanya agar terjaga dari kezaliman para pemimpin yang kejam dan tidak bertanggung jawab.Pemerintah yang kejam dikategoirikan sebagai sejahat-jahatnya pemerintah, sebagaimana sabda Rasulullah saw.

A’id bin Amru ra.ketika memasuki rumah Ubaidillah bin Ziyadiaberkata, hai anakku saya telah mendenga rRasulullah saw. bersabada,“sesungguhnya sejahat-sejahatnya pemerintahan yaitu yang kejam, maka janganlah kamu tergolong dari mereka.” (HR. Bukharidan Muslim)[3]

Pemimpin yang zalim yang tidak mau mengayomi dan melayani rakyatnya diancam tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi memasukinya, sebagaimana disebutkan pada hadits di atas.

Oleh karena itu, agar kaum muslim terhindar dari pemimpin yang zalim, berhati-hatilah dalam memilih seorangpemimpin. Pemilihan pemimpin harus betul-betul didasarkan pada kualitas, integritas, loyalitas, dan yang paling penting adalah perilaku keagamaannya.Jangan memilih mereka karena didasarkan pada rasa emosional, baik karena ras, suku bangsa, atau pun keturunan.Karena jika mereka dapat memimpin, rakyatlah yang akan merasakan kerugiannya.

Menurut Quraish Shihab, dari celah-celah ayat al-Quran ditemukan sedikitnya dua pokok sifat yang harus disandang oleh seseorang yang memikul suatu jabatan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal tersebut harus diperhatikan dalam menentukan seorang pemimpin.[4] Salah satu ayat yang menerangkan tentang hal itu adalah ungkapan putri NabiSyu’aib yang dibenarkan dan diabadikan dalam al-Quran:


(٢٦) ٱلۡأَمِينُ ٱلۡقَوِىُّ ٱسۡتَـٔۡجَرۡتَ مَنِ خَيۡرَ إِنَّ ….
Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah orang yang kuat lagi dipercaya. (Q.S. al-Qashash : 26)[5]
Begitu pula al-Quran mengabadikan alasan pengangkatan Yusuf sebagai kepala badan logistik sebagaimana diisyaratkan dalam ayat:


(٥٤)أَمِينٌ۬مَكِينٌالَدَيۡنَ ٱلۡيَوۡمَإِنَّكَ….
Sesungguhnya engkau menurut penilaian kami adalah seorang yang kuat lagi terpercaya. (Q.S. Yusuf:54)[6]
Kedua kriteria itu yang menjadi landasan utama ketika Abu Bakar ra.Menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia pengumpulan Mushaf. Alasannya antara lain tersirat dalam ungkapannya, “Engkau seorang pemuda (kuat lagi bersemangat) dan telah dipercaya oleh Rasulullah saw. Untuk menulis wahyu. Bahkan Allah swt. Pun memilih Jibril sebagai pembawa wahyu-Nya, antara lain, karena malaikat Jibril memiliki sifat kuat dan terpercaya (Q.S. 82:19-21).

Pemimpin yang memiliki dua sifat tersebut, sangat kecil kemung kinan untuk berbuat zalim.Ia selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan aspirasi rakyat.
Dan dalam sebuah hadits diriwayatkan tentang imbalan bagi pemimpin yang adil, sebagaimana sabdaRasulullah SAW:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو بَكْرٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Artinya
Diriwayatkan ab ubakar bin abisyaibah dan Zahair bin Harb idan ibnu numai rberkata Sufyan bin Uyainah dari Amr dan yakni bin Dinar dariamr bin AwsdariAbdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.aberkata: rasulullah saw bersabda: sesungguhnya orang-orang yang berlakuadil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hokum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. (HR. Muslim)[7]
Dalam hadis ini disebutkan bahwa imbalan bagi pemimpin yang adil adalah kelak di sisi allah akan ditempatkan di atas mimbar dari cahaya. Secara harfiyah, mimbar berarti sebuah tempat khusus untuk orang-orang yang hendak berdakwah atau berceramah di hadapan umum.Karenanya, mimbar jum’at biasanya mengacu pada sebuah tempat khusus yang disediakan masjid untuk kepentingan khotib.Sementara cahaya adalah sebuah sinar yang  menerangi sebuah kehidupan. Kata cahaya biasanya mengacu pada matahari sebagai penerang bumi, lampu sebagai penerang dari kegelapan, dsb.Oleh sebab itu, kata mimbar dari cahaya di dalam hadis di atas tentu tidak sertamerta dimaknai secara harfiyah seperti mimbar yang dipenuhi hiasan lampu-lampu yang bersinar terang, melainkan mimbar cahaya adalah sebuah metafor yang menggambarkan sebuah posisi yang sangat terhormat di mata allah. Posisi itu mencrminkan sebuah ketinggian status setinggi cahaya matahari.

Bila yang pertama tadi allah akan menjamin pemimpin yang berbuat adil dengan jaminan naungan rahmat dari allah, dan hadis selanjutnya menjamin dengan jaminan mimbar yang terbuat dari cahaya, makajaminan yang ketiga ini adalah jaminan sorga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ َأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ

Artinya:
Ijadl bin himar ra berkata: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: orang-orang ahli surga ada tiga macam: raja yang adil, mendapat taufiq hidayat( dari allah). Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabatdan orang muslim. Dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri.(HR. Muslim).[8]



















BAB III
PENUTUP

            A. KESIMPULAN
            Seorang pemimpin adalah orang yang telah dipercaya oleh Allah swt.untuk memlihara sebagai kecil dari hamba-Nya di dunia. Maka ia harus berusaha untuk memelihara dan menjaganya. Jika tidak, ia tidak akan pernah merasakan harumnya surga, apalagi merasakan kenikmatan menjadi penghuninya.
Agar kaum muslimin memiliki pemimpin yang adil, yang mampu memelihara dan menjaga mereka, pemimpin yang dipilih adalah mereka yang betul-betul dapat dipercaya dan kuat dalam kepemimpinannya.

            B. SARAN
            Hendaknnya jika kita menjadi seorang pemimpin dapat berlaku adil dan bertanggung jawab agar dapat tercipta kehidupan yang sejahterah dalam kehidupan bermasyarakat di dunia ini
Pembahasan materi ini mungkin masih kurangs empurna.Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.














DAFTAR PUSTAKA

Soenarto, Ahmad. Terjemahan Riyadus Shalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999).
Almath, Muhammad Faiz. Kumpulan hadist popular.(Jakarta: Gema Insani Press, 1994).
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. (Jakarta: LenteraHati, 2006).
http://www.quranexplorer.com/Quran/



[1]Soenarto, Ahmad. TerjemahanRiyadusShalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)
[2] http://www.quranexplorer.com/Quran/
[3]Almath, Muhammad Faiz. Kumpulan hadist popular.(Jakarta: GemaInsaniPress, 1994)
[4]Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. (Jakarta: LenteraHati, 2006)
[5] http://www.quranexplorer.com/Quran/
[6] http://www.quranexplorer.com/Quran/
[7]Soenarto, Ahmad. TerjemahanRiyadusShalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)
[8]Soenarto, Ahmad. TerjemahanRiyadusShalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Zudi Pranata. Powered by Blogger.
 
;